chapter 11

890 42 7
                                    

"Kami akan check out sebentar. Kalian tunggu disini."

Seluruh perhatian orang-orang terpusat kepada Apollo dan Artemis. Tapi, mereka tampak tidak terlalu memedulikannya. Aku dan Adrial mendatangi meja resepsionis. Kami mengembalikan kunci kami dan membayar semua tagihan.

Sebenarnya, aku menyerahkan semua urusan itu kepada Adrial. Perhatianku tersita kepada Apollo dan Artemis. Tadi, mereka tampak tidak dapat berhenti bertengkar. Sekarang, Apollo sedang menyelipkan rambut Artemis ke belakang telinganya. Raut keras Artemis langsung melembut. Mereka membicarakan sesuatu beberapa lama. Kemudian, Apollo mencium punggung tangan Artemis dengan mesra. Artemis memiringkan kepalanya kecil dan tersipu. Rona ceria di pipinya membuatku mengangkat alis. Aku tidak merasa sebingung yang seharusnya. Adegan itu terasa tidak janggal lagi.

"Ayo." Adrial berbisik di telingaku. Napasnya yang hangat menggelitik kulitku. Rasanya aku hanya ingin berduaan dengan Adrial di kamar terkunci sehingga tidak ada yang dapat mengganggu kami. Aku tersenyum kepadanya dan menggenggam tangannya sambil merapatkan tubuhku manja.

Aku menangkap beberapa kata saat berada di dekat Apollo dan Artemis. Sepertinya aku mendengar 'Aphrodite', 'janji', 'untukmu'. Setelah kami berada di depan mereka, Artemis tersenyum anggun. Sangat berbeda dengan sikapnya tadi. Selama sedetik, aku melihat kilasan balik.

Artemis berdiri disitu. Bersandar di sebuah pohon. Tiba-tiba, Apollo datang. Artemis membalik badannya sehingga punggungnya menyentuh pohon. Kedua tangan Apollo memerangkap Artemis. Dia menunduk dan berbisik, "aku mencintaimu."

Kilasan itu terasa sangat cepat sehingga membuat kepalaku ringan selama sesaat. Kemudian bagai pukulan telak, kepalaku langsung terasa berat. Aku akan terjatuh kalau aku tidak sedang bersandar kepada Adrial. Aku mengerjap-ngerjapkan mata untuk menyadarkan diri dan mencoba untuk bernapas.

"Kita akan pergi ke salah satu kota di dekat sini." Ucap Artemis. Suaranya terdengar sangat jauh. Tergabung oleh gaung suaranya di masa lalu.

"Darimana kau tahu kami akan aman disana?" Suara Adrial. Membuatku lebih tenang. Seakan di tengah badai paling besar pun, suaranya masih terdengar sangat jernih.

"Tidak akan ada yang berani melintasi kota itu." Kesadaran-kesadaranku sudah mulai kembali. Aku memfokuskan diri untuk mendengar ucapan Artemis.

"Kota itu adalah milikku."

***

Kami pergi ke pelataran parkir. Cuaca siang hari yang panas membuatku mengipas-ngipas wajah dengan tangan. Hanya ada tiga mobil di parkiran itu. Artemis dan Apollo memandu kami ke mobil Mercedes Benz silver yang cukup besar.

Aku sangat geli saat melihat Apollo mengendarai mobil. Seorang dewa ternyata juga mengikuti perkembangan teknologi.

Apollo duduk di belakang kemudi. Artemis di sampingnya. Aku dan Adrial duduk di kursi belakang. Aku puas dengan penempatan kursi ini. Aku dapat memeluk Adrial lebih lama.

Apollo menggumamkan sesuatu yang tertujukan untuk Artemis. Artemis membalasnya. Kalau tidak salah, Artemis mengatakan, "untuk Aphrodite dan Ares." Aku melihat kening Apollo mengerut. Dia menggumamkan sesuatu lagi. Sesuatu yang memicu tawa Artemis.

Mobil berhenti di lampu merah. Apollo memanfaatkan itu dengan menatap Artemis tanpa kata. Sesuatu berkilat di matanya. Artemis membalas tatapannya dengan tersenyum. Artemis kembali membuka suaranya, tapi kali ini, dia tidak bergumam lagi. "Hanya kau, bodoh."

Jujur saja, hubungan mereka berdua membuatku sangat curiga. Tapi, aku tetap bungkam. Sepertinya aku masih harus mencoba menafsirkan kilasan balik yang kualami tadi. Maksud Apollo saat mengatakan 'aku mencintaimu' adalah cinta kepada saudari atau kekasih?

MadnessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang