"Heh! Tumben pagi-pagi udah ada di kelas? Biasanya juga datang 10 menit sebelum bel." ucap Dinda saat duduk di sebelah Gista.
Pagi ini entah kenapa Gista bangun lebih awal dari biasanya. Dia datang di saat keadaan sekolah masih sepi dan hanya baru beberapa siswa saja yang datang.
"Benerkan Din, matematika aku remedial lagi." Gista menundukan kepalanya.
Dinda menatap Gista bingung. "Bentar deh, tau dari mana coba kalo matematika kamu remedial lagi? Kan hasilnya juga belum dibagiin Gis."
Gista mendongak. "Kemarin waktu istirahat aku gak sengaja tabrakan gitu sama pak Zio, udah gitu aku disuruh ikut ke ruangannya, terus katanya hasil remedial kelas kita ada yang di remed lagi. Dan yaa orang itu aku, Din." Cerita Gista.
"Lagi kok bisa sih kamu cuman ngerjain 8 soal? Padahal kan udah belajar Gis."
Gista menghela napas. "Gak tau deh Din, pasrah banget aku sama matematika."
"Yaudah, sekarang belajar lagi bareng Rasya Gis! Ada waktu 3 hari sebelum pelajaran matematika Gis."
"Gak deh Din, 3 hari ke depan Rasya sibuk latihan basket."
"Belajar bareng aku aja yuk! Gimana Gis?" tawar Dinda.
Gista tersenyum lalu menggeleng. "Thanks Din, tapi kamu juga kan sibuk sama jadwal kumpul organisasi kamu."
"Iya sih. Tapi Gis, aku bisa kok ngajarin dikit-dikit, ada waktu kok ya walaupun 1 hari sebelumnya."
"Gak apa-apa Din. Gak usah, aku belajar sendiri aja."
• • •
"Ini apaan deh soal susah banget."
"Kenapa hasilnya malah gak ada sih?!"
"Padahal jalannya kan udah bener."
"Kenapa harus nyari x? Padahal x udah bahagia bareng y?"
"Dan kenapa aku bego banget di pelajaran matematika?!"
Seperti itu lah kata-kata yang sedari tadi keluar dari bibir Gista. Rencananya sepulang sekolah Gista akan belajar di perpustakaan. Tapi bukannya soal-soal itu selesai, malah soal-soal itu mendapat omelan dari Gista.
"Soal tuh, jangan di omelin tapi di senyumin terus di kerjain."
celetuk seseorang dari arah kanan Gista.Gista yang emang sedari tadi menunduk lalu mendongak ketika mendengar suara itu.
Gista menoleh ke arah suara itu berasal. "Eh bapak." Gista tersenyum kikuk.
"Sedang apa kamu? Belum pulang?"
"Lagi belajar matematika pak, belum."
"Lagi belajar atau lagi ngomelin soal?" tanya Zio lalu duduk di hadapan Gista.
Gista hanya bisa tersenyum kikuk ke arah Zio.
"Soal tuh di senyumin terus dikerjain yang emang menurut kamu gampang dulu. Bukan malah di omelin gak jelas kaya tadi." ujar Zio.
Gista mendengus pelan. "Abisnya sebel sih pak, padahalkan jalan nya bener tapi isinya gak ketemu terus."
"Berarti kamu kurang teliti." Zio tersenyum. "Ibaratkan kamu sedang mencari sesuatu hal tapi kamu gak teliti. Apakah sesuatu hal itu dapat kamu temukan? Tidak kan? Nah, matematika juga sama seperti itu. Bedanya di dalam matematika kamu harus teliti dalam menghitung."
Gista mengganguk. "Oh gitu yaa pak." lalu tersenyum lebar."Makasih pak buat sarannya."
Zio mengangguk lalu melihat jam tangannya. "Sudah sore, kamu tidak pulang?"
"Eehh, pulang dong pak. Masa nginep sih."
Zio terkekeh. "Pulang sama siapa?"
Gista yang sedang membereskan alat tulisnya menoleh ke arah Zio. "Nunggu pak Udin jemput. Katanya sih lagi di jalan."
Zio mengangguk. "Yaudah, saya duluan ya!"
• • •
Sudah hampir 10 menit Gista menunggu di pos satpam. Pak Udin bilang katanya dia lagi dijalan 5 menit lagi juga nyampe. Tapi setelah hampir 10 menit Gista menunggu, pak Udin belum datang juga!
Merasa ponselnya bergetar Gista membuka ponselnya.
Pak Udin : Neng maaf ban mobil nya kempes ternyata. Neng naik bis atau apa aja, maaf saya gak bisa jemput neng.
"Pak Udin kenapa gak bilang dari tadi aja coba? Kenapa bilangnya pas udah sekolah sepi. Udah sore lagi." Omel Gista.
Jadi Gista berjalan ke arah gerbang sekolah untuk mencari taxi atau angkutan umum lainnya. Tapi percuma gak ada satu angkutan umum atau taxi yang kosong.
"Loh, kamu belum pulang juga?" tanya seseorang saat melihat Gista berdiri di depan gerbang.
Gista mengangguk. "Iya, pak Udin gak bisa jemput katanya ban mobilnya kempes." Gista menatap bingung ke arah seseorang itu. "Bukannya tadi bapak udah pulang ya? Kok balik lagi?"
"Oh iya ini ada sesuatu yang tertinggal di meja saya." Zio melihat jam tangannya. "Gimana kalo kamu saya antar pulang?"
• • •
"Makasih pak, maaf jadi ngerepotin." ucap Gista saat turun dari motor Zio.
"Sama-sama." Zio menatap Gista. "Lagi pula saya tidak mungkin kan membiarkan perempuan sendirian, apalagi sudah sore seperti ini."
Gista tersenyum kikuk. "Sekali lagi, Makasih ya pak!"
Zio mengangguk. "Saya pamit dulu yaa."
• • •
Haii!Maafin baru update karena baru dapet ide tapi karena galau jadinya pendek maaf yaaaa. hehe
Jangan lupa Vote dan Comments.See youuu!
YOU ARE READING
Mathematics
Teen FictionGista Citra Anantasya; gadis cantik dan ramah yang mempunyai sedikit masalah dibidang akademinya. Dirinya sedikit sulit untuk mengerti pelajaran matematika. Satu masalah bertambah setelah Gista bertemu dengan seseorang. Bisakah Gista menyelesaikan m...