harry: oi
marsha: apa
harry: lo cakep hari ini<3
Marsha berdecak kesal. "Ish, kenapa harus pake line sih? Kita kan sebelahan," Harry hanya tergelak menanggapi Marsha.
"Lo geseran kek, badan lo bau jing,"
Kalau boleh jujur keringet Harry sama sekali gak bau. Malah rasanya Marsha pengen nemplok-nemplok terus sama Harry. Bau aftershave dan keringetnya bercampur jadi satu.
"Bilang aja kalo suka." Harry bangkit dan lanjut main basket bareng temen-temennya—Louis, Niall, Liam dan Zayn— di lapangan sekolah.
Kalo bukan gara-gara permainan truth or dare yang kemarin mereka lakuin, mungkin sekarang Marsha udah ada dirumah dan bokep, bobo cakep.
Dia gak tau harus bilang ini sial atau keberuntungan buatnya. Bayangin aja, kalian nontonin 5 cowok ganteng main basket. Mimpi apa gue semalem, pikirnya.
Sebagian dari mereka masih mengenakan kemeja putihnya yang tercetak keringat. Ada juga yang melepas kemeja mereka dan tinggal menggunakan kaos beragam warna.
Ampuni Marsha Ya Tuhan.
Sesuatu benda basah dan dingin menyentuh pipinya. Lamunan Marsha seketika buyar. Ia mendongak keatas untuk melihat si pelaku. Botol air mineral, ternyata. "Apaan sih, ngagetin tau!"
"Ilernya kemana-mana tuh, gak usah gitu banget ngeliatinnya Sha,"
Marsha melotot, ia mengusap-usap sekitar bibirnya. "Gak ada tau!" Harry terbahak. Ia merangkul badan Marsha, mempersempit jarak diantaranya.
"Astaghfirullah..." kata Zayn.
Kebetulan Zayn lagi duduk disebelah Marsha dan Harry. Katanya sih, mau gangguin mereka. Kenapa gak gabung sama Liam, Louis dan Niall?
"Bawel lo, Arab. Gue sama Marsha udah muhrim tau." Marsha menabok bahu Harry keras.
"Yuk cabut," Harry masih belum melepaskan rangkulannya. Mereka berjalan beriringan menuju parkiran sekolah.
Harry merogoh sakunya, ia meraih kunci mobilnya. Dengan sok gentle ia membukakan pintu untuk Marsha.
"Silahkan nona," sontak, pipi Marsha bersemu merah.
Perjalanan menempuh waktu sekitar 15 menit untuk sampai dirumah Marsha. Hanya suara deruan mesin dan napas mereka berdua yang mengisi keheningan.
"HARRY!" Marsha menjerit bertahan. Kedua matanya masih terpaku dengan ponsel bercase hitam. Matanya melotot, mulutnya menganga. Intinya, ekspresinya gak bagus sama sekali.
Harry menoleh. "Apa?"
"LUKE BALES CHAT GUE!"
"Oh."
Marsha mendengus. "Ih, respon lo datar amat sih. Peka dong, gue nih lagi bahagia."
"Harusnya elo yang peka," gumam Harry.
"Hah apaan?"
"Enggak, enggak." Harry geleng-geleng.
"LO KASIH RESPON APAAN KEK GITU, SEBEL DEH!"
"Cie."
>>>
yhanjeng, gajelas bgt part ini tai hanya dibuat dalam waktu satu hari, tai tai tai gajelas yasudah
TAPI GUE LAGI SUKA BANGET SAMA I WNAT TO WRIET YOU A SONG AHKAHSKAJA ANJRISH
marsha :-) anj1ng :-) ya :-)

KAMU SEDANG MEMBACA
uwaki sha ft. styles
Fanfictionbuat apa deket sama cowok perutnya kotak-kotak kalo cuman bisa bikin hati retak-retak. #2 in Short Story {6 January} #3 in Short Story {8 January} © 2015 by pembalout