Malangnya Nasibku

387 21 2
                                    

Sivia P.O.V

Malangnya nasibku, semenjak ditinggal sahabat pergi ngapel ke tempat gebetannya. Ya, aku merasa orang paling malang saat ini, karena Ify sahabatku meninggalkan aku seorang diri di dunia hantu ini, duduk melamun di dahan pohon beringin tanpa ada yang menemani.

Sebenarnya tadi Ify mengajakku, siapa tahu aku ingin berkenalan dengan pangeran hatinya itu, tetapi aku menolak dengan tegas, bagaimana mungkin yang ada nanti - si manusia itu syok lagi melihatku, aku kan sadar diri aku ini siapa dia siapa belum tentu kehadiranku akan diterimanya, kalau Ify sih udahlah tuh orang satu entah punya otak atau tidak, padahal sudah aku peringatkan untuk tidak menguntit manusia itu lagi tapi saranku itu hanya masuk ke telinga kirinya lalu keluar lagi melalui telinga kanannya, dianggap angin lalu.

"Siv, tumben loe sendirian di sini?" Tanya Tania yang sudah duduk di sampingku. Aku sedikit terkejut karena kehadirannya yang tiba-tiba.

"Eh, elo ngagetin aja. Biasa lah si Ify lagi ngapel ke tempat gebetannya, gue jadinya ngejanda deh," jawabku dramatis. Sudah menjadi rahasia umum di dunia hantu ini jika Ify naksir manusia, hampir seluruh penghuni dunia hantu ini mengetahui hal tersebut salah satunya Tania yang tampak mengangguk-ngangguk mendengar jawabanku.

"Masih aja tuh si Ify, padahal ya menurut gue gak bakal ada gunanya, mereka gak bakal bersatu," ucap Tania.

"Namanya juga cinta Tan buta banget. Gue juga udah nasihatin dia tapi dia pura-pura tuli, ya udin lah gue biarin aja semaunya dia, toh yang capek dia juga. Eh, loe sendiri tumben main ke sini?" Tanyaku heran juga nih  sama ceu kunti satu ini kok tiba-tiba menghampiriku, ada apakah gerangan?

"Sebenarnya ada yang mau gue tanyain ke elo, loe beneran pacaran sama Malvin?"

Hah?!

Aku menganga kaget mendengar pertanyaan Tania. Sial. Rupanya rumor aku pacaran sama musuh bubuyutanku itu sudah menyebar, padahal itu gosip belaka aku sama sekali tidak pacaran dengannya. Hey, kami ini saling musuhan, mana mau aku pacaran sama dia. Dia memang menembakku, tapi aku tak menerimanya.

"Kata siapa loe? Gosip itu mah ih amit-amit gue sama dia. Eh, tapi ngapain loe kepo sama hal ini, jangan-jangan loe ada hati ya sama hantu gila itu? Hayooo ngaku loe?" Tanyaku heran.

Tania menggeleng dengan tegas. "Enggak, sembarangan loe. Di suruh sama Zeva. Loe kan tahu dia naksir berat sama si Malvin. Katanya dia dapet info ini dari Obiet sahabatnya Malvin kalau Malvin udah punya pacar dan itu loe," katanya menjelaskan.

Oh, gitu toh, jadi si hantu gila itu penguman pada sahabatnya kakau dia tak jomblo lagi dan berpacaran denganku, err seenaknya saja tuh, aku belum menerima dia juga malah main ngaku-ngaku aja lagi.

"Loe gak boleh percaya sama gosip murahan itu, dia cuma ngaku-ngaku aja, maklum kayaknya dia gak laku haha. Dia emang nembak gue, tapi gue gak nerima dia. Bilangin sama Zeva gak perlu khawatir mengenai gosip ini, kemarin gue udah mencampakkan dia kok," jawabku dengan bangga, ah iya kemarin aku kan mencampakkannya dengan mengabaikan setangkai mawar merah yang ia berikan padaku.

"Oh gitu ya, iya deh gue entar sampain sama Zeva. Kita jalan-jalan yuk Siv, bosen nih di sini mulu nggak ada kegiatan,"

Tiba-tiba tanpa aku duga Nonov muncul dihadapan kami.

"Eh, Nonov ngapain loe ke sini?" Tanyaku heran, ngapain juga hantu cerewet ini datang ke sini, mau nyari siapa?

"Nyari Ify, dia di mana ya Siv?" Jawab dan tanyanya. Oh, Ify toh, bukan aku, syukurlah lagian aku gak berharap dicari hantu cerewet itu.

"Yahelah loe kayak gak tahu aja, di mana lagi kalau bukan ngikutin kecengannya si manusia itu," kataku enteng. Dia menepuk jidatnya mendengar jawabanku. Mungkin saja dia baru menyadaru kepikunannya, siapa sih yang nggak tahu Ify kemana kalau pagi begini? Ya jelaslah jawabannya pasti ngikutin kecengannya si manusia tampan bernama Rio itu.

