Suara riuh meneriakan klub basket sekolah kami menggema di lapangan indor sekolahku. Beberapa pemandu sorak sudah dari tadi berteriak dengan baju minim mereka menyorakkan memberi semangat pada pemain basket kebanggan sekolah kami. Aku melihat Keenan sebagai kapten tengah sibuk menunggu operan dari tekan satu teamnya.
Peluh di keningnya seakan ingin menunjukan bahwa ia telah bekerja keras demi menang melawan team lawan. Aku harap-harap cemas ketika ia menggiring bola orange ke ring lawan yang ada di jaga ketat oleh lawan. Tanpa di duga ia melemparkan bola orange membuat bola itu melambung melewati beberapa hingga masuk kedalam ring membuat sorak-sorak teman-temanku menggema di seluruh lapangan. Ia berhasil memberi tiga poin bagi sekolah kami.
Tak lama peluit panjang berdering nyaring menandakan pertandingan usai. Semua orang bersorak karena kemenangan mutlak bagi team sekolah kami. Mataku masih melihat Keenan yang tampak bahagia yang kini tengah di arak oleh teman-temannya karena berhasil membawa nama sekolah menjadi juara utama.
Mata yang jeli ini menemukan beberapa adik kelas kami tengah memberi selamat pada Keenan yang tentu kini namanya dikenal. Siapa juga yang tak tau kapten team basket sekolah, rasanya seluruh sekolah mengetahuinya. Beberap adik kelas terlihat tengah memberi minum, ada yang memberi handuk dan beberapa memberi coklat. Seolah ingin menarik perhatian si lelaki yang kini namanya tengah di teriakkan karena kepiawaiannya mendribel bola.
"Shaa mana hadiah gue" ujar Keenan yang menghadang kerumunan perempuan di sekelilingnya demi menujuku.
"Ketinggalan di kelas" ucapku santai dan berjalan beriringan dengan Keenan meski kini banyak mata yang memandang kami. Aku tau beberapa perempuan memendam cinta pada laki-laki ini sayangnya laki-laki kurang peka terhadap sekitar. Ia bahkan cendrung tak peduli dengan orang-orang yang diam-diam mendambanya disetiap melihat wajahnya.
"Lo awas aja kalo lo gak nepatin janji bakal kasih hadiah ke gue kalo gue menang" aku cuman mengangguk saja sambil terus berjalan.
"Nan lo sadar gak sih banyak perempuan yang suka sama lo" ujarku tiba-tiba geram melihat tingkah laku Keenan yang cuek setiap kali ada perempuan yang memberikannya perhatian.
"Gak tuh" ujarnya cuek seperti biasa.
"Lo gak ada perempuan yang lo suka gitu?" tanyaku meneliti karena rasanya tak mungkin dari sekian ratus perempuan yang ada di sekolah ini tak ada satu pun yang menarik hati Keenan.
"Gue belum mau pacaran dulu gue mau seneng-seneng dulu sama sahabat gue satu ini" ujarnya sambil mengacak rambutku. Aku protes namun ia malah terkekeh mendengarku protes.
"Lo gak takut apa orang-orang mikir kita pacaran dengan tingkah lo yang barusan" ujarku yang sebenarnya penasaran bagaimana penilaian Keenan mengenai kami yang sering di gosipkan tengah dekat bahkan pacaran.
"Gue pernah bilang kan, omongan orang gak usah di pikirin Sha" ungkapnya membuatku manggut-manggut memahami apa yang ia maksud. Tapi dalam hatiku aku tak pernah bisa mengabaikan apa kata orang. Sungguh penilaian orang itu berarti bagiku. Aku tak suka setiap kali dipandang orang-orang karena aku berteman dengan laki-laki ini.
"Kadang gue sering mikir lo yang begitu di sukai banyak orang cuek banget beda banget sama Gio yang hobi berat cari perhatian demi orang-orang suka sama dia. Ironis gue lihatnya" Keenan tertawa mendengar komentarku.
"Kadang kan hidup gak sesuai dengan apa yang kita mau" aku bersiul mendengarnya mulai berfilosofi. Ia kemudian hanya tersenyum melihatku menggodanya.
"Everbody loves you" ucapku tiba-tiba mengucapkan kata yang ada dalam pikiranku. Kata-kata itu terucap begitu saja membuat Keenan kini menatapku kaget aku bicara seperti itu.
"Lo termasuk gak ?" godanya setelah bisa menghilangkan ekspresi terkejutnya.
"To be honest no" ucapku sambil mengangkat kedua bahuku.
"Berarti lo bukan orang dong" cibirnya membuatku memutar bola mataku.
"Oke-oke lo memang bukan orang tapi sahabat perempuan gue satu-satunya" ungkapnya yang kini mencubit pipiku seperti gemas. Aku hanya bisa pasrah membiarkan melakukan hal sesuka hatinya.
***
Aku mengurungkan niat untuk memanggil Keenan ketika laki-laki itu sibuk dengan perempuan. Nampaknya Keenan tengah melakukan pembicaraan asik hingga tak menyadari kehadiranku yang diam-diam menatapnya. Kini perempuan yang tengah bersamanya tertawa lepas.
Sepertinya perempuan yang tengah bersama Keenan menyukai laki-laki itu. Seorang perempuan pasti bisa menilai perempuan lain apakah tengah jatuh cinta atau tidak. Dan aku bisa melihat ada sinar cinta yang dilayangkan oleh perempuan yang kini menunduk malu karena ditatap oleh kedua mata teduh milik Keenan.
Lama aku memperhatikan dua orang itu hingga bersandar pada salah satu pilar penyangga bangunan sekolah. Aku sengaja menyadarkan punggungku disana berharap seorang Keenan tak bisa melihat diriku yang diam-diam memperhatikannya. Aku tak mau ia besar kepala karena melihatku menatapnya tanpa sepengetahuannya.
"Hayo cemburu lo ya Keenan sama cewek lain" Gio menepuk pundakku membuatku kaget dan hampir jatuh karenanya.
"Gak lah emang gue siapanya Keenan sampe cemburu segala" ucapku membela diri karena sungguh dalam hatiku tak pernah ada rasa cemburu ketika melihat laki-laki itu tengah bersama perempuan lain selain diriku.
"Keenan banyak yang suka ya" gumam Gio tiba-tiba dengan kedua matanya menelaah Keenan dari sini. Aku menatap wajahnya kemudian mencerna apa yang baru saja ia katakan. Memang benar Keenan banyak yang suka terlebih karena sikap ramahnya pada semua orang.
"Yah siapa sih yang gak suka sama Keenan, lo aja suka kan sama Keenan?" ujarku menggoda Gio yang merupakan sahabat Keenan yang kemana-mana selalu bersama layaknya sepasang kekasih.
"Yey gue masih normal kali Sya daripada Keenan gue masih milih lo kok" aku memutar kedua bola mataku kemudian meninju pelan perut gempal Gio. Ia langsung pura-pura kesakitan membuatku tergelak tertawa karena kelakuannya. Meski kadang lelucon Gio tak lucu tapi cukup menghibur diriku.
"Everbody loves Keenan" gumamku menganalisa apa yang baru saja Gio katakan mengenai semua orang yang nampak nyaman di samping Keenan. Jika ditelaah memang benar hampir semua orang menyukai Keenan. Ia laki-laki supel yang mampu bergaul dengan siapapun tak memandang gender dan umur. Lihat saja teman Keenan mulai dari laki-laki sampai perempuan, mulai dari teman satu angkatan, junior bahkan senior. Semua tampak nyaman bisa bergaul dengan seorang Keenan yang pada dasarnya easy going.
"Ya everbody loves Keenan termasuk lo" cibir Gio membuatku melayangkan tatapan tak setuju. Benar aku menyukai Keenan tapi bukan menyukai dalam arti aku menyimpan perasaan khusus untuk laki-laki itu. Aku hanya menyukainya yang selalu bisa membangun suasana hangat saat kami berdua bicara. Ia juga mampu menjadi teman berdiskusi yang sepadan mengenai apapun, mulai dari musik, film, sampai tempat nongkrong terbaru. Jadi tak salah kan jika aku bilang semua orang menyukai Keenan termasuk aku.
***