Alvin : Tuhan, Apa Dicampakkan Sesakit Ini?

748 34 16
                                    

Malam ini aku akan mengunjungi pacarku Sivia, siapa lagi, beberapa hari yang lalu kan kami baru saja resmi pacaran, ya, memang aku memaksa sih, aku juga tidak mengijinkan nya untuk menjawab, tapi, aku tidak peduli, yang jelas kini aku tak jomblo lagi. Dengan membawa setangkai mawar merah yang kupetik lansung dari danau Rindu, danau Rindu, ya, salah satu tempat bersejarah di dunia hantu ini konon katanya danau Rindu mempunyai sejarah tentang seseorang gadis yang selalu merindukan kekasihnya namun kekasihnya itu tak kunjung datang juga, gadis itu terus menunggu, menunggu dan menunggu, hingga suatu hari si gadis merasa penantiannya sia-sia ternyata sang kekasih telah tiada, pergi ke tempat yang tak akan bisa di jangkaunya, meninggal karena kecelakaan pesawat dan terjatuh di lautan lepas, jasadnya pun tak di temukan, katanya lagi saking cintanya gadis itu sampai-sampai memutuskan untuk tidak menetapkan hati pada pria lain, gadis itu juga katanya sering mengunjungi danau itu jika ia merindukkan sang kekasih, miris sekali kisah gadis itu. Aku jadi kasihan, tapi bagaimana lagi, nasib sudah berkata, gadis itu juga tidak bisa melawan takdir yang telah tuhan gariskan, benar kan?

Nah, itu dia, kekasihku, Sivia. Seperti biasa sedang duduk bersama Ify sahabatnya di dahan pohon beringin, mereka pasti sedang curhat lagi, aku sudah tahu kebiasaan mereka yang hampir setiap malam curhat, sebenarnya aku yakin yang curhat itu si Ify, secara si Ify sedang naksir berat sama manusia yang katanya ganteng itu, halah palingan juga gantengan aku, huh!

Aku memutuskan langsung saja menghampirinya, mungkin aku seperti tamu tak di undang yang tiba-tiba saja datang tanpa pemberitahuan terlebih dahulu, tapi apa boleh buat, aku nggak peduli, aku langsung saja duduk di sampingnya.

"Nih, buat princess nya Alvin." kataku sambil menyodorkan setangkai mawar merah pada Sivia, kalian tahu, romantis kan? Siapa dulu, Alvin.

Kulihat Sivia menatapnya ogah-ogahan, dih Sivia so jual mahal banget, harusnya dia itu jadi wanita paling bahagia di dunia ini karena di kasih setangkai mawar merah dari orang ganteng seperti Alvin. Sedangkan Ify, menatapku bingung, menatapku lalu menatap Sivia, mungkin heran dengan ulahku yang biasanya ngajak ribut Sivia, eh sekarang, malah romantis. Sivia kan pacarku Fy, pasti nih si Sivia belum memberi tahu Ify.

"Vin, buat gue aja. Gue suka bunga Mawar, apalagi yang warna merah," seru Ify sambil mencoba merebut bunga yang ku sodorkan pada Sivia tadi. Tapi aku keburu menjauhkannya, membuat Ify cemberut. Heyyy, enak saja si Ify, dia bukan pacarku, ngapain aku ngasih mawar ke padanya nya, membuang-buang waktu ku saja.

"Nggak bisa. Lo bukan pacar gue! Minta aja sana sama manusia incaran lo itu, ini khusus gue petikin langsung buat yayang Sivia tercinta," kataku lebay, ya, pacar pertama memang harus spesial, bunga mawar saja aku bela-belain langsung memetik di danau Rindu.

Ku lihat Sivia melotot kearahku, mungkin karena aku membocorkan status nya yang kini sudah memiliki kekasih orang ganteng seperti aku, Siv, kamu sepatutnya bangga punya pacar seganteng aku.

"Vi, Lo pacaran sama Alvin?" tanya Ify, Sivia sepertinya ingin menyangkal, tapi dengan cekatan aku mendahuluinya berbicara.

"Iya! Mulai sekarang gue umumin Via itu pacar gue tercinta, dan buat lo inget ya! jangan macem-macem sama Via apalagi nyuruh-nyuruh Via kayak pembokat gue pastiin inceran lo si manusia itu bakalan gue gangguin." kataku mengancam pada Ify, awas saja kalau Ify sampai menjadikan pacar ku menjadi pembokat, aku tidak rela, sebagai pacar yang baik aku harus melindungi pacar tercintaku.

"Eh, Apa-apaan sih lo ngaku-ngaku kalau kita pacaran, jangan percaya deh Fy sama hantu kurang waras yang satu ini, gue belum terima dia juga," kata Sivia menyangkal.

"Kok kamu gak ngakuin aku sih Vi? hati aku bagaikan di tusuk-tusuk ribuan jarum loh kamu kayak gitu." balasku sedih pake banget, siapa yang nggak sedih coba, nggak di akuin sama pacar sendiri. Emang sih Sivia belum menerima aku waktu itu, tapi kan, walaubagaimanapun kemarin aku sudah memutuskan sendiri agar Sivia menjadi pacarku.

"Ya udah deh Fy ini bunga buat lo aja," kataku ogah-ogahan, lebih baik aku berikan saja bunga mawar itu kepada Ify, kasihan juga Ify mungkin dia belum pernah di kasih bunga mawar oleh seorang cowok, jomblo sih!

"Aku pamit ya cinta. Toh kamu juga gak ngakuin aku," kataku lesu. wajahku di tekuk murung, ini menyedihkan di tambah lagi Sivia menolakku di depan Ify, oh my god malunya jadi aku!

Lebih baik aku pergi saja dari tempat menyakitkan ini,

Tring..

Aku memutuskan untuk menghilang dari samping Sivia, toh untuk apa tidak di akui, huh, menyebalkan, Sivia kou bodoh telah menyia-nyiakan aku lihat saja nanti, kou akan menyesal dan akan memintaku untuk menjadi pacarmu, ingat itu.

Melayang,

Melayang,

Dan melayang bebas,

Hufft rupanya keadaan membawaku ke sungai Cinta, tempat pertama yang menjadi saksi aku tak jomblo lagi, karena dulu aku pengumuman sama Daud, dan kini aku mengunjungi tempat ini lagi, masih sama, hanya saja tidak ada Daud yang sedang melamun karena galau seperti waktu itu.

Aku memtuskan untuk duduk di batu besar, melamun di sana.

"Sivia, entah mengapa, gue sakit lo nggak mengakui gue, gue sadar emang gue yang maksa lo waktu itu, tapi kenapa ya hati gue se sakit ini, apa tanpa gue sadari kalau gue ternyata mulai jatuh cinta sama hantu yang hobi makan kaya elo?" tanyaku pada air sungai yang mengalir dengan tenang.

Aku tidak peduli air sungai itu mendengar ocehanku atau tidak, yang jelas aku ingin curhat, kalau sama Obiet pasti akan di tertawakan, masa baru saja pacaran sudah patah hati lagi? Kan, memalukan itu.

Tuhan, apakah di campakkan sesakit ini? Kenapa rasanya bahkan lebih sakit ketika luka di taburi garam? Eh, tunggu! Memang nya aku pernah mengalami nya ya, perasaan enggak kok! Hanya berpuitis saja, boleh kan?

Hantu Fall In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang