Pagi ini Gista terbangun dengan senyum lebar. Dia tersenyum ketika mengingat kejadian kemarin. Bermain di tempat favoritnya bersama Rasya. Dan juga, Gista senang bisa membayar apa yang seharusnya sudah mereka lakukan beberapa hari yang lalu.
"Pagi mah." sapa Gista dengan senyumnya ketika sampai di meja makan.
"Pagi sayang." Prita melihat bingung kepada Gista yang menyunggingkan senyumnya. "Pagi-pagi udah senyum-senyum aja, kenapa nih?"
Gista duduk di sebelah Prita. "Ah gak ada apa-apa kok."
"Lagi jatuh cinta ya?" goda Prita.
Gista yang sedang melahap rotinya, langsung tersedak saat mendengar ucapan mamahnya dan ia juga yakin pipinya berubah menjadi merah.
"Tuh kan bener! Sama siapa? Kok gak dikenalin sih?"
Selama Gista dan Rasya pacaran, Rasya memang belum pernah bertemu dengan orangtua Gista, itu karena waktu yang tidak tepat. Entah seperti saat di bulan ke 2 mereka pacaran, pernah Rasya akan mampir ke rumah Gista, namun orangtua Gista sedang tidak berada di rumah, atau saat di bulan ke 4, ketika Rasya mengantarkan Gista pulang dan berniat mampir, tetapi kedua orangtua Gista sedang ada tamu.
Dan juga, Gista tidak pernah membicarakan soal Rasya kepada kedua orangtuanya ataupun kepada Gabriel. Menurutnya dan juga Rasya, mungkin harus menunggu waktu yang tepat.
"Jatuh cinta sama siapa emang aku? Gak kok mah." elak Gista.
"Loh, kamu kemarin malem di anterin sama cowok kan? Terus sekarang udah senyum-senyum sendiri. Awas loh nanti gila sendiri gara-gara cinta."
"Ih mamah! Ngedoain anaknya gila lagi!" ucap Gista cemberut.
"Lagian mamah tau dari mana kemarin aku pulang sama cowok?"
"Iya, mamah tau lah. Kamu naik motor kan?"
Gista mengangguk ragu. Hati Gista berdebar, sekarang bukan waktu yang tepat untuk mamahnya tau tentang Rasya. Bukan sekarang, di saat dirinya sedang merasa senang.
"Aduh! Sayang kamu jangan pacaran sama dia deh!" ucap Prita tegas.
Debaran dihati Gista semakin kencang, ditambah dengan kerutan bingung di dahinya.
"Loh, kenapa?"
"Iya, masa kamu pacaran sama tukang ojek sih?"
Sontak Gista tertawa, debaran dihatinya hilang begitu saja.
"Loh, kamu kok malah ketawa sih, sayang? Pokoknya kamu jangan pacaran sama tukang ojek ya!"
Masih dengan tawanya Gista mengangguk.
"Jangan cuman ngangguk aja! Awas ya kalo kamu pacaran sama tukang ojek, uang jajan kamu mamah potong!"
"Iya mah, lagian siapa lagi yang pacaran sama tukang ojek."
Gimana bisa mamahnya menyangka Rasya sebagai tukang ojek. Padahal dari tampang saja, Rasya jauh lebih baik dari tampang tukang ojek bila dibandingkan.
"Udah ah, aku mau berangkat. Papah mana mah?"
Prita mengernyit. "Loh, sayang kamu kan tau kalo hari rabu, papah kamu berangkat pagi."
Gista menepuk dahinya. "Oh iya, Gista lupa. Yaudah, aku pergi sama mang Udin aja."
"Mobil papah kan di bengkel sayang, otomatis papah pergi sama mang Udin."
Gista menghela napas. "Terus, aku pergi sama siapa dong?"
• • •
"Abang sehat?" tanya Reza saat melihat Rasya yang sedang melahap sarapannya.
"Menurut lo?"
YOU ARE READING
Mathematics
Teen FictionGista Citra Anantasya; gadis cantik dan ramah yang mempunyai sedikit masalah dibidang akademinya. Dirinya sedikit sulit untuk mengerti pelajaran matematika. Satu masalah bertambah setelah Gista bertemu dengan seseorang. Bisakah Gista menyelesaikan m...