twenty one

3.8K 646 231
                                    

luke: gue udah didepan rumah lo nih

marsha: lah lo mau ngapain?

luke: B€60
luke: kita kan mau ke prom night

marsha: MAMPUS GUE LUPA
marsha: TUNGGUIN GUE DULU

luke: selo
luke: berarti gue bisa ngobrol dulu sama mama mertua ckck
luke: biar bisa tentuin tanggal nikah kita bedua nanti

Marsha hanya mengabaikan LINE dari Luke dan buru-buru ganti baju. Gaunnya simple namun tetap elegan—jatuh tepat diatas lututnya. Warnanya merah maroon, cocok untuk kulit Marsha yang pucat. Rambutnya hanya ia biarkan terurai—baru kali ini ia mensyukuri rambut pendeknya, jadi ia tak perlu repot-repot menata rambutnya.

Karena merasa dirinya sudah cukup, ia turun ke lantai bawah untuk menghampiri Luke.

"Iya, Marsha tuh pernah galau, dia nangis seharian gak berhenti-henti, kalo gak salah gara-gara cowok yang namanya Ha—"

"Aku udah siap. Ayok berangkat Luke, entar keburu telat." Marsha memotong ucapan Mama dan buru-buru mencium tangan Mona (bukan monyet nangkring, kok)—Mamanya.

"Apaan sih kamu Marsha, Mama lagi ngomong juga, malah dipotong." gerutu Mona.

"Yaudah tante, kita berangkat dulu ya!"

"Iya, hati-hati ya! Jangan ngebut-ngebut bawanya, takut-takut entar nabrak pohon terus muka kamu entar gak ganteng lagi," Lanjut Mona. "Masa menantu Mama buruk rupa." Luke hanya terkekeh.

"Hush Mama ngomongnya!"

>

"Kita udah telat belom sih?" Marsha mengedarkan pandangannya ke ballroom hotel yang sekolahnya sewa.

"Kayaknya belom deh, ayok masuk," Luke menggandeng tangan Marsha dan mengajaknya masuk.

Luke menghampiri teman-temannya yang telah berkumpul. Mereka pun melakukan tos ala cowok seperti pada umumnya.

"Wih, mantep deh Luke."

"Jadikan malem ini?" Itu pertanyaan Michael, ditelinga Marsha, itu terdengar sedikit... menjijikan.

"Asik lah, Lukman."

"Apaan sih lo semua," Omel Luke kepada ketiga temannya yang tak bisa berhenti mengoceh mengenai dirinya dan perempuan yang berdiri disampingnya. "Sha, lo mau disini atau sama temen lo?"

"Gue sama temen gue aja deh."

"Oke!"

Marsha melangkah menjauh dari kumpulan teman-teman Luke—dan menghampiri Alyssa yang tengah mengambil minuman bersoda yang telah disiapkan panitia Prom Night tahun ini.

"Alyssa!"

"Te*te monyet! untung coca cola gue gak tumpah." Gerutu Alyssa begitu tahu segelas coke yang dipegangnya hampir tumpah mengenai gaunnya.

"Oke, sorry, setau gue monyet gak punya—"

Lampu ballroom mendadak mati, dan lampu menyorot panggung yang kosong. Orang-orang yang sibuk dengan kegiatannya masing-masing mengalihkan pandangannya pada panggung—termasuk Marsha dan Alyssa.

"Anjing, babi, ini kenapa pada ngeliatin gue," gumam Luke—tanpa sadar bahwa microphone sedang dekat dari mulutnya—yang menimbulkan gelak tawa.

"Itu Luke ngapain coba." bisik Marsha.

"Selamat malam para cewek-cewek yang saya cintai, dan cowok-cowok yang saya banggakan," Luke tersenyum kecil. "Pasti kalian pada bingung kan gue mau ngapain disini. Tenang, gue udah negosiasi sama Pak Bambang alias kepala sekolah yang saya sangat cintai." Ujar Luke sambil tersenyum sok manis.

"Gue mau manggil yang namanya Marsha ke atas panggung," katanya—matanya mencari-cari sosok perempuan berambut hitam sebahu itu. "Marsha Emeralda."

"Anjir, kok jadi gue?" bisik Marsha pada Alyssa. Sedangkan sahabatnya hanya menggedikan bahu tak mengerti.

Dengan langkah ragu--Marsha melangkahkan kakinya keatas panggung. Kini semua mata menatap kearahnya, dengan tatapan penasaran, dan... kesal?

Setelah sampai diatas panggung ia bergerak tak nyaman—masalahnya, semua orang yang berada disitu saat ini memandang mereka berdua sebagai objek utama.

"Gue sayang sama lo."

Luke menatap Marsha dalam-dalam. "Lo mau gak jadi pacar gue?"

Jantungnya serasa berhenti berdetak, mulutnya terkatup rapat. Matanya bergerak liar mencari sosok yang ia butuhkan saat ini.

Dan,

ia menemukannya.

Harry. Harry menatap kedua insan tersebut dengan tatapan yang... sedih? Mulutnya menggumamkan kata-kata "dia gak baik buat lo" yang tak dapat Marsha mengerti.

Dih, emangnya dia siapa coba?

Teriakan-teriakan dari teman-temannya memprovokasinya untuk mengeluarkan satu patah kata. Luke menatap Marsha cemas, takut, takut pernyataan cintanya ditolak—di tengah banyaknya orang saat ini.

"Iya, gue mau."

Kedua mata Luke seketika berbinar-binar, ia memeluk Marsha yang masih tersenyum lebar dihadapannya. "Thank you so much, Sha."






>>>







halo halo !! gila cui gue kepikