30 menit kemudian mereka sampai di Dufan, taman bermain itu tampak lengang. Begitu melewati gerbang pemeriksaan tiket, Gista langsung menarik tangan Rasya ke wahana favoritnya, halilintar.
"Ini baru nyampe Gis, kenapa harus halilintar dulu?"
"Justru itu, kita meski naik yang seru-seru dulu," Gista berjalan menuju antrean. "Udah ini naik kora-kora ya? Eh atau naik tornado?"
"Terserah kamu aja."
Gista tersenyum saat akhirnya petugas membuka pintu antrean dan mereka dipersilahkan menaiki wahana.
Rasya menghembuskan napas lega saat akhirnya kereta itu berhenti. Rasya melirik Gista yang duduk di sebelahnya, lalu beranjak keluar.
"Habis ini apa lagi? Kora-kora? Atau tornado?"
"Kamu yakin?" Gista melihat wajah pias Rasya. "Kamu gak takut naik wahana yang ekstrem, kan?"
"Gak kok." Rasya berusaha tampak tenang.
"Kalo gitu, kita naik tornado ya?"
Rasya mengangguk.
"Yuk!" Gista menarik tangan Rasya ke area wahana tornado. "Jadi naik kan, Ras?"
"Jadilah." Rasya langsung ngeloyor menuju antrean.
"Wah! Seru banget ya!" ujar Gista saat turun dari wahana tornado dengan riang.
Rasya sedikit lega karena Gista tidak melihat wajahnya yang ia yakini sudah tak berwarna.
Di saat Rasya mengikuti Gista yang berjalan penuh semangat, berbeda dengan dirinya. Ia menyadari langkahnya melambat. Tiba-tiba Gista sudah menghilang di depannya. Rasya celingukan mencari ke sekelilingnya.
"Nih." tiba-tiba sebuah kaleng dingin menempel di pipinya. "Kamu udah kaya orang mati aja." Gista tertawa.
"Makasih." Rasya mengambil minuman tersebut. "Tapi, aku sama sekali gak pengen mati."
Tawa Gista kembali berdera. "Gak usah sok kuat, apalagi pake ngebohong segala."
"Yah... aku kan cowo." Rasya kembali berjalan di samping Gista.
"Apa hubungannya wahana Dufan sama cowo?" dahi Gista berkerut.
"Cowo kan harusnya kuat, masa aku kalah sama kamu?"
"Jadi, cewe harus lembut dong? Harus bisa jahit gitu?"
"Eng... gak gitu juga sih." Rasya menggaruk kepalanya yang tak gatal, ia bingung harus menjawab apa.
"Naik itu yuk! Kali ini gak ekstrem." tunjuk Gista ke arah wahana Arum Jeram.
"Nanti kalo basah gimana? Kita kan gak bawa baju ganti, Gis."
"Gak apa-apa yuk, Ras!" Gista menarik tangan Rasya menuju antrean Arum Jeram.
Dan benar, ketika mereka turun dari Arum Jeram baju Gista dan Rasya basah kuyub.
"Yah basah." ucap Gista, saat melihat keadaan baju mereka yang sekarang.
"Tuh kan aku bilang juga apa," Rasya menarik tangan Gista. "Yaudah, sekarang kita nyari baju ganti aja, yuk!"
Gista memberhentikan jalannya. "Eh! Gak usah, Ras."
Rasya mengangkat alisnya sebelah. "Loh kenapa?"
"Gak apa-apa. Kita lanjutin naik yang lain aja yuk!"
Rasya melihat jam tangannya. "Ini udah sore, dan kamu bisa masuk angin gara-gara baju kamu basah."
"Sekali aja, Ras, please...."
"Gak, Gista! Baju kamu basah, nanti kalo sakit gimana?"
"Baju kamu juga basah tau! Jadi kalo aku sakit, kamu juga ikut sakit."
YOU ARE READING
Mathematics
Teen FictionGista Citra Anantasya; gadis cantik dan ramah yang mempunyai sedikit masalah dibidang akademinya. Dirinya sedikit sulit untuk mengerti pelajaran matematika. Satu masalah bertambah setelah Gista bertemu dengan seseorang. Bisakah Gista menyelesaikan m...