TRUTH

37 1 0
                                    


"It felt wrong for me to push Lady Luck to the side and for me to choose who brought to be 'lucky'. It didn't seem right. It wasn't fair. It's not what i want. I love you,Bella. And i don't wanna lose you"

Kata katanya barusan membuatku menghentikan langkahku. Dia tidak bermaksud untuk menjualku malam itu. Dan....apa yang ia katakan pada akhir kalimatnya kuharap itu bukan kebohongan baru untukku.

---

Aku pulang ke rumah yang tidak seharusnya kutinggali. Rumah Charlie. Aku benar-benar ingin hidup tenang terlepas dari semua teka teki ini. Tetapi kalimat yang dilontarkan Rafi beberapa saat yang lalu membuatku ingin menghentikan waktu tepat disaat dia mengucapkannya.

Charlie terlihat sedang duduk dikursi kejayaannya saat aku melangkahkan kaki masuk ke dalam rumahnya.

"So what happend with your meeting with Rafi, Sweetheart"

"Just..Nothing"

Tiba-tiba dia menghampiriku dengan cepat dan membuatku sangat takut

"Is this that you called NOTHING?" Charlie membentakku dan memerlihatkanku rekaman percakapanku dengan Rafi dirumahnya

"You SPY me?"

"Of course, Sweetheart. I don't want my sugar will be taken by that sucked man"

"It's not him, it's you who lying to me"

Senyumannya berubah menjadi sangat menyeramkan dan dia menyeretku ke dalam kamarku. Dia mengunciku dari luar dan aku tidak bisa melawan karena dia sangat kuat. Aku mencoba untuk kabur tapi tidak ada cara. Semua akses masuk ke dalam kamar ini telah dikunci.

"You think i don't know about your stupid plan? You guys are same! Fool ones!" Ujarnya dari balik pintu

"Help! Somebody Help me!" Aku berteriak sekuat kuatnya

"Yeah. Scream little girl!"

Aku tidak bisa menahan tangisku. Aku tidak ingin mati konyol disini. Aku tidak tau harus berbuat apalagi. Tanganku menyentuh saku celanaku. Aku teringat tadi saat di apartment, Rafi memberi ku suatu benda.

"Tekan ini kalo lo lagi dalam masalah. Gue mohon bella, jangan sama dia. Lo ga kenal dia bel"

Aku menekan tombol pada benda ini, tombolnya pun menyala. Benda ini tampak seperti alat pelacak.

Aku terus menerus berdoa agar aku terbangun dari mimpi buruk ini.

Rafi's POV

"It felt wrong for me to push Lady Luck to the side and for me to choose who brought to be 'lucky'. It didn't seem right. It wasn't fair. It's not what i want. I love you,Bella. And i don't wanna lose you"

Aku telah mengatakan semuanya kepadanya dan dia tidak merespon. Apa yang dia pikirkan?

"Bell, lo boleh benci sama gue, ga nanggepin perkataan gue, tapi please bell ambil ini dan bawa kemanapun"

Aku memberinya alat pelacak. Aku tidak ingin sesuatu terjadi padanya disaat aku tidak tau keberadaanya.

"Tekan ini kalo lo lagi dalam masalah. Gue mohon bella, jangan sama dia. Lo ga kenal dia bel"

Lagi lagi dia tidak memperdulikanku tetapi aku bersyukur dia mengambil alat pelacak itu. Ku harap tidak terjadi sesuatu yang buruk dengannya.

---

Aku tidak bisa tertidur. Aku terus memikirkannya. Kenapa kau sangat rumit,Bella. Aku putuskan untuk melacak keberadaannya.

Ternyata ia sudah sampai di rumah Charlie. Tuhan aku benar benar tidak menghalalkannya menginjakkan kaki di rumah si bangsat itu.

"Pergi dari situ bell, Please"

Aku benar benar gelisah. Aku sangat ingin menjemputnya tetapi petahanan lelaki bau tanah tersebut sangat kuat.

Tiba tiba ....

---

"I need your help, Harry"

"She is in danger, i need your army Please"

Ku kendarai mobilku dengan kecepatan penuh setelah alarm tanda bahaya berbunyi.

Aku dan beberapa bawahan Harry sampai di rumah Charlie. Aku membuat suatu rencana kecil agar tidak ketahuan dengan bawahan Charlie.

Akhirnya aku berhasil masuk kerumah Charlie dan lolos dari beberapa anak buahnya.

"Well done, Digory" ujar Charlie saat melihatku

"Don't even you dare to call me by that name, Charlie"

"Why? Don't you proud to be his son? Or sad?"

"Fuck you-"

Aku berkelahi dengannya. Beberapa kali ia lolos dan menghantamku balik tetapi aku dapat menahannya. Sampai akhirnya dia mengeluarkan senjatanya.

---

Bella's POV

"God...Please"

Aku terus menerus menangis. Aku ingin keluar dari neraka ini. Aku tidak bisa- suara apa itu?

"Rafi..."

"Rafi!" Aku meneriaki namanya sambil mengetuk-ngetuk pintu kamarku

Dengan yakin aku mulai mencoba untum mendobrak pintu yang terbuat dari jati ini. Satu kali percobaan. Dua kali percobaan. Tiga kali percobaan. Aku masih saja belum bisa mendobraknya. Suara perkelahian diluar semakin membuatku ketakutan. Ku kuatnya nyaliku dan mencoba untuk mendobraknya sekali lagi.

Pintu terbuka

Kulihat Charlie sedang menarik pelatuk pistol yang berada di tanganya.

"No! Don't!" Aku berteriak

"Bella! Bella lari!" Ujar Rafi

Rafi mencoba bangun untuk menghampiriku tetapi

Duarr

Aku shock. Terasa waktu berhenti begitu saja.

Kulihat Charlie mengeluarkan smirknya begitu ia menyelesaikan misinya.

"You are Monster!" Aku meneriaki Charlie dan menghampiri Rafi yang tergeletak di lantai

"Yes you right honey. I'm being a monster if you treat me like this" dia tersenyum licik kepadaku dan melangkahkan kaki meninggalkan kami

Duarrr

"Take that, Bangsat!"

TBC

BE WITH YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang