prologue

6K 42 2
                                    

Di tengah kekacauan, hanya pria itu yang terlihat begitu tenang.

Cahaya seakan memancar dari tubuhnya.

Rambut sewarna pasir sebahunya berkibar. Membiaskan sinar dengan indahnya.

Kemeja putih lusuh dan celana jeans biru tua membungkus tubuh berotot tetapi rampingnya. Pria itu berbadan tegap dan tinggi. Mendominasi.

Pria itu memejamkan matanya. Aku tidak dapat melihat matanya, tapi aku tahu kalau warnanya adalah biru laut. Entah bagaimana.

lalu, pria itu mengangkat kelopak matanya. Dan aku hanya dapat terkesiap. Sepasang mata menenggelamkannya. Biru yang tidak berujung. Pria itu membuka mulutnya untuk mengucapkan sesuatu. Tubuhku bergetar.

"Rainalisse." Bisiknya. Begitu sendu. Begitu rapuh.

Aku tersadar kalau pipiku telah basah oleh air mata.

Sedikit terisak, aku menatap tepat di kedalaman matanya. Aku menjulurkan satu tanganku untuk meraihnya. Pria itu memandangku seperti ia sedang kesakitan. Dan ia menggeleng sedih. Aku melemparkam sorot bertanya kepadanya. Semua perasaanku bercampur aduk.

Bingung. Sedih. Amarah. Rindu.

Aku ingin berteriak sambil meluapkan segalanya. Dia berbisik kembali. Menggores hatiku karena rasa rindu untuk menyentuhnya dan rasa kesal karena aku tidak dapat melakukannya.

"Rainalisse."

MadnessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang