Saat tengah malam telah menuju pagi hari, derasnya hujan masih menghujam bumi, hingga gemericik dedaunan terdengar jelas karena hujan.
Menjadi waktu yang tepat untuk terlelap, namun tak dapat memaksa mataku untuk terpejam. Mengistirahatkan raga yang lelah. Dan di buai dalam mimpi indah.
Menangis lagi? Dan lagi? Kini mataku sudah cukup sakit bahkan kepalaku juga menghukum dgn sakit tak tertahankan. Sungguh heran, harusnya ku paksakan diri istirahat,bukan?
Aku semakin kesal, semakin lama tubuhku juga terasa pula tapi otak knapa enggan berhenti dalam kadar sejenak?
Masih terpikir bukankah hdup ini ada penghentian. Bukan terus berjalan tapi, kenapa bahkan tidur menjadi siksaan?
Aku percaya hidup adalah anugerah terindah. Hidup adalah perjuangan. Dan hidup adalah c.i.n.t.a.
Aku terisak kembali. Bisakah hidup di gambarkan lebih sederhana dalam air mata dan tawa bahagia?
Bukankah semua miliki keadilan? Namun kenapa roda tak berputar? Sementara posisiku gamang.
Bisakah sejenak hidup ini berhenti? Berhenti sejenak dri pertnyaan dan pernyataan. Rasa sakit dan kebhgiaan. Bisakah hanya memikirkan saat ini tanpa menimbang nimbang masa depan yg terjadi..

YOU ARE READING
Folge von Wörtern in der Stille
PoesiaFolge von Wörtern in der Stille berarti 'Untaian kata dalam diam' dalam bahasa Jerman. Dalam diam lah saat kata-kata ini bermunculan, tak pernah terucapkan ataupun terutarakan hanya menjadi untaian kata yang menyayat dan terabaikan. Saat be...