Ify : Rio, mengapa cinta membuat ku gila, apakah kou tahu?

1.6K 71 1
                                    

Ify P.O.V

WAKTU itu, aku melihatnya sudah seperti Cosmos yang menyelamatkan dunia, sangat mengagumkan. Jiwa penolongnya saat itu sepertinya terkuak ke permukaan, dia dengan gagahnya menyebrangkan nenek tua yang membutuhkan pertolongan dan dengan segenap jiwa dan raga tanpa pamrih serta dengan segenap hati dan ketulusan ia mengulurkan tangannya pada nenek di pinggir jalan tersebut, menggemgam erat dengan penuh hati-hati sambil terus tersenyum, nenek itu terharu dan tersenyum lebar, berterimakasih. Seketika ada bagian hatiku yang tergelitik, rasa kagum kepada cowok yang entah siapa namanya aku pun tak tahu. cowok itu tampan sepertinya seumuran denganku jika aku deskripsikan dan ia tentunya Manusia. Sedangkan aku? Hey, aku Ifyana Queen, hantu bertittle kunti yang meninggal satu tahun yang lalu karena tertabrak Bus. Menyedihkan bukan? Ya, ya, aku juga tahu ini bahkan tak pernah terbayangkan olehku sebelumnya aku meninggal di usia muda. Oh, NO! kalian tahu rasanya jadi aku, Tidak kan? Ya ampun, aku sungguh bersedih hati kalian tahu, disaat orang-orang sibuk dengan seabreg kegiatan, belajar, menikmati masa putih abu-abu, menyukai seorang cowok, tetapi aku harus meninggal, terlebih lagi yang aku tak terima adalah acara meninggalku yang kurang oke, err meninggal dengan cara tertabrak Bus. Kenapa tak meninggal dengan cara jatuh dari pohon saja kalau begitu ceritanya, mungkin aku bisa pamer pada sahabat ku, Siviane Caroline.

- - -

Malam yang sunyi, suara kukukan burung hantu menjadi backsound malam ini. Seperti malam-malam sebelumnya, Aku dan Via duduk manis di dahan pohon Beringin, mengayun-ngayunkan kaki kami dengan bebas. Lagi-lagi kami melakukan ritual curhat yang rutin setiap malam, karena kami berdua sama-sama jomblo, tak punya pacar maupun kecengan. Sebenernya aku punya sih, hanya saja orang yang menjadi kecenganku itu manusia bernama Mario Adam. Ya, kalian tahu kan aku siapa, aku sudah menjelaskannya tadi aku itu hantu, seseorang yang sudah meninggalkan alam dunia ini. Cowok cosmos yang pernah aku lihat itu namanya Mario Adam atau orang biasa memanggilnya dengan sebutan Rio.

Mario Adam, siwa kelas XII IPA 5 di SMA Pancasila, siswa populer dikagumi hampir setengah siswi penghuni SMA Pancasila. Oke, jelas saja dari tampang Rio tak perlu diragukan lagi, dan itu menjadi nilai plus yang bikin aku naksir abis sama Rio. Sebenarnya bukan tampang kece Rio yang membuat aku fall in love tapi hati Rio yang seputih kapas. Kenapa aku mengatakan hati Rio seputih kapas? Ini berdasarkan fakta no wahid, Rio dengan sukarela nyebrangin nenek-nenek di jalan waktu itu.

"Udahlah, lo hapus aja tuh rasa cinta loe buat manusia itu," suara Sivia terdengar nyaring di sampingku. Aku menoleh ke arahnya sambil mendelik tak terima.

"Hati gue bukan tulisan Vi, jadinya nggak bisa dihapus," kataku cemberut.

Bagaimana mungkin aku menghapus rasa cintaku untuk Mario Adam yang sudah terlanjur sebesar dunia, seluas jagat raya ini? Tidak akan bisa tentu saja. Sivia memang gampang berbicara seperti itu karena ia tidak ada di posisiku, Rio adalah cinta pertamaku. Selama hidup di dunia manusia dulu sebelum aku meninggal aku belum pernah merasakkan hal semacam ini, jatuh cinta pada seorang cowok, teman-teman cowokku tidak ada yang menarik perhatianku sama sekali, baru kali ini, karena aku melihat dengan mata kepalaku sendiri kebaikkan hati Rio dan hal itu sukses membuat hatiku jungkir balik karena tiba-tiba saja menempatkan nama Rio sebagai tahta tertingginya.

"Tapi loe harus bisa. Dan loe harus lupain tuh manusia kece. Karena apa? karena loe sama dia itu beda kalian hidup di dunia berbeda. Dunia loe nggak bisa ditembus oleh Rio," Sivia berkomentar lagi. Dia menasehatiku. terus-terus dan selalu terus menasehatiku membuat aku pusing memikirkan kata-katanya yang benar itu.

Aku tahu dan bahkan sangat tahu, apa yang Sivia katakan itu benar adanya. Kami berbeda, dan sangat berbeda itu tidak bisa aku pungkiri. Rio manusia, aku hantu bagaimana mungkin bisa bersatu, sampai lebaran kucing pun tidak akan bisa.

Sebentar! Yang jadi pertanyaan apakah ada lebaran Kucing di dunia ini? Aku tidak tahu. Yang jelas ada ataupun tidaknya lebaran Kucing atau Kucing berlebaran tidak akan membantu aku bersatu dengan cintaku, Mario Adam.

"Lo nggak tahu sih Vi, sebesar apa cinta gue, gue sebelumnya gak pernah ngerasain hal ini sama cowok." Curhatku, mungkin sudah keseratus kalinya aku bilang, kalau Sivia tak mengerti akan perasaanku, jelas saja sahabatku itu kekeh menyuruhku untuk melupakan cinta terlarang ini. Baiklah aku mengakui ini termasuk ke dalam cinta terlarang, cinta antara manusia dan hantu. Ingat bukan cinta terlarang lagu the Virgin ya, tapi cinta yang kurasakan pada Rio, sang manusia.

Tiba-tiba aku melihat bagaikan slow motion sebuah Cagiva lewat di jalanan yang cukup sepi di hadapan kami berdua dan itu sukses membuat aku berteriak histeris.

"Kyaaaaaaa Vi, itu Rio Vi, itu Rio!!" teriakku tak jelas. Sivia di sampingku reflek menutup telingabya rapat-rapat, tapi aku tak peduli, mau dia jadi budek kek gara-gara teriakkanku tadi, yang jelas dan sangat jelas aku senang tiada terkira karena cowok kecenganku alias si manusia cosmos bernama Rio itu lewat di depan mataku. Eng.. rinduku terobati.

Hatiku berbunga-bunga tentu saja melihat Rio malam ini, meskipun pada faktanya Rio tak menyadari kehadiranku.

Melaju... Melaju.. Melaju dengan kecepatan sedang.

Rio yang aku tahu, selama enam bulan aku mengikutinya selalu hati-hati dalam membawa kendaraan, pria itu disiplin, tidak pernah menyalip kendaraan-kendaraan yang lain, walaupun sedang dalam ke adaan terburu-buru.

Tunggu, tunggu aku belum bercerita bukan, selama ini usaha apa yang aku lakukan supaya aku tetap bisa melihat pangeran cosmos ku itu?

Jadi begini, setelah siang itu, siang di mana aku dan Sivia menyaksikan sendiri kebaikkan hati Rio yang mambuat aku jatuh cinta, aku mulai mengikuti Rio setiap harinya dan itu sudah berlangsung sejak enam bulan, alasannya sangat simple, aku naksir Rio, makanya aku ingin tahu apa keseharian Rio, di mana Rio sekolah, makanan kesukaan Rio apa, hobi Rio apa dan sahabat-sahabat Rio seperti apa, aku ingin tahu kehidupan Rio, semua tentang Rio.

Setiap pagi, siang, sore, kalau di dunia hantu tidak ada urusan, aku pasti ada di belakangnya, mengikutinya, tapi tentu saja aku tidak masuk ke kamarnya karena itu privasi, bagaimana kalau Rio sedang ganti baju? Tidak! Jangan dibahas terlalu jauh, stop, oke?

"Biasa aja kales jangan bikin kuping orang budek dong sama suara kaleng rombeng lo itu," Sivia mendumel tak jelas, tapi aku tak memperdulikkannya, yang aku tahu saat ini adalah time to mengikuti Rio.

Satu,

Dua,

Tiga,

Tringgg..

Menghilang seketika dari sisi Sivia.

Melayang, terbang di atas Rio, itulah yang aku lakukan saat ini, ingin rasanya berada di belakang Rio boncengan dengan pangeran Cosmosku itu, memeluk pinggangnya erat, tertawa bersama melewati jalanan yang sepi dengan ditemani semilir angin malam yang dingin, ah mimpiku terlalu tinggi. Tapi, bukankah kita perlu bermimpi untuk suatu saat bisa diwujudkan oleh takdir. Menurut kakekku sih begitu, bermimpilah dan harus yakin suatu saat takdir akan membantu mewujudkannya untukmu. Iya, kakek pepatahmu aku laksanakan akhir-akhir ini setelah aku bertemu dengan Rio.

Rio, mengapa cinta membuat aku gila? Apakah kou tahu?

Hantu Fall In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang