Chapter 2

11.4K 1K 18
                                    

Gadis itu mendengus kesal lalu kembali menatap Sehun dengan tajam. "Aku berani membayar tiga kali lipat," ucapnya dengan nada tinggi tanpa mengalihkan pandangannya dari mata Sehun

Sehun mendelik tak percaya dengan ucapan gadis di depannya itu. "Hei, apa kau serius dengan perkataanmu barusan? Aku hanya khawatir bila kau memaksa untuk membeli guci ini, kau akan kesulitan bertahan hidup."

Gadis itu mulai geram dengan perkataan Sehun terkesan menghinanya. Kepalan tangannya makin mengeras tiap kali menatap sorot mata Sehun yang jelas-jelas sangat merendahkannya. "Kau pikir kau hebat hanya karena kau memiliki banyak uang?" Gadis itu makin menatap sinis ke arah Sehun. "Dari penampilanmu kupikir kau adalah pemuda yang berpendidikan dan tau sopan santun, ternyata semuanya hanya tipuan."

"Kau-" kata-kata Sehun . Ia mulai terpancing emosi akibat tingkah gadis di depannya itu.

"Apa kalian sudah selesai membuat keributan? Sebenarnya siapa yang jadi membeli guci ini?" Pemilik toko mulai terlihat bosan menunggu.

"Aku akan membayarnya lima kali lipat," ucap Sehun berusaha mengakhiri. Matanya masih membalas tatapan tajam gadis di depannya yang terlihat semakin terkejut, begitu pula dengan sang pemilik toko.

"Baiklah, baiklah. Lima puluh juta rupiah. Kita putuskan disini saja sebelum keributan semakin parah." Ucap pemilik toko akhirnya. Ia berusaha mengakhiri kontak mata antara Sehun dengan gadis di depannya dengan menarik pelan gadis itu untuk segera keluar dari toko.
"Maaf, Nona. Sepertinya kau harus lebih bersabar untuk menunggu kedatangan guci berikutnya di bulan depan,"

Gadis itu sempat tidak menghiraukan tarikan sang pemilik toko. Ia terlihat semakin kesal dengan tingkah sombong pria di depannya. Setelah berkali-kali sang pemilik toko berusaha membawa gadis itu menuju pintu keluar, akhirnya ia menurut. Ia melangkahkan kakinya cepat untuk keluar dari toko itu dengan memendam perasaan kesal bercampur emosi.

Sehun hanya memperhatikan tingkah gadis itu dengan seringai sinis penuh kemenangan.

-<><>-

"Cepat bawakan guci-guci itu ke dalam. Tapi ingat jangan bilang pada ibu kalau aku membelinya di kota ini. Bilang saja aku membawanya langsung dari Prancis. Mengerti?" Sehun sedikit pengarahan kepada Paman Sam sebelum keduanya memasuki kediaman keluarga Oh. Paman Sam hanya menjawabnya dengan mengangguk pelan.

Sehun memang tidak berniat untuk membohongi ibunya, ia hanya malas bila harus membawa barang-barang berat selama dalam perjalanan jauhnya dari Prancis ke korea. Ia hanya berpikir sama saja bila ia membelikan guci titipan ibunya di korea walaupun pasti harganya akan lebih mahal dibandingkan ia membelinya langsung di Prancis.

Sehun berjalan lebih dulu memasuki rumahnya yang cukup luas, sementara Paman Sam mengikutinya dari belakang dengan berjalan penuh hati-hati.
"Sehun, kau sudah kembali?" Sapa Nyonya Oh begitu melihat putranya berjalan menghampirinya.

"Ya," jawab Sehun singkat.

Nyonya Oh mulai memeluk putranya itu erat walau Sehun terlihat mulai tidak nyaman. Ia memang tidak begitu suka bila diperlakukan seperti anak kecil. Berkali-kali ia mencoba melepaskan diri dari pelukan ibunya yang semakin erat, namun Nyonya Oh seperti enggan melepaskannya. Ia merasa sangat merindukan putranya itu.

"Ibu, aku lelah. Biarkan aku beristirahat di kamarku," desak Sehun akhirnya.

Nyonya Oh akhirnya melepaskan pelukannya lalu menyentuh pipi putranya itu dengan kedua tangannya. Ditatapnya putra satu-satunya yang kini berada tepat di depan matanya. "Kau sudah sangat besar, tapi sikapmu masih saja tetap dingin pada Ibu."

"Aku hanya baru pergi setahun, tapi sikap Ibu sudah sangat berlebihan. Seolah kita sudah tidak bertemu selama sepuluh tahun. Sudahlah Ibu, biarkan aku beristirahat sebentar," jawab Sehun malas. Ia memaksa nyonya Oh untuk melepaskan sentuhan di kedua pipinya. "Aku juga membawa guci-guci untuk Ibu dari Prancis. Semoga Ibu menyukainya."

"Astaga, guci-guci ini sangat cantik." Nyonya Oh terlihat kagum memandangi sepasang guci antik yang dibawa Paman Sam. "Ini akan menjadi koleksi Ibu yang paling indah.
Cepat bawa guci-guci itu ke ruang tengah." Perintah Nyonya Oh seraya menuntun arah langkah Paman Sam untuk mengikutinya menuju ruangan yang dimaksud.

Sehun menatap malas tingkah ibunya untuk beberapa saat baru akhirnya berjalan menaiki anak-anak tangga menuju kamarnya di lantai dua.

Sehun segera menghempaskan dirinya di atas tempat tidurnya yang mewah. Rasa lelah yang ia rasakan semakin mendominasi matanya. Untuk beberapa saat ia mulai tertidur.

PRAANGG!!!

Bunyi pecahan benda keramik yang cukup nyaring dari lantai bawah kembali mengumpulkan kesadaran Sehun sepenuhnya. Ia menegakkan tubuhnya hingga terduduk setelah mendengar suara teriakan Nyonya Oh memanggil namanya berkali-kali.

"OH SEHUN!"

Buru-buru Sehun bangkit dari duduknya lalu bergegas menghampiri sumber suara yang terdengar dari ruang tengah.

"Ibu, ada apa ini?" Tanya Sehun yang terkejut melihat suasana di ruang tengah sudah sangat kacau. Salah satu guci pemberiannya pecah berantakan di lantai keramik. Ia segera berlari menghampiri ibunya yang terduduk tak jauh dari pecahan-pecahan guci itu. "Ibu, apa kau tidak apa- apa?" Sehun berlutut mendekati Nyonya Oh.

"Sehun, kau mencoba membohongi Ibu?"

"Apa maksud Ibu? Aku tidak mengerti."
"Kau bilang kau membelinya langsung dari Prancis dan bisa memastikan guci ini benar-benar buatan Prancis?" Tanya Nyonya Oh penuh selidik ke arah Sehun.

"Y-ya," Sehun mengangguk ragu menanggapi pertanyaan Nyonya Oh yang mengejutkannya. Ia sangat takut ibunya tau kalau sebenarnya ia membelinya di kota ini.

"Kau mau mencoba membohongi Ibu? Guci ini bukan buatan Prancis. Kau lihat ini," Nyonya Oh memperlihatkan sebuah pecahan guci bagian dalam yang bertuliskan ;Made in Korea;. "Ini jelas-jelas adalah buatan Korea. Mengapa kau tega membohongi Ibu seperti ini?"

Sehun terkejut bukan main membaca keterangan pada pecahan guci itu. "Ibu, aku juga tertipu."

"Apa? Tertipu? Mengapa kau bisa tertipu membeli barang ini langsung di Prancis?"

Sehun segera bangkit berdiri dan menghampiri satu buah guci lagi yang telah terpajang rapi di sudut meja. Ia mulai curiga juga dengan pasangan guci itu. Dengan hati-hati ia menjatuhkan guci itu di lantai keramik hingga membuatnya hancur berkeping-keping.

"Sehun, apa yang kau lakukan?" Nyonya Oh sedikit terkejut dengan sikap putranya itu.

Sehun mulai mengambil sebuah pecahan guci yang baru saja dipecahkannya. Lagi-lagi ia dibuat terkejut setelah membaca keterangan yang ditulis di balik pecahan guci itu. "Aku benar-benar sudah tertipu!" Ucapnya geram.


Be My lady (Sehun)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang