"Wow wow wow... easy mate, kau ini kenapa sih? Melihat kau makan seperti itu membuat leherku tercekik."
Theo hanya menggelengkan kepalanya, ia merasa ada sesuatu yang salah dengan sahabatnya itu. Sejak pagi Daviss menghilang dari peredaran, dan baru muncul ketika jam makan malam begini dan lihat, sangat tidak ke Abranan sekali cara makannya itu.
"Mate?" Theo menyenggol lengan Daviss namun pemuda itu masih fokus pada objek yang di pandangnya. Merasa diabaikan, Theo menggeram jengkel, ia mengikuti arah tatapan Daviss. "Kau dari tadi menatapnya?"
"Hn,"
Theo hampir saja terjatuh dari bangkunya saat mendengar 2 konsonan yang keluar dari mulut sahabatnya itu. "Errr.. mate, menurutmu siapa gadis paling jelek seantero kampus ini?"
Masih pada kegiatannya, Daviss menjawab tanpa menoleh secuilpun. "Chryssan."
"Kalau gadis paling menyebalkan?"
"Chryssan."
Theo nyengir, "Kalau gadis yang punya rambut jelek?"
"Chryssan."
Cengiran Theo semakin lebar, "Yang mempunyai gigi besar seperti kelinci?"
"Chryssan."
Kini bukan lagi cengiran, Theo mulai terkikik dengan kejailannya itu. "Gadis yang setiap harinya berteman dengan buku?"
"Chryssan."
"Gadis yang membuatmu selalu meledak-ledak?"
"Chryssan."
Kini seringai Theo mulai muncul. "Gadis yang membuat tidurmu tidak nyenyak?"
"Chryssan!"
"Yang membuat dadamu berdebar?"
"Chryssan,"
"Gadis yang kau sukai?"
"Kubilang Chryssan, Theo busuk!" teriak Daviss karena jengkel, namun detik kemudian kedua manik perak miliknya melebar sempurna dan menatap horor pada seseorang di meja depan sana yang sedang balik menatapnya dengan alis terangkat, dan teman-teman di aula yang juga menatapnya aneh, jangan lupakan Theo yang sedang terpingkal di tempatnya.
"Brengsek!" kesalnya. "Diam bodoh!" sambungnya seraya menendang tulang kering Theo yang memegangi perutnya karena puas menertawai dirinya.
"Hahaha tak kusangka kau menyukai darah lumpur itu."
"Ak- hey aku sama sekali tidak menyukainya, bodoh!"
Theo menyeringai, "Aku tak habis pikir, jadi selama ini kau hanya berpura-pura membencinya eh? Menarik perhatian dengan cacian? Sangat langka, dan kau memang sahabatku yang unik."
"Tutup mulut, Huge." Geram Daviss, bagaimana tidak? Mulut comel sahabatnya yang seperti perempuan itu mulai menarik perhatian murid yang memang sedang makan malam di aula besar, dan itu jumlahnya tidaklah sedikit.
"Kau cemburu pada Tom yang lebih berani mengajak Chryssan makan di meja yang sama?"
Srek.... Daviss bangkit dari duduknya setelah menenggak habis minumannya. Ia berjalan meninggalkan aula dan mengabaikan teriakan-teriakan Theodore yang memanggil namanya.
*
*
*
'Sial sial sial' Daviss terus merapalkan kata-kata itu, tepatnya setelah acara makan malam sialan yang berakhir dengan memalukan dan semua itu karena ketololan Theo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fated to Love You
Teen FictionDaviss terjangkit penyakit aneh, dia merasa lidahnya iritasi setiap kali tidak bertengkar dengan Reina, gadis berambut ikal itu. Matanya terasa panas setiap kali melihat Reina dekat dengan Tom Wignel. Dadanya sering berdenyut nyeri setiap kali melih...