"Oh gitu, kalau gitu gue pamit ya Siv, Tan," katanya lagi.

"Tunggu.." teriakku menghentikkannya yang akan menghilang dari hadapan kami.

"Kenapa Siv?" Tanyanya mengangkat alis heran, mungkin kenapa aku mencegahnya pergi, padahal kan aku hanya ingin memastikan kenapa dia mencari Ify, apakah sama dengan dugaanku atau tidak.

"Emang loe mau ngapain nanyain Ify?" Tanyaku penasaran, sebenarnya tidak terlalu penasaran sih karena Ify pernah bercerita padaku jika sahabatnya itu sedang membantu Nonov untuk mendapatkan hati Daud. Dan kemungkinan pencarian Ify yang dilakukan Nonov ada kaitannya dengan itu.

"Mau nyuruh buat surat," jawabnya. Aku hanya mengangguk-ngangguk. Nah kan bener dugaanku, aku gitu lho selalu saja tepat sasaran. Aku udah nebak pasti ada kaitannya dengan acara pendekatan Nonov pada Daud, aku yang diberitahu Ify jelas saja tahu kalau Nonov setiap hari minta dibuatkan surat romantic oleh sahabatku itu untuk diam-diam dikirimkan kepada Daud.

"Sini biar gue aja yang buatnya, kasihan si Ify lagi nguntit pangeran hatinya," kataku menawarkan. Gini-gini aku juga bisa kok buat surat romantic, apalagi untuk orang model Daud, digombalin dikit aja tuh hantu satu pasti klepek-klepek.

"Ah, enggak, gue maunya Ify yang buat, soalnya kemarin juga Ify yang buat, entar beda lagi," katanya menolak.

"Loh gue sahabatnya Ify, udah gitu gue juga pinter buat kata-kata romantic, yakin deh Daud bakal meleleh setelah baca surat dari gue," kataku mencoba membujuknya lagi. Bukan apa-apa sih siapa tahu nanti kalau dia menerima bantuanku terus dia puas sama hasil kerjaku dia akan memberiku imbalan sate  haha, aku kan udah lama gak makan sate habisnya sih dilarang Ify maling sate, katanya kasihan penjualnya gimana kalau mereka gak dapat keuntungan gara-gara sate nya aku curi terus.

Nonov menggeleng, aku menghela napas kecewa. Huh, susah nih membujuk hantu cerewet ini, maunya dibuatin Ify terus, mungkin dia mengira aku masih abal-abal dalam menulis kata-kata romantic, padahal aku juga ahli, ngarang muji cowok mah gampang, tinggal samain aja sama apa gitu biar tersanjung.

"Sorry ya Siv, gue maunya Ify yang nulis. Gue pergi dulu ya nyari Ify," katanya sambil menghilang dari hadapanku.

"Eh Nov.. Nonov gue sama Ify tuh pinteran gue tahu," teriakku tak terima. Ah, sial. Gagal deh dapat imbalan sate nya. Si Nonov mah gitu gak tahu banget kalau karyaku bisa mengalahkan karya Ify.

"Seriusan gue tadi kaya orang bego, kalian ngomongin apa tadi, pake bawa-bawa nama Daud segala," kata Tania yang mungkin pusing dengan apa yang aku debatkan tadi dengan si Nonov.

"Entar deh gue jelasinnya panjang banget soalnya. Eh, Tan loe ngerasa gak sih ada yang lagi ngawasin kita?" Tanyaku sambil celingak-celinguk mencari sesuatu, pasalnya dari tadi bahkab sebelum Tania datang menghampiriku aku sudah merasa ada yang sedang mengawasiku, entah siapa aku pun tak tahu.

"Masa sih? Nggak ah, gue gak ngerasa, cuma perasaan loe doang kali," jawab Tania. Aku hanya mengangguk-ngangguk, mungkin kali ya, sekali lagi ku edarkan pandangan, kulirik kanan kiri, serta belakang tapi hasilnya nihil tak ada hantu lain yang sedang mengawasi kami berdua.

"Iya kali ya, ya udah yuk, loe ngajak jalan-jalan kan? Gue juga lagi bete nih," kataku akhirnya. Sudahlah sekalipun memang ada seseorang yang sedang mengawasiku saat ini, biarkan saja, mungkin dia pengagum rahasiaku, selama dia tak mengangguku biarkan saja lah.

"Yuk cabut,"

Kami berdua akhirnya memutuskan jalan-jalan di dunia manusia, lebih tepatnya sih aku menemani Tania cuci mata alias ngecengin cowok-cowok cakep di sebuah universitas ternama di Kota Tasikmalaya ini.

Hantu Fall In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang