Biet, Kenapa Cinta Ribet Ya?

356 19 0
                                    

Alvin P.O.V

Aku mengintip di balik pohon Akasia tua, dia sedang duduk sendirian di dahan pohon beringin seperti yang sering di lakukannya bersama sahabatnya Ify, namun kali ini entah kemana perginya Ify dia hanya sendirian merana seperti orang bego. Kasihan sekali Sivia, makanya Siv kamu teh harusnya terima cinta aku kalau kamu terima kan aku bakalan nemenin kamu, alias kita tuh bakalan pacaran di dahan pohon beringin itu. Berdua, memadu kasih, romantis seperti romeo dan juliet, eh ngomong-ngomong romeo dan juliet pernah pacaran di dahan pohon beringin? Enggak sih hoho kan cuma perumpamaan.

Kemarin saat Sivia mencanpakkanku, aku tak terima sama sekali, hey, bagaimana mungkin seorang Malvin andrean yang ketampanannya tidak bisa diganggu gugat lagi di tolak sama cewek, itu sangat tidak bisa dipercaya. Hingga aku bertekad dalam hati jika aku akan membuat Sivia jatuh cinta padaku. Pokoknya aku harus berhasil.

Ku lihat lagi Sivia yang sekarang tengah mengobrol bersama Tania. Lah, kenapa sahabat Zeva itu menghampiri Sivia? Mau apa dia? Rupanya tadi aku sempat melamun sehingga tidak menyadari Tania menghampiri Sivia. Ngomong-ngomong soal Tania, dia tuh sahabat Zeva orang yang mencintaiku, tapi aku abaikan perasaannya, gimana ya aku gak ada rasa suka sama sekali sama dia, walaupun hantu satu itu cantik dan juga baik hati tapi entah kenapa hatiku tidak tertarik padanya, malah aku merasa sekarang itu aku lagi naksir Sivia, apalagi setelah dicampakkan kemarin rasa-rasanya semakin besar saja rasa cintaku pada hantu yang hobi makan itu.

Mengenai posisiku saat ini aku agak jauh dari keberadaan Sivia, sehingga aku tidak bisa mendengar percakapan mereka. Aku sengaja mengintipnya dari belakang gadis itu supaya tidak ketahuan, kan tengsin kalau sampai ketahuan sama dia sedang mengintip, seorang Malvin andrean ketahuan mengintip cewek yang selama ini dianggap musuhnya, sungguh itu bukan berita baik yang bisa di dengar.

Kuamati terus Sivia, si hantu yang hobi makan itu, kira-kira apa ya yang membuatku jatuh hati padanya? Aku jadi bingung juga, pasalnya ini mendadak, perasaan ini datang tiba-tiba -tiba-tiba saja aku melihat Sivia sebagai cewek, tiba-tiba saja aku ingin menjadikan Sivia milikku dengan menembaknya, tiba-tiba saja aku sakit ketika diabaikannya.

Sekarang bukan hanya dengan Tania gadisku itu mengobrol tetapi sudah dengan Nonov, si hantu cerewet. Entah mereka mengobrol apa yang jelas aku gak bisa mendengarnya karena terlalu jauh jarak kami berdua. Kemudian si nonov menghilang dan kini hanya mengisakan Tania juga Sivia. Ow, ow mereka menghilang, mau kemana mereka? Haruskah aku ikuti atau tidak ya? Hah, tidak ah, males kalau nanti mereka perginya ke mall.

Lebih baik aku menemui Obiet saja, dan meledeknya karena dia sedang jomblo haha.

***

"Vin, dari mana loe?" Sebuah seruan menyambut kedatanganku yang baru saja sampai ke tempat di mana biasanya aku menghabiskan waktu untuk curhat dengan obiet. Kalau Ify dan Sivia tempat curhatnya di pohon beringin, nah aku sama obiet mah di pohon pete. Satu alasan karena pohon pete yang menjadi tempat curhat kami ini sangat dekat dengan jalan raya, biasanya tengah malam tukang sate suka lewat ke daerah sini, dan kalian tentu saja tahu bukan kalau aku ini suka sate curian, tentu saja jika kami nongkrong di sini akan dengan mudah mencuri sate dari penjual sate yang lewat, katakanlah aku ini kejam, aku maling sate seenak jidat tanpa memperdulikan kerugian si tukang sate nanti, maaf ya soalnya satenya menggoda sih jadinya aku gak bisa menahan keinginanku untuk maling sate tersebut.

'Eh tapi itu kenapa si Zeva ada di sini? Mau ngapain dia? Ngapel kah? Hoho aduh harusnya kan cowok yang ngapel ke tempat ceweknya bukan sebaliknya?' Batin ku heran karena pandangan mataku tak sengaja bertubrukan dengan Zeva yang berada di samping Obiet kini.

Zeva tersenyum manis ke arahku, tapi aku menatapnya datar. Aduh gimana ya, kalau dibalas senyum nanti dia malah geer lagi, dikiranya aku juga naksir dia, padahal kan nggak sama sekali.

"Habis ngapel." Jawabku penuh penekanan. Biar Zeva tahu, kalau sekarang dirinya itu sudah tidak perlu lagi berharap padaku. Bukannya apa-apa aku sebagai orang paling ganteng sejagat raya ini, tidak ingin menjadi penyebab utama seorang perempuan sakit hati.

"Alvin, jadi bener ya Alvin udah pacaran sama Sivia? Kok bisa sih Vin? Kalian kan suka berantem selama ini, kok bisa jadian?" Tanya Zeva, kalau aku deskripsikan ada luka dalam pertanyaannya, seperti tidak rela mendengar kabar ini.

"Iya, sekarang gue udah punya orang yang spesial di hati gue, jadi orang lain gak bisa masuk lagi ke hati gue itu, sekalipun orang tersebut menggedor-gedor pintu hati gue itu, gue tetep gak bakal buka pintunya, karena ruang hati gue cuma untuk satu orang, gue orang nya gak suka berbagi, kalau satu ya udahlah satu, dua belum tentu bisa adil. Takut dosa," kataku ngalor ngidul. Eh, aku ngomong apaan ya? Kayaknya gak nyambung deh, tapi nyambung-nyambungin ajalah. Kalau otak Zeva encer dia bakalan ngeh omongan aku tadi. Aku tuh nyindir dia, kalau di hatiku sudah nggak ada lagi tempat bagi orang lain karena sudah terisi penuh oleh satu nama yaitu Sivia.

"Oh gitu ya Alvin. Ya udah deh Zeva pamit ya, Biet kapan-kapan kita ngobrol lagi ya, Zeva pergi dulu." Kata Zeva murung.

Hantu cantik itu kemudian menghilang dari pandanganku. Andai rasa ini untukmu Zeva, mungkin semua akan baik-baik saja. Kenapa sih cupid harus salah memanahkan busurnya pada orang yang tidak tepat?

"Hoyyy! Malah ngelamun loe" Obiet berteriak keras di sampingku, membuyarkan lamunanku.

"Biet kenapa cinta ribet ya?" Tanyaku mendadak aku jadi ingin bertanya seperti ini. Kenapa ya cinta ribet, si Zeva cinta sama aku, terus aku malah sukanya sama Sivia bukan Zeva, lalu si Sivia dia gak suka aku soalnya kan dia benci sama aku. Haduh pusing kepala pangeran jadinya.

Obiet menatapku heran. "Gak tahu. Gue pusing kalau mikirin cinta. Tapi menurut gue tadi loe keterlaluan sama Zeva, sadar nggak sadar ucapan loe tadi buat dia sakit hati," sahut Obiet.

"Tapi gimana dong Biet, dia udah tahu kan gue udah punya cewek, kenapa dia masih berharap? Lebih baik dari sekarang kan? Supaya dia gak sakit hati terus-terusan nunggu orang yang nggak pasti kayak gue." Kataku membela. Aku benar kan? Malvin tidak ingin terlalu dalam menyakiti seorang perempuan, walaupun dalam hal ini aku tidak bersalah karena Zeva sendiri yang memilih menyukaiku padahal sudah tahu perasaanku yang sesungguhnya, tetapi tetap saja dalam kamus hidupku yang namanya menyakiti hati perempuan itu tidak ada. Ibuku selalu mengajari itu.

"Iya sih loe bener juga. loe habis dari mana tadi? Seriusan ngapel? Terus kalian ngapain aja tadi, kencan ke mana?" Tanya Obiet beruntun terlihat sekali jika sahabatku itu penasaran.

"Ah.. loe mau tahu aja. Yang jomblo gak usah kepo, takutnya iri," jawabku. Aku tidak boleh memberi tahu Obiet yang sebenarnya. Obiet harus tahunya aku itu pacaran dengan Sivia.

"Yee sialan loe. Baru pertama pacaran aja belagunya minta ampun." Sahutnya tak terima dengan ejekkanku tadi.

"Suka-suka gue lah. Yang penting gue laku," sahutku cuek.

Sorry ya Biet, sekalipun loe sahabat gue, tapi gue gak mungkin ngasih tahu loe yang sebenarnya. Loe pasti ngeledek gue lagi kayak waktu itu. Ah gak mau ah gue. Batinku berbicara.

Hantu Fall In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang