Nonov P.O.V
"Nov, gimana sama rencana loe buat dapatin Daud itu?" Tanya Olivia.
Aku menoleh ke arahnya, "Ya seperti yang gue bilang sama elo gue lagi jadi secret admirernya, doain ya Liv, semoga berhasil dan gue bisa jadian sama yayang gue tercinta itu,"
"Amiin deh, loe emang udah ngirim suratnya hari ini?" Tanya Olivia lagi. Sesaat aku terdiam. Oh iya iya, kok aku mendadak pikun sih, aku kan belum ngasih surat ke Daud hari ini? Wah, bahaya, kalau mau bikin Daud tambah penasaran denganku kan harusnya aku mengiriminya surat romantic setiap hari.
"Belum. Ify belum ngasih suratnya lagi. Loe kan tahu gue gak bisa buat surat romantic, otak gue buntu kalau harus ngerangkai kata, bukan ahlinya," kataku lesu. Ah, kenapa sih aku tidak bisa membuat kata romantic kalau bisa kan gak harus nunggu Ify terus, apalagi si Ify kan juga lagi naksir manusia, dia juga punya urusan sendiri.
"Mau gue bantu buatin?" Tanya Olivia lagi. Aku cepat menggeleng untuk menjawabnya.
"Enggak ah, entar ancur lagi," kataku tanpa peduli Olivia yang cemberut mendengarkan jawabanku. Gimana ya, aku tuh maunya sama Ify, kan dia yang ditaksir Daud bukannya Olivia, jadi menurut pemikiranku yang entah masuk akal atau tidak jika Ify yang membuatnya maka keberuntungan Ify yang dicintai Daud akan menular ke padaku, dan entah kenapa juga aku punya pemikiran jika rencana ini akan berhasil asalkan Ify yang membuat suratnya. Lagipula kan Ify itu jago dia juga suka menang dalam lomba puisi, pasti dong kemampuannya membuat kata romantic itu tidak bisa diragukan lagi.
"Kok loe gitu sih? Gini-gini dulu waktu sekolah suka buat puisi, karya gue juga sering majang di mading," kata Olivia tak terima.
"Sorry ya Liv, waktu itu gue lihat senyum Daud waktu lihat surat yang gue kasih dan itu yang bikin Ify, nah kalau sekarang jadi loe yang buat gue gak yakin Daud bakal suka." Kataku memberi pengertian. Semoga Olivia mengerti deh, bukannya tidak mau memakai jasa Olivia membuatkan surat romantic untuk sang pujaan hatiku Daud, tapi aku itu tidak yakin Daud akan tersanjung seperti waktu dimana pertama kali aku mengiriminya surat romantic, beda orang kan pasti beda pemikiran.
"Iya deh, serah elo,"
"Eh ngomong-ngomong soal Ify dan surat romantic itu, kayaknya gue harus nyari Ify deh, gue pergi dulu ya Liv," kataku pamit. Olivia hanya mengangguk sebagai jawaban. Lalu aku segera beranjak dari sisi Olvia, aku harus mencari Ify dan mengakhiri acara curhatku bersama sahabat sejatiku selama di dunia hantu ini, Olivia.
Melayang...
Melayang..
Melayang..
Aku terus melayang mencari kira-kira di manakah Ify berada saat ini. Ah, iya di pohon beringin pastinya sedang bersama Sivia. Aku harus ke sana untuk memastikan.
Sim salabim sampaikan aku ke pohon beringin tempat tongkrongan Ify dan Sivia, amiin.
Ku ucapkan mantra dengan khidmat. Mantra yang siap membawaku ke tempat tongkrongan Ify dan Sivia. Pohon beringin.
Ting..
Ah, akhirnya aku sampai di sini, tapi... Ify mana? Kenapa hanya ada Sivia yang sedang mengobrol dengan Tania?
"Eh, Nonov loe ngapain ke sini?" Tanya Sivia yang menyadari kehadiranku.
"Nyari Ify, dia di mana ya Siv?"
"Yahelah loe kayak gak tahu aja, di mana lagi kalau bukan ngikutin kecengannya si manusia itu," jawab Sivia enteng. Aku menepuk jidat. Oh iya ding, bener juga, kok aku mendadak pikun sih? Kayaknya ini tuh gara-gara kebanyakan mikirin Daud deh, jadinya otak tuh penuh sehingga yang terjadi adalah aku mudah melupakan beberapa hal yang penting. Ihhh Daud kenapa sih Ud, kamu tuh meracuni otakku? Hingga kosentrasi terbagi seperti ini.
"Oh gitu ya, kalau gitu gue pamit ya Siv, Tan," kataku lagi.
"Tunggu.." teriak Sivia. Aku mengurungkan niatku untuk menghilang dari hadapan mereka berdua karena teriakkan Sivia tadi.
"Kenapa Siv?" Tanyaku mengangkat Alis heran, ngapain si Sivia ini mencegahku? Emangnya dia ada perlu apa sama aku?
"Emang loe mau ngapain nanyain Ify?" Yaelah, ternyata nih bocah satu cuma mau kepo, hadeuuhhh..
"Mau nyuruh buat surat," sahutku malas. Sivia mengangguk-ngangguk seolah tahu ucapanku itu mengarah kemana, wah jangan-jangan si Ify cerita lagi sama sobatnya yang hobi makan ini? Waduh, tengsin atuh gue kalau kayak gitu mah.
"Sini gue aja yang buatnya, gue juga gak kalah pinter dari si Ify, kasihan dia lagi nguntit pangeran hatinya," ucap Sivia menawarkan jasanya.
"Ah, enggak, gue maunya Ify yang buat, soalnya kan kemarin juga Ify yang buat, entar beda lagi," kataku menolak. Aduh, please deh ya ini tuh pada kenapa sih kok pada ngebet banget pingin buatin aku surat buat Daud, jangan-jangan mereka juga menaruh hati lagi pada pujaanku itu, errr tidak akan kubiarkan, Daud hanya untuk aku seorang tidak boleh yang lain.
"Loh gue sahabatnya Ify, udah gitu gue juga pinter buat kata-kata romantic, yakin deh Daud bakal meleleh setelah baca surat dari gue," kata Sivia lagi mencoba membujukku. Tuh kan Sivia tahu kalau surat itu untuk Daud, jangan-jangan bener lagi Sivia naksir Daud, oke ini tidak boleh dibiarkan.
Aku menggeleng dengan tegas. "Sorry ya Siv, gue maunya Ify yang nulis. Gue pergi dulu ya mau nyari Ify," kataku akhirnya.
Sim salabim antarkan aku ke tempat di mana Ify berada sekarang dong, gak boleh salah ya, amiin.
"Eh, Nov... Nonov gue sama Ify tuh pinteran gue tahu," teriak Sivia ketika aku sudah mengucapkan mantra dan menghilang dari hadapannya. Peduli amat ah, mau pinteran siapa juga, toh aku maunya dibuatin sama Ify bukan yang lain.
Ting..
Eh, udah sampai. Waduh, lagi pada upacara nih. Bodo amat ah, yang jelas aku harus segera menemukan Ify, di mana sih dia?
Ku edarkan pandanganku, mencari keberadaan Ify di antara deretan siswa yang sedang berbaris.
Aha, itu dia Ify.
Secepat kilat aku menghampirinya.
"Fy?" Kataku memanggil Ify yang tengah asyik menatap deretan siswa-siswi yang sedang melaksanakan upacara.
Ify menoleh, kulihat dia tampak terkejut karena kehadiranku yang pasti tak di sanhkanya itu, siapa suruh dia belum memberiku surat cinta untuk yayang Daud, jadi aku menyusulnya ke sini.
"Ngapain loe ke sini?" Tanyanya sewot, ih biasa aja kali Fy, aku ke sini gak bakalan kok ikutan ngecengin gebetan kamu itu.
"Buatin gue surat buat Daud lagi, kata loe kan harus tiap hari," kataku mengingatkan.
"Yahelah kan bisa pas gue udah pulang nanti,"
"Gak bisa. Loe pasti pulang malem, gue gak mau ngasihnya malem, terlalu lama," jawabku tak terima. Ify ini tuh punya pikiran gak sih? Harusnya dia juga bisa merasakan apa yang aku rasakan saat ini kan dia juga lagi naksir seseorang.
Ify mendengus, dan aku gak peduli. Yang jelas dia harus membantuku membuatkan surat untuk yayang Daud ku tercinta.
"Ya udah ayo," katanya malas. Yipppyyyy Daud wait me ya, sebentar lagi akan ada sebuah surat untukmu dariku, dan aku pasti akan melihat ekspresi tampanmu seperti waktu itu. Aku jadi tak sabar.
Aku tersenyum cerah, sorry ya Fy acara kamu harus ditunda dulu sebentar, ini tuh demi kesejahteraan cintaku pada Daud. Luangkan waktumu dulu untuk aku yang sedang berjuang untuk mendapatkan cinta seorang Daud ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hantu Fall In Love
Novela JuvenilIfy bilang pada sahabatnya Sivia kalau ia jatuh cinta pada Mario Adam seseorang dari dunia manusia, Sivia bilang Ify sebaiknya tidak boleh jatuh cinta pada manusia, karena mereka berbeda. Tapi, Ify bilang Ify tetap jatuh cinta, cinta tumbuh begitu s...