Daviss Abran, sebenarnya apa yang ada di balik kepala pirang itu?! Baru tiga hari sudah membuat kepalanya berdenyut, bukan hanya karena tingkah anehnya, tapi... perlakuan dia yang sedikit manis walaupun masih sering marah-marah, tapi itu membuat Reina cukup salah tingkah menghadapinya.
Reina kembali mendengus saat matanya bersirobok dengan sofa yang memiliki warna paling kontras di kamarnya. Kemarin dia bertengkar hebat dengan pemuda pirang itu karena masalah sofa, mungkin bagi si pirang, itu adalah masalah yang sangat tidak penting untuk dibahas, namun bagi Reina itu adalah segalanya.
Bukan, bukan karena harganya yang mahal atau murah, bukan juga karena enak dipakai atau tidaknya, tapi masalahnya sofa itu adalah pemberian sang Ayah saat dirinya pertama kali masuk universitas ini, mengingat dia harus tinggal di asrama.
"Waw... Rei, kau beli sofa baru? Ck, kukira kau akan mempertahankan sofa tuamu itu sampai hari kelulusan nanti." Seseorang baru saja datang dan mengoceh tak ada hentinya.
"Emi, maaf.. sebaiknya kau tidak duduk di sana-"
"Kenapa? Kau tidak mau kalau sofa barumu ku pakai? Takut cepat lepek busanya?"
"Errr... bukan,"
"Lalu?"
"Itu bukan sofaku, dan aku berniat untuk mengembalikannya."
Tik tok
Tik tok
Emily menautkan kedua alisnya, "Maksudmu?"
Bagaimana Reina menjelaskannya? Saat ia pulang dari kamar si pirang, tau-tau sudah ada sofa hijau itu di tengah ruangan dan sofa peach kesayangannya raib tak ada di manapun.
"Entahlah, bagaimana sofa itu bisa masuk ke kamarku. Tapi... itu milik Abran."
"WHAT? JADI SOFA INI PEMBERIAN SI ALBINO BUSUK AB-"
Mulut beo Emily segera diamankan oleh kedua tangan kurus Reina, bisa terjadi tornado kalau sampai fans girl si pirang mendengar ini.
"Emi... pelankan suaramu! Bisa-bisa satu asrama tahu masalah ini, dan besoknya aku ditemukan mengapung di danau belakang!"
Emily memutar bola matanya, "Kau berlebihan Reina. Well, aku masih belum percaya kalau si albino itu mengirimimu hadiah,"
"Otaknya sedang tidak waras, Em. Jadi tak aneh kalau dia melakukan sesuatu yang mustahil begini padaku."
'Bahkan dia menci- tidak tidak tidak! Jangan pikirkan hal itu lagi Reina, si pirang itu seharusnya diberi pelajaran karena sudah berani menyentuh bibirmu!'
Gadis itu menggelengkan kepalanya kuat-kuat, setidaknya dia harus bertahan sampai si pirang itu mendapatkan kembali ingatannya. Benar, Reina tidak boleh jatuh cinta, dunia mereka begitu berbeda seperti kisah Romeo dan Cinderella
*
*
*
BRAK!!! Pintu baru saja ditutup kencang oleh seseorang. 'Akhirnya dia datang juga!' batin pemuda pirang yang sedang duduk di balkon jendela seperti biasanya.
"Ck, kukira kau masih menangisi sofa bututmu. Rindumu mengalahkan rasa jengkelmu padaku, eh?" Ejeknya tanpa melihat siapa yang sekarang berdiri di ambang pintu.
"Mate, kau sedang bicara dengan siapa?"
Tubuh Daviss seketika berjengit. Sial! Ia kira yang datang barusan adalah Chryssan.
"Shit, Theo! Kenapa kau membanting pintu kamarku? Kukira si Chryssan yang datang!"
"Merindukannya, mate?" kini Theo yang mengembalikan ejekannya
KAMU SEDANG MEMBACA
Fated to Love You
Ficção AdolescenteDaviss terjangkit penyakit aneh, dia merasa lidahnya iritasi setiap kali tidak bertengkar dengan Reina, gadis berambut ikal itu. Matanya terasa panas setiap kali melihat Reina dekat dengan Tom Wignel. Dadanya sering berdenyut nyeri setiap kali melih...