15 menit yang lalu bel pergantian pelajaran berdering. Namun guru yang mengajar di kelas X-IPA 5 belum juga datang.
"Ini pak Asep gak akan masuk gitu?" Dinda menatap jam tangan nya. "Udah 15 menit kok gak datang-datang."
"Lah pak Asep kan emang udah biasa gak masuk kelas." jawab Gista yang sedang memainkan ponselnya.
Dinda menatap keadaan kelas yang berisik, udah jadi tradisi kalo jam kosong keadaan kelas pasti berisik.
"Woy ada pengumuman! diem bentar deh." Rizki–ketua kelas– berteriak di depan kelas.
Mendadak suasana kelas menjadi hening.
"Tadi gue abis dari ruang guru buat nyari pak Asep, tapi doi gak ada."
Sontak anak-anak kelas X-IPA 5 bersorak senang.
"Woy bentar dong, belum beres nih! Pak Asep nitipin tugas katanya kerjain buku paket halaman 60-65."
"Anjir gak kurang banyak tuh tugas."
"Pak Asep kebiasaan nih,masuk gak ngasih tugas iya. Mana tugasnya banyak lagi."
"Banyak banget mana belum di jelasin."
"Mantapp!"
Rizki menenangkan keadaan kelas nya lagi.
"Terus ini ada pengumuman hasil ulhar matematika yang kemarin. Ada 7 orang yang remedial.""Siapa aja woy?"
"Gue remed gak ki?"
"Semoga gak remed plis."
Rizki membaca kertas catatan nama-nama yang remedial. "Yang remedial Alfian, Arazi, Bila, Feri, Sabian, Syahrul, sama Gista."
Mendengar namanya di sebut, sontak Gista menatap bingung ke arah Dinda. "Din kok aku di remed, kamu gak sih?! Aku kan nyontek nya dari kamu."
"Kaya yang gak tau bu Tini aja kamu Gis, dia kan kaya punya dendam gitu kalo ada yang mojokin."
Gista mendengus sebal. "Nyebelin banget tuh guru."
"Ada pengumuman lagi, ini lebih HOT!" teriak Rizki.
"Apaan woy?" tanya Ridwan.
"Buat 3 bulan ke depan yang ngajar matematika guru magang bukan bu Tini!"
"Cowo atau cewe?"
"Ah kalo cewe pasti sama nyebelin nya kaya bu Tini."
"Kalo cowo gue gebet ah."
"Gak asik ah cuman 3 bulan!"
"Kenapa gak diganti aja sekalian."
"Eh siapa tau kalo cewe cantik."
"Terus waktu remedial siapa yang masuk? bu Tini atau guru magang?" tanya Bila.
"Katanya sih guru magang."
• • •
Dinda menatap Gista yang sedaritadi hanya mengaduk-aduk makanan yang di pesannya. "Kenapa sih Gis? kok bete gitu?"
Gista mendongak menatap Dinda. "Iya gak bete gimana coba, aku masih kesel sama hasil ulangan matematika."
"Ohh itu, makanya belajar dong Gis!"Dinda kontan tertawa. "Oh iya lupa, percuma deh kamu belajar kalo ujung-ujung nya juga pasti sama."
"Nah! makanya gimana dong? Ajarin kek biar ngerti plis banget Din." Gista memohon kepada Dinda.
Dinda menggelengkan kepalanya. "Gak! Gak bisa! cape aku ngajarin kamu Gis, gak ngerti-ngerti." Dinda menepuk tangan Gista. "Kenapa gak minta ajarin Rasya aja sih? Dia kan pinter tuh matematika nya!"
Gista menggeleng. "Noo! bisa malu kalo aku minta ajarin ke Rasya, nanti malah di ketawain lagi!"
Dinda berdecak. "Ya gak akan lah! Masa pacar sendiri tega gitu. Ayo lah, dari pada remed lagi."
"Tapi Din.."
"Gak ada tapi tapian, ayo aku anter ke kelas Rasya!" ucap Dinda sambil menarik tangan Gista.
• • •
Gista menepuk bahu seseorang yang ada di depan kelas X-IPA 2 "Ada Rasya gak?" tanya Gista.
Seseorang yang di tepuk oleh Gista menoleh. "Bentar ya gue panggilin."
"Ras! Ada yang nyari lo nih!"
Seseorang itu menoleh ke arah Gista. "Katanya tunggu bentar."
"Oke thanks."
Tak lama kemudian Rasya keluar kelas dan mendapati Gista di hadapannya. "Kenapa Gis?"
Gista menatap Rasya ragu. "Ehh.. Ras jadi ginii.."
Rasya mengangkat alisnya bingung. "Jadi gini gimana? Kamu kenapa Gis? Ada yang jailin kamu? Siapa?" tanya Rasya khawatir.
Gista tersenyum kikuk. "Eh bukan itu, gak ada yang jailin aku kok Ras."
Rasya menghela napas lega. "Iya terus kenapa dong Gis?""Jadi gini, kamu pulang sekolah ada waktu gak?"
Rasya mengingat-ingat jadwal hari ini. "Ada kayanya,kenapa emang?"
Gista tersenyum lebar. "Bisa bantu aku gak? Ajarin matematika dong, yaaa plis."
Rasya kontan tertawa. "Cuman mau bilang itu Gis? Kirain ada apa."
Gista menatap Rasya kesal. "Ish jangan ngetawain! Jadi bisa gak?"
Rasya mengangkat tangannya lalu mencubit pipi Gista. "Iya bisa dong, apa sih yang gak buat kamu."
"Ish jangan nyubit pipi aku Rasyaaa!"
• • •
Mereka memutuskan untuk belajar di Kafe dekat sekolah. Dan di sini lah Gista dan Rasya berada dari setengah jam yang lalu.
Gista menatap kesal ke arah kertas yang berisi soal-soal."Ish ini gimana sih? jalan nya kan udah bener kok hasil nya gak ketemu?"
"Masa sih? kamu kurang teliti kali ngitungnya. Coba lagi deh." Rasya mendongak melihat Gista.
Gista menghela napas. "Matematika tuh kenapa susah banget sih?"
"Sebenernya gak susah kok, cuman kamu nya aja yang kurang teliti Gis."
"Tapi ini aku udah teliti kok! Malah aku itung 3x balikan."
Rasya tertawa geli. "Sini mana soalnya." Rasya melihat soal lalu melihat jawaban Gista. "Serius nih kamu ngitung 3x balikan?"
Gista melihat ke arah Rasya. "Iya, aku itung 3x balikan gak ketemu-ketemu."
Rasya tersenyum lalu menyodorkan jawabannya."Nih,aku yang ngitung sekali, ketemu kok hasilnya."
Gista menoleh. "Kok bisa sih?"
"Iya bisa dong, aku juga bilang apa kamu tuh emang gak teliti ngitung nya."
Gista menghela napas lelah lalu membereskan alat tulisnya. " Udah ah aku mau pulang, capek gak ngerti-ngerti."
Rasya menatap Gista. "Yaudah, ayo kita pulang."
• • •
"Makasih Ras." ucap Gista ketika keluar dari mobil.
Rasya melangkah ke arah Gista. "Belajar lagi ya di rumah, biar gak remed lagi."
"Iya ntar kalo inget."
Rasya tertawa mendengar jawaban Gista. "Gimana sih kamu katanya mau hasilnya bagus, pokoknya harus belajar lagi."
Gista mendesis. "Iyaa bawel ya kamu."
"Yaudah, aku pulang dulu yaa. Jangan lupa belajar lagi!" ucap Rasya sambil mencubit pipi Gista.
"Ish dibilang jangan nyubit pipi yaa, Rasyaa!"
Kontan Rasya berlari ke arah mobilnya.• • •
Haii!
Gimana ceritanya? Maafin kalo tulisan sama bahasnya agak amuradul hehe
jangan lupa buat ote sama comments nya!
See you!
YOU ARE READING
Mathematics
Teen FictionGista Citra Anantasya; gadis cantik dan ramah yang mempunyai sedikit masalah dibidang akademinya. Dirinya sedikit sulit untuk mengerti pelajaran matematika. Satu masalah bertambah setelah Gista bertemu dengan seseorang. Bisakah Gista menyelesaikan m...