"Rainalisse!" Teriak seorang wanita.
Aku hampir terlompat dari ranjangku.
Mencoba mengatur napasku, aku memindahkan tubuhku ke dalam posisi duduk.
Aku menoleh ke sebelahku. Seorang wanita berambut pirang lurus panjang berdiri di sampingku. Mata hijau tuanya terlihat khawatir. "Sayang, kau tak apa-apa? Kau terlihat pucat."
Aku menggeleng terlalu kencang dan buru-buru. "Aku tidak apa-apa, Mer."
Wanita itu tersenyum tulus. Di sudut matanya terlihat kerutan samar. "Baguslah. Karena aku membuatkanmu pancake." Wanita itu mengelus gelombang rambut hitam yang berantakanku dengan penuh sayang. "Aku tahu itu adalah makanan kesukaanmu."
Meredith -wanita itu- tertawa dengan nada tingginya yang keibuan. Mustahil bagiku untuk untuk tidak ikut tersenyum.
Aku menarik tubuhku keluar dari selimut.
Meredith merangkulku dan membawaku keluar dari kamar. Dekapannya hangat dan nyaman. Aku selalu suka itu.
Kami turun melewati tangga menuju ruang makan. Pancake sudah bertumpuk di satu piring. Oh, astaga. Sepertinya air liurku sudah tumpah.
Aku duduk di salah satu kursi yang mengelilingi meja makan bundar. Tertawa senang.
Semuanya normal.
***
"Mike mengajakku kencan." Seru Meredith.
Aku hampir saja tersedak gumpalan pancake yang besar.
"Akhirnya!" Teriakku ikut bersemangat.
Meredith belum memiliki suami dan anak. Aku berhutang banyak kepadanya. Dia mengadopsiku ketika aku berumur 6 tahun. Sepertinya aku menghalanginya untuk mendapatkan keluarga. Well, Meredith satu-satunya keluargaku sekarang.
Kami tidak memiliki hubungan darah, memang. Meredith adalah teman baik ibuku. Saat semua keluargaku sudah tiada, dia adalah satu-satunya orang yang peduli padaku. Aku tersenyum.
"Aku menyayangimu, Mer."
Meredith memiringkan kepalanya lembut. Ia mencondongkan wajahnya dan mencium dahiku. "Aku menyayangimu, Raina."
***
Aku meniup rambutku yang jatuh ke depan mata. Liburan kadang bisa menjadi sangat menjengkelkan.
Aku akan masuk kuliah 2 minggu lagi. Lumayan lama.
Aku menoleh untuk melihat jam dinding. Jam 2.30.
Jadi, aku akan berguling-guling di ranjangku sampai 2 minggu lagi?
Aku bisa mati bosan.
Memutuskan untuk melakukan sesuatu, aku berdiri dari ranjangku yang mungil dan dibungkus seprai berwarna krem polos. Mengingat kalau aku tidak memiliki banyak teman (yah, aku agak penyendiri), tidak ada yang dapat kuajak pergi.
Dan aku masih belum mendapatkan SIM-ku.
Dasar Pak Jenkins. Aku masih menyimpan dendam kepadanya. 'Rainalisse! Parkir paralelmu payah!' Dan alasan semacamnya. Seperti aku mendengarkan omelannya saja.
Mata violetku memicing saat mengingat kata-kata tajam Pak Jenkins.
Ah, sudahlah. Apa gunanya mengingat hal-hal yang telah berlalu.
Aku menguap lebar. Aku menatap ke samping sekilas. Sebuah jendela persegi yang berukuran sedang menampilkan pemandangan daun pohon. Pohon itu menutup semua pemandanganku. Pohon besar dan tinggi yang sampai sekarang tidak kuingat namanya.
Banyak ranting pohon yang panjang mencuat ke arah kamarku. Sedikit mengganggu.
Aku bilang sedikit.
Aku tidak keberatan ketika teman semasa SD ku, Nathan, secara tidak sengaja menonton film roman picisan dan mencoba menirunya. Dan korbannya? Aku.
Dia memanjat pohon itu dan meniru adegan dimana biasanya tokoh laki-laki memanggil tokoh perempuan dan menyatakan cintanya.
Yah, dia berhasil melakukan itu. Tepat sebelum rantingnya patah dan dia mematahkan kaki kanannya. Kurasa itu resikonya.
Aku selalu tertawa ketika mengingat kejadian itu. Sebut aku kejam, tapi kau juga pasti akan tertawa ketika kau melihat wajah polos Nathan.
Bunyi nada dering SMS dari hp sonyku membuyarkan lamunanku.
Aku membukanya.
Dari Meredith:
Sayang, aku akan pulang terlambat. Kalau kau ingin pergi, jangan lupa untuk mengunci pintu rumah. Dan jangan pulang terlalu malam.
Aku sayang padamu,
Mer.
Karena Meredith adalah seorang dokter, jadi kurasa wajar kalau dia lembur. Biasanya dia memang jarang berada di rumah karena pekerjaannya.
Aku berpikir sejenak. Bagaimana kalau ke cafe? Terdengar menyenangkan.
Akhirnya, aku punya rencana.

KAMU SEDANG MEMBACA
Madness
FantasyRainalisse Siren adalah keturunan terakhir dewa Aphrodite. Rainalisse memendam kekuatan besar yang dia bahkan tidak ketahui. Dia tidak mempercayainya sampai kehidupan remaja 18 tahunnya segera menjadi tidak normal. keturunan dewa Zeus...