7

36 8 0
                                    

"Hai. Nama gue Arlanda Renand Febrio. Bisa dipanggil Arlan."

'Arlanda Renand Febrio... Kenapa lo kembali lagi saat gue udah mulai bisa ngelupain lo?'

"Kamu bisa duduk ditempat yang kosong."

***

Nata's POV

D kelas ini ada 2 bangku kosong. Satu dipojok kanan belakang dan yang lagi satu dibelakang gus...

'Plis jangan duduk dibelakang gue,' gue memohon dalam hati.

Dan harapan gue nggak terkabulkan. Dia berjalan kearah gue dan sempat berhenti sesaat disamping. Gue yakin, dia sempat senyum sebentar. Walau cuma sebentar, itu bisa bikin jantung gue berdebar kencang.

Ya. Dia seseorang yang mampu bikin gue jantung gue berdebar untuk pertama kalinya, bikin perasaan gue jadi nggak menentu untuk pertama kalinya, bikin gue selalu ingin deket dia untuk pertama kalinya, bikin gue nyaman untuk pertama kalinya dan tentu saja, jatuh cinta untuk pertama kalinya.

"Nat," suara Rey membuyarkan lamunan gue.

"Apa?"

"Arlan?" suara Rey terdengar ingin meyakinkan dirinya bahwa itu adalah Arlan gue yang dulu.

"Ya, dia itu Arlan yang dulu," kata gue pelan.

Arlan yang sudah duduk di belakang gue diem tanpa suara.

Ok.

Dia nggak ada niat buat nyapa gue gitu?

Gue berharap banget? Iya emang.

Apa gue yang harus nyapa duluan? Kayaknya nggak deh.

Lama berdiam - diaman seperti ini bikin gue jadi gemes. Bel istirahat udah bunyi, dan gue nggak ada niat buat ke kantin. Rey udah gue suruh ke kantin sendirian.

Lo pada tau kan, kenapa gue nggak mau ke kantin? Gue nungguin dia ngajak gue ngobrol. Hehe...

Kedua kaki gue, gue ayunin ke depan lalu belakang. Begitu terus sampai suara itu terdengar.

"Seira?"

OMG.

Dia ternyata masih inget panggilan itu. Nama itu yang selalu dia pakai ketika gue sama dia masih pacaran...

Gue noleh ke gue sambil masang muka datar. Akting gue bisa dikategorikan lumayan kali ini.

"Apa?"

"Gue kangen lo."

'Gue juga kangen sama lo. Kangen banget malah,' maunya sih gue bilang gitu. Tapi yang keluar dari mulut gue cuma, "Kenapa lo kangen gue?"

Kampret.

Arlan terdiam sebentar. "Kangen juga perlu alasan?" Arlan balik nanya ke gue.

***

Author's POV

Nata sukses terdiam mendengar perkataan Arlan.

"Ya enggak," kata Nata singkat. Arlan berdiri lalu dengan cepat berpindah tempat duduk disamping Nata.

"Ra..."

"Apa?"

"Lagi ngapain?"

"Duduk."

"Gue serius, Ra."

"Nggak usah manggil gue Seira lagi deh. Panggil aja Nata kayak yang lainnya," kata Nata sedikit ketus. Padahal hatinya sangat senang.

"Itu kan panggilan kesayangan gue ke lo. Berarti, panggilan itu berlaku kalo gue masih sayang lo."

Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang