Ditengah keramaian kantin, ada satu orang yang justru menatap makanannya kosong. Patah hati. Itulah yang ia rasakan sekarang. Ia tak menyesal dengan keputusan yang telah diambilnya--ia hanya merasa sedikit janggal.
"Lo kenapa sih, Harr?" Tanya Liam. "Tumben banget kalem gini, biasanya lo selalu heboh sama Louis."
"Oh my god, Liam! Lo belom tau kalo Harry baru aja putus dari Diana?" Jerit Niall.
Diana merupakan kapten cheers sekolahnya. Cewek baday paling eksis satu sekolah. Dengan kesempurnaan yang ia miliki dan —tolong pengecualian untuk sifat bitchynya— prestasi cheersnya mampu membuat namanya melonjak hingga dikenal diluar sekolah.
"Hah? Serius lo, Harr?" Ujar Liam, Zayn dan Louis serempak.
Harry hanya mengangguk lemas. Hubungan yang telah ia jalani selama hampir 3 minggu kandas begitu saja—menurutnya itu jangka waktu yang cukup lama untuk menjalin hubungan.
Bahkan waktu tercepat menjalin hubungan dengan perempuan adalah umm..., 15 menit. Entah apa yang merasuki dirinya, tiba-tiba ia hanya ingin memutuskan cewek malang tersebut.
Louis menjentikkan jarinya, menandakan ia memiliki ide yang menurutnya brilian. "Gimana kalo kita buat taruhan. Lo harus deketin Marsha, anak kelas lo, yang judes gitu. Dia juga anak basket, fyi."
>
Luke membanting pintu aula dan berlari mencari Marsha. Feelingnya mengatakan bahwa Marsha berada di taman belakang sekolah—yang jarang didatangi orang, karena katanya mereka pernah melihat sesuatu.
Dan, benar. Luke mendapati Marsha yang tengah terisak tanpa suara. Iapun menghampirinya.
Ia mengambil tangan Marsha. Menggenggamnya erat. Sesekali ia mengelus ibu jari Marsha. Tangisannya perlahan mulai hilang. Marsha menarik napasnya dalam untuk menetralkan suaranya.
"Rasanya bener-bener kecewa saat lo nemuin seseorang dan lo berfikir bahwa dia beda, dan ternyata dia sama kayak apa yang orang bilang."
Perlahan, ia merangkul perempuan yang duduk disampingnya. Kepala Marsha bersandar di pundak Luke. Cowok itu tidak mengucapkan satu patah katapun.
Namun ada seseorang yang lain disana, ia tersenyum miris. "Harusnya gue yang disana. Harusnya gue yang meluk lo sekarang."
>
Harry mengetuk-ngetukkan jarinya tak sabaran. Ketika bel berbunyi ia langsung keluar kelas tanpa peduli guru yang masih mengajar berteriak-teriak memanggil namanya.
Cowok itu berjalan menuju pelataran parkiran dan tancap gas menuju rumah Marsha.
Ia akan menjelaskan semuanya. Itupun, jika Marsha mau mendengarkan. Sekitar 15 menit, akhirnya Harry sampai.
Harry keluar dari mobil. Langkahnya tiba-tiba terhenti begitu melihat Luke yang tengah membukakan pintu mobil untuk Marsha. Yang berarti Luke baru saja mengantar Marsha pulang. Salah satu rutinitas yang dulu dilakukannya, telah digantikan dengan orang lain.
Ia bersembunyi dibalik mobil orang yang terparkir didepan rumah sebelah Marsha.
Suara tawa Marsha terdengar begitu renyah.
Kalo suara ketawa dia ada di iTunes, gue beli deh.
"Harusnya gue yang bikin dia ketawa. Bukan malah bikin nangis," gumamnya.
Setelah Luke pergi meninggalkan rumah Marsha. Harry buru-buru keluar dari tempat persembunyiannya dan masuk ke perkarangan rumah Marsha.
Harry menahan Marsha yang ingin menutup pintunya. "Sha, dengerin penjelasan gue dulu." Cowok itu menangkap tangan Marsha dan mencengkramnya.
Marsha hanya menatap Harry datar. "Udah gak ada yang perlu dijelasin, Harry." Ia melepaskan cengkraman tangan Harry dengan kasar. "Pergi sekarang."
"I can't live without you, Sha, please,"
"Then die."
Marsha masuk kedalam rumahnya. Ia tahu itu omongan terpedas dan terkejam yang pernah dikatakannya ia juga tahu—sangat tahu dengan resikonya. Harry akan menjauhinya dan berhenti mengejarnya.
harry: sha
harry: maaf
harry: maaf karena gue selalu berusaha biar chat kita gak berujung
harry: maaf karena gue selalu membuat lo merasa terganggu
harry: maaf karena gue gak ngasi tau taruhan itu sebelumnya, gue udah mundur dari jauh-jauh hari setelah taruhan itu dibuat
harry: gue akan berusaha ngeikhlasin lo sekarang
harry: gue sayang lo
"Gue juga...."
harry: you deserve happiness, so I left
read.
Nyatanya, Harry tidak mengetahui bahwa Marsha sangat ingin waktu diputar. Dimana momen saat ia selalu diganggu dan digombali Harry. Saat mereka berdua menghabiskan waktu bersama. Menyesal. Sangat menyesal. Harusnya, ia tak terlalu terburu-buru seperti itu. Namun apa? Rasa sakit hatinya melebihi apapun.
harry
hide || block
block.
>>>
jadi yang awal2 itu flashback pas harry putus sama diana. nah, kalo yang '>' pertama itu hari dimana kejadian di aula ((masih inget gakz? di part 14)). trs yang '>' kedua beberapa hari pas kejadian aula. ngerti gak?
i dedicated this chapter to pull-payne !! baca cerita dia juga yaa !!
maaf kalo ending chapter ini gakjelas huE

KAMU SEDANG MEMBACA
uwaki sha ft. styles
Fanfictionbuat apa deket sama cowok perutnya kotak-kotak kalo cuman bisa bikin hati retak-retak. #2 in Short Story {6 January} #3 in Short Story {8 January} © 2015 by pembalout