Aku menenggelamkan wajahku dalam-dalam ke leher Adrial saat tubuh Cordelia yang dibungkus kantong hitam lewat.
Kepalaku pening dan perutku melonjak-lonjak. Adrial meletakkan dagunya di pucuk kepalaku. Ketenangannya membuat keteganganku mulai memudar. Saat aku bersuara, suaraku terdengar serak. "Itu buruk sekali."
Adrial hanya terdiam sambil membelai rambutku. "Aku bingung mengapa polisi tidak bertanya alasan Archard dan Meredith diikat." Aku mencoba bercanda untuk mengisi keheningan.
"Kurasa mereka berdua sudah membebaskan diri saat rumahnya mulai berguncang." Jawab Adrial.
Aku baru saja ingin menutup kedua mataku sebelum keributan mulai terdengar. Dengan cepat, aku melihat arah datangnya suara-suara. Banyak reporter yang sedang berbicara di hadapan kamera dengan mikrofon digenggam. Berita ini pasti akan menjadi sensasi dunia selanjutnya. Mungkin mereka akan mengatakan bahwa Cerberus adalah anjing dari planet lain atau UFO.
Aku mendengus sedikit lebih keras dari yang kumaksudkan. Kudengar Adrial tertawa kecil. Aku ingin membuka mulutku untuk mengatakan sesuatu. Tapi, tepukan di bahuku membuatku tersentak.
Aku menoleh. Seorang reporter sedang berdiri di sampingku. Reporter itu adalah seorang wanita yang sepertinya berumur 20-an. Rambutnya yang pirang digelung rapi. Matanya sedikit sipit dengan warna abu-abu terang. Kulitnya hanya sedikit lebih gelap dariku. Senyum menghiasi wajah tirusnya.
Dia mengenakan setelan hitam dengan kemeja putih. Rok selutut yang ketat memamerkan kakinya yang jenjang. Aku tersenyum terpaksa. "Maaf. Aku Susan. Kalian keberatan jika aku mewawancarai kalian sebentar?" Suara wanita itu terdengar begitu lembut.
"Oh, tentu, silakan." Jawabku.
Aku menjawab semua pertanyaan Susan sebisa mungkin. Tapi, aku masih berpura-pura tidak mengetahui mengapa makhluk itu menyerang kami dan darimana asalnya. Adrial hanya menjawab ketika aku tidak tahu apa yang harus kukatakan. Dia tidak banyak bicara sejak tadi.
Setelah selesai, Susan mengucapkan terima kasih dan pergi.
"Aku tidak pernah menduga kalau aku akan masuk TV dalam berita 'serangan makhluk asing'."
Suara Adrial. Lembut tapi juga dalam. "Aku tidak keberatan." Dia melirikku. "Tapi, sekarang kita memiliki satu masalah lagi."
Aku mengangkat alis. "Apa?"
"Kita harus mencari tempat untuk tinggal."
"Perasaanku mengatakan kalau ini pasti tidak akan melibatkan hotel bintang 5." Aku menyeringai.
"Sebenarnya, lebih baik daripada itu." Ucap Adrial. Aku mengedikkan bahuku dengan gaya penasaran. "Tentu. Kalau menurutmu motel murahan lebih baik daripada hotel bintang 5." Balasku.
Adrial tertawa.
***
Suasana kembali hening. Hanya saja kali ini keheningan yang nyaman. Adrial mulai membelai rambutku lagi. Aku merebahkan kepalaku dalam pelukannya.
"Adrial?"
"Hmm?"
Aku mendongak agar dapat memandang matanya. "Apa nama belakangmu?" Tanyaku.
"Wolfe." Ucapnya singkat. "Aku suka serigala." Kataku polos. Awalnya aku mendengar dengusan, kemudian dengusan itu berubah menjadi tawa tertahan, dan kemudian tawa itu menjadi lebih keras. "Apa hubungannya dengan serigala?" Kalimat Adrial terdengar tidak jelas karena tawa.
"Wolfe itu mendekati serigala, kan?" Aku akui, aku terdengar terlalu lugu. Aku melanjutkan, "sewaktu kecil, aku selalu bermimpi tentang memelihara serigala. Sebenarnya, aku tidak keberatan jika dapat memelihara harimau." Pengakuanku keluar dari mulutku dengan mulusnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Madness
FantasyRainalisse Siren adalah keturunan terakhir dewa Aphrodite. Rainalisse memendam kekuatan besar yang dia bahkan tidak ketahui. Dia tidak mempercayainya sampai kehidupan remaja 18 tahunnya segera menjadi tidak normal. keturunan dewa Zeus...