Aku ikut menyenandungkan lagu itu.
Lagu kesukaanku. Broken angel.
Memang sebagian besar dinyanyikan dalam bahasa arab atau semacam itu, tapi setelah aku mencari translation nya, lagu itu langsung menjadi lagu favoritku.
Kuesap caramel latte yang sudah kupesan.
Rasa manis membanjiri mulutku. Surga.
Aku sengaja mencari tampat duduk yang dekat di jendela agar dapat melihat pemandangan sekitar. Orang-orang berlalu lalang di jalanan. Cafe ini, Joy's, sudah menjadi tempatku merenung selama hidupku. Cafe ini kadang ramai dan kadang tidak. Hari ini aku sedang beruntung karena cafe agak sepi.
Aku tenggelam dalam pikiranku selama sesaat. Lalu, bunyi pintu yang terbuka menyadarkanku. Aku mendongak. Dan pemandangan yang kulihat hampir membuatku berteriak histeris.
Pria itu. Pria dari mimpiku.
Astaga. Dia terlihat lebih tampan saat dilihat langsung. Tubuhku menegang dan mataku mengikuti setiap gerakannya.
Pria itu melemparkan tatapannya ke segala arah. Seperti mencari seseorang. Rambut pasirnya memantulkan cahaya matahari yang keemasan. Kaus putih polos yang dikenakannya tidak dapat menyembunyikan tubuh indahnya.
Sialnya bagiku, kursi ini sangat dekat dengan pintu masuk.
Pria itu menatapku. Aku terpaku. Laut berhasil menenggelamkanku dan membawaku ke arus yang deras.
Bibir pria itu berubah menjadi lengkungan berbahaya. Rasanya seakan pria itu meneriakkan kata 'ketemu kau' dan seperti pengecut, aku hanya terdiam sambil mencoba mengabaikan jantungku yang berdebar sangat keras.
***
"Kau keberatan aku duduk disini?" Suara pria itu terdengar rendah. Sedikit serak. Menggoda.
Aku menundukkan kepalaku. Benci akan reaksi tubuhku saat melihatnya. Sial. Pria itu dapat mengalahkanku dalam sekali tatap.
Sadar bahwa pria itu masih menunggu jawaban, aku mengangguk kaku.
Pria itu duduk di kursi yang berseberangan denganku.
"Bisakah kau mengangkat kepalamu? Aku ingin melihat wajahmu." Lancang. Tetapi, berhasil membuatku merona.
Dengan terpaksa, kuangkat kepalaku. Aku merasa rambut hitam bergelombangku pada akhirnya menjadi berguna.
Untung saja tadi aku memutuskan untuk menggerainya.
Pria itu tertawa. Aku hampir pingsan lemas. Apakah ada yang lebih indah lagi dari suara itu?
Tidak, tidak. Sadar, Rainalisse.
Aku melemparkan tatapan tajam khasku kepadanya. "Maaf, tuan. Apa yang lucu?" Kataku dingin. Mencoba membuat setiap nadanya datar.
Yang tidak kuduga adalah senyuman nakal yang mengembang di wajah tampan pria itu. Memamerkan lesung pipit di kedua pipinya. "Lucu karena usahamu menyembunyikan kecantikan seperti itu."
Apakah pria ini merayuku? Kalau iya, ia sangat mahir.
Aku bahkan dapat merasakan rona menjalar sampai ke belakang leherku.
Aku mencoba menutupinya. "Kau melakukannya lagi." Ucap pria itu sedikit mengagetkanku.
Oke, cukup sudah. Sudah saatnya aku mendominasi percakapan ini sebelum aku meledak dalam warna.
Aku mencondongkan badanku ke arahnya. Melipat tanganku di atas meja. Melemparkan senyuman ramah kepada pria itu. Kalau dia ingin bermain, aku juga bisa. "Siapa namamu?" Tanyaku.

KAMU SEDANG MEMBACA
Madness
FantasyRainalisse Siren adalah keturunan terakhir dewa Aphrodite. Rainalisse memendam kekuatan besar yang dia bahkan tidak ketahui. Dia tidak mempercayainya sampai kehidupan remaja 18 tahunnya segera menjadi tidak normal. keturunan dewa Zeus...