Suara langkah kaki bergema di sepanjang koridor. Suara langkah kaki itu berhenti tepat di depan pintu kelas X-IPA 5.
Fasya yang emang duduk di dekat pintu menoleh ketika ada seseorang yang berhenti di depan pintu.
Seseorang itu melihat Fasya. "Ini kelas X-IPA 5?" tanya orang itu.
Fasya mengangguk. "Iya ini X-IPA 5."
Suasana kelas yang tadinya ribut mendadak hening ketika laki-laki itu masuk ke dalam kelas.
Terdengar bisikan-bisikan"Itu siapa?"
"Guru magang itu bukan ya?"
"Njir ganteng."
"Wah gak asik nih cowo."
"Gue gebet ah."
Laki-laki itu berdiri di depan kelas dan mengucapkan salam. "Sebelum nya apa sudah ada yang tau saya siapa?" tanya nya.
Serentak semua anak menjawab. "Beluum."
Laki-laki itu tersenyum lalu memperkenalkan dirinya.
"Nama saya Zio Putra Ardinugraha. Kalian bisa panggil saya pak Zio. Untuk 3 bulan ke depan saya yang akan mengajar matematika mengganti bu Tini. Sebelum ke pelajaran ada yang ingin bertanya?"Ridwan yang ada di bangku depan bertanya. "Umurnya berapa pak?"
"Umur saya 21 tahun, yah gak beda 5 atau 6 tahun dari kalian."
"Statusnya apaan nih pak?" celetuk Adi.
"Status saya sebagai mahasiswa."
Kontan semua anak tertawa.
Zio menatap bingung ke arah anak-anak. "Kenapa saya salah?"Rizki berhenti tertawa. "Gak kok pak, bener malah."
"Baik. Kalo tidak ada yang di tanya kan lagi, kita mulai belajar untuk hari ini."
Zio melangkahkan kakinya ke arah meja guru. Dia membuka laptopnya. Ketika akan menjelaskan Zio teringat sesuatu.
"Oh iya saya lupa, untuk yang remedial ulangan kemarin siapa?"
Semua anak yang remedial mengangkat tangannya ke atas termasuk Gista.
"Untuk remedial dilaksanakan sekarang ya, silahkan duduk di bangku paling depan untuk yang remedial."
• • •
Gista menatap soal yang ada di meja nya. Dari 15 soal dia hanya mampu mengerjakan 8 soal. Padahal dia rela begadang hanya untuk belajar matematika.
Tapi tetap saja Gista hanya bisa mengerjakan 8 soal.
"Padahal udah bela-belain begadang tapi tetep aja gak bisa." Gista merutuki dirinya sendiri.
Zio melihat ke arah anak-anak yang sedang remedial."Baik untuk yang remedial waktu nya tinggal 15 menit lagi."
Gista menoleh ke arah Bila lalu mencolek tangannya. "Bil, nyontek dong." bisik Gista
Bila yang dicolek kontan menoleh."Gak ah takut ketauan,bisa ancur reputasi gue di mata pak Zio, hari pertama lagi."
Gista mendengus sebal. "Halah gak apa-apa kali, sok jaga image padahal pak Zio juga belum tentu suka kamu!"
Bila mengabaikan jawaban Gista lalu kembali sibuk dengan soalnya.
Feri berdiri dari bangkunya menuju arah meja guru lalu menyerahkan kertas remedialnya. "Ini pak."
Zio melihat jawaban Feri."Sudah selesai?"
"Sudah pak."
"Baik, saya periksa sekarang saja ya."
Syahrul berdiri lalu mengumpulkan kertas remedialnya lalu di susul oleh Bila. Sampai akhirnya hanya tersisa Gista.
Zio melihat jam tangan nya. "Yang remedial waktunya tinggal 3 menit lagi."
Gista menghela napas pasrah.
"Bodo ah yang penting udah usaha."
Lalu Gista mengumpulkan kertas remedialnya.• • •
"Iya mungkin sekian untuk hari ini, maaf bila ada salah. Sampai ketemu minggu depan." ucap Zio mengakhiri pembelajaran.
Sebelum Zio keluar kelas Sabian bertanya. "Pak! hasil remedial gimana?"
Zio menatap ke arah kertas di meja nya. "Karena ada yang belum saya periksa,jadi belum bisa saya bagikan. Mungkin besok perwakilan bisa di ambil ke meja saya." ucap Zio panjang lebar.
Sabian mengangguk mengerti. "Iya baik pak. Makasih."
• • •
Dinda yang sedang menunggu pesanan makanannya menoleh ke arah Gista."Gimana Gis soal remed nya?"
Gista menghela napas. "Iya gitu deh Din."
"Gitu gimana? Bisa ngerjain gak? Bisa dong kan udah belajar bareng Rasya." goda Dinda.
Gista yang digoda seperti itu memutar bola matanya. "Apaan deh berisik Din!" Gista menatap Dinda.
"Din, kayanya emang percuma ya, aku mau belajar sama siapapun tetep gak ngerti-ngerti."
Dinda mengernyit. "Ah masa sih?"
Gista mengangguk. "Iya, masa ya dari 15 soal aku cuman bisa ngisi 8 soal. Kan gak lucu."
Kontan Dinda tertawa. "Gis, aku bingung deh kok bisa sih kamu kaya gini? Iya maksud aku, masa sih gak ngerti-ngerti?"
Gista menggeleng lesu. "Iya mana aku tau." Gista menelungkupkan kepalanya dia atas meja kantin. "Pasti remed lagi."
Dinda menepuk tangan Gista. "Iya belajar lagi lah bareng Rasya! Gimana sih."
Gista mendongak lalu menggeleng. "Gakk! Gaak! Buat yang ini gak deh!"
"Kenapa gak?"
"Iya kasian Rasya lah, dia kan gak cuman ngurusin masalah remedial aku aja. Dia juga punya urusannya sendiri." jelas Gista.
Dinda mengangguk-ngangguk mengerti. "Tapi ya Gis, seberapa sibuk pacar kita sama kegiatannya. Masa sih dia gak bisa luangin waktunya buat ngajarin pacarnya?"
Gista menggelengkan kepalanya. "Bukan gitu Din, tapi ya aku gak mau aja bikin susah Rasya." ucap Gista.
Dinda menghela napas. "Iya gimana kamu aja lah."
Dinda tau,kalo dia berdebat seperti itu dengan Gista pasti dia akan mengalah. Karena memang Gista tuh keras kepala.
• • •
Haii!
Maaf baru update lagi. Maaf juga bahasanya makin kacau xD
Makasih yang udah baca cerita inii. Tapi jangan lupa Vote sama Comments nya yaa.See you!
YOU ARE READING
Mathematics
Teen FictionGista Citra Anantasya; gadis cantik dan ramah yang mempunyai sedikit masalah dibidang akademinya. Dirinya sedikit sulit untuk mengerti pelajaran matematika. Satu masalah bertambah setelah Gista bertemu dengan seseorang. Bisakah Gista menyelesaikan m...