Aku mengamati tangan cekatan Adrial.
Ia sedang membuat roti isi kacang untukku. Baik sekali dia.
Beberapa saat kemudian, Adrial menggeser piringnya ke hadapanku. Air liurku serasa mau menetes. Aku tidak menyadari betapa laparnya aku. Aku mengangkatnya dan mulai mengunyahnya seakan itu adalah makanan paling lezat sedunia.
"Harus kuakui, kurasa kau berbakat menjadi koki, Adrial." Pujiku. Adrial nyengir lebar.
"Aku membuatnya khusus untukmu, nona." Adrial memberi gaya hormat yang berlebihan. Aku menahan tawaku. Adrial menarik kursi yang berada di sisi meja yang lain dan meletakkan kursi itu di samping kursiku lalu mendudukinya. Ia menatapku. Lekat-lekat.
Aku merasa aneh diperhatikan seperti itu. Aku tersenyum kecil kepadanya. "Ada apa?" Tanyaku.
"Kau benar-benar mirip Aphrodite." Aku tersipu kemudian menjawab, "tidak mungkin. Aphrodite adalah dewi kecantikan. Aku tidak cantik."
"Bagiku iya." Timpal A drial singkat. Rasa penasaran tiba-tiba mengusikku, "kau pernah melihat Aphrodite?"
Adrial tersenyum kecil. Memunculkan lesung pipit yang manis. "Dalam mimpiku." Jawabnya.
"Maksudmu?"
Adrial mengerjapkan mata. Saat dia bicara, ekspresinya seakan sedang menjelajah, "aku berada di tepi yang curam. Lalu, aku dapat merasakan seseorang di belakangku. Dan aku menyapanya seakan aku mengenalnya."
Tatapan Adrial yang intens dipindahkan kepadaku. "Aku memanggilnya Aphrodite. Wanita itu memanggilku Mars. Wanita itu menatapku dan.. matanya.. mata violet menawan sepertimu. Rainalisse.."
Aku menunggu lanjutan dari kata-katanya. "Aku yakin sekali kalau itu adalah ingatan Mars."
***
Aku berada di dalam kamar yang asing. Selimut selembut beludru menyentuh kulit polosku. Aku menoleh ke samping. Pria berambut emas itu, Mars. Ia sedang duduk di tepi ranjang. Membelakangiku. Tidak bergerak. Tubuh bagian atasnya telanjang. Memperlihatkan warna keemasan yang menggiurkan. Otot-ototnya terpahat jelas. Aku merangkak di atas ranjang menuju dirinya.
Lalu, aku membenamkan wajahku di lehernya. Bau rempah-rempah yang eksotis memenuhi indera penciumanku. Kehangatan langsung menyebar sampai ujung kakiku. Aku merasakan.. Oh, persetan dengan kupu-kupu. Aku merasakan seluruh isi kebun binatang saat aku menyentuhnya.
Mars bersuara, "kau merasakannya?"
Aku melengkungkan bibirku untuk membentuk senyuman. "Ya." Jawabku singkat.
"Apa itu?" Aku mendengar nada suara Mars yang kebingungan. Tapi, aku tidak ingin ia berpikir lagi. Aku merebut bibirnya. Ia membalas ciumanku dengan gairah tajam yang hampir membuatku tak sadarkan diri.
"Entahlah." Kataku di sela ciuman kami. "Tapi, aku ingin merasakannya lagi." Aku dapat merasakan senyum Mars di atas bibirku.
"Aku juga."
***
Aku terbangun dengan terengah-engah. Pipi yang merona. Dan gejala janggal lainnya.
Tadi itu adalah mimpi yang sangat nyata. Mungkin Adrial benar. Kami memimpikan tentang kenangan Aphrodite dan Mars. Yang membuatku penasaran adalah, apakah Aphrodite dan Mars memiliki hubungan seperti yang kulihat di mimpi?
Pipiku mulai panas. Mengapa harus kenangan itu, demi Tuhan.
Jadi semua keturunan dapat mengetahui kenangan-kenangan buyut mereka? Atau hanya aku dan Adrial?
Aku mencoba untuk menyingkirkan pikiran-pikiran aneh dan segera bangun dari ranjang. Setelah Adrial membuatkanku roti isi kacang (yang kuhabiskan kurang dari 2 menit), kami bercakap-cakap sebentar tentang mimpi kami sebelum aku memutuskan untuk tidur. Adrial tidur di sofa. Aku tentunya merasa tidak enak. Tetapi, Adrial menolak ketika aku menyuruhnya tidur di ranjangku sedangkan aku tidur di sofa.

KAMU SEDANG MEMBACA
Madness
FantasiRainalisse Siren adalah keturunan terakhir dewa Aphrodite. Rainalisse memendam kekuatan besar yang dia bahkan tidak ketahui. Dia tidak mempercayainya sampai kehidupan remaja 18 tahunnya segera menjadi tidak normal. keturunan dewa Zeus...