Ulasan senyum yang dibuat Gista sejak pagi tadi—bahkan sejak kemarin sore belum hilang sampai saat ini. Istirahat kali ini dia sangat bersemangat untuk ke kantin. Biasanya dia akan bertemu Rasya di sana, dan entah kenapa hari ini Gista sangat ingin bertemu dengan Rasya.
Sedari tadi Gista mencari orang yang sangat ingin ia temui. Namun, sudah beberapa menit ia mengedarkan pandangannya ke sekeliling kantin, orang yang dicarinya tidak ada. Sampai akhirnya Gista melihat beberapa teman Rasya tidak jauh dari tempat dirinya duduk, lalu Gista menghampirinya.
Gista menepuk bahu salah satu dari mereka, yang ditepuk menoleh.
"Eh, Gis." ucapnya tersenyum.
Gista hanya membalas dengan senyuman.
"Ada apa Gis?" tanya Dika.
"Rasya kemana? Dari tadi gak liat dia ada di sini. Biasanya kan gabung bareng kalian." Gista menjawab dengan melihat ke sekeliling kantin berharap tiba-tiba Rasya datang dan menghampirinya.
"Tadi sih di kelas. Gak tau kalo sekarang. Tapi, kayanya dia gak bakalan ke kantin."
Mendengar jawaban Dika, Gista sedikit merasa aneh. Tidak biasanya Rasya tidak keluar kelas saat istirahat. Gista tau, Rasya tidak suka hanya diam di dalam kelas saat istirahat. Tapi entah kenapa hari ini Rasya hanya diam di dalam kelas.
Gista mencoba menyingkirkan pikiran negatifnya dan berpikir mungkin Rasya sedang mengerjakan sesuatu di kelasnya. Mungkin dia lupa mengerjakan PR lalu akhirnya dia menyalin jawaban temannya. Meskipun dirinya tau Rasya bukan tipe orang yang suka menyalin jawaban temannya.
"Oh gitu, oke makasih, Dik." ucap Gista lalu meninggalkan kantin.
Mungkin nanti Rasya akan menemui dirinya di kelasnya. Gista lagi-lagi memikirkan kemungkinan yang belum pasti.
• • •
Sama halnya tadi pagi, di jam pelajaran terakhir pun, Rasya tidak fokus dengan apa yang dijelaskan oleh gurunya. Dia berkali-kali melirik jam tangannya berharap bel cepat berbunyi.
Sampai akhirnya bel pulang berbunyi. Rasya langsung menghambur keluar kelas setelah guru yang mengajar menutup pembelajaran dan meninggalkan kelas.
Dia tidak memperhatikan sekelilingnya, bahkan teman-temannya yang memanggil namanya pun tak ia hiraukan. Yang ada dipikirannya saat ini hanya kemungkinan-kemungkinan tentang perempuan yang dia cintai.
• • •
Sesampainya di rumah, Rasya langsung menuju ke kamarnya. Melempar tasnya, dan membenamkan tubuhnya di atas kasur. Dia memejamkan matanya.
"Gista. Apa bener kamu selingkuh, Gis? Kamu selingkuh sama yang nganterin kamu tadi pagi?" Pertanyaan-pertanyaan itu diucapkannya dengan lirih.
Saat Rasya berpikir, seketika dirinya teringat dengan ucapan perempuan yang berbicara dengannya beberapa hari yang lalu.
Saat itu Rasya baru saja menutup telepon dari Gista yang menyatakan bahwa dia tidak bisa datang ke taman hari ini. Sesungguhnya Rasya merasa kecewa, kejutan untuk Gista di hari anniversarry-nya tidak berhasil, bisa dikatakan gagal total.
Setelah Rasya menutup telepon dari Gista, tidak lama ada yang memanggil namanya. Rasya berpikir itu Gista yang sengaja memberi kejutan untuknya.
Tapi kenyataan tidak sesuai dengan harapannya. Yang datang menghampirinya adalah seorang perempuan yang tidak ia kenal, tetapi melihat pakaian yang dikenakan perempuan itu sama dengan seragam sekolahnya.
"Hai, Rasya." ucap perempuan itu dengan senyuman penuh arti.
Rasya tidak menjawab, hanya diam dan mengerutkan dahinya memandang perempuan itu.
YOU ARE READING
Mathematics
Fiksi RemajaGista Citra Anantasya; gadis cantik dan ramah yang mempunyai sedikit masalah dibidang akademinya. Dirinya sedikit sulit untuk mengerti pelajaran matematika. Satu masalah bertambah setelah Gista bertemu dengan seseorang. Bisakah Gista menyelesaikan m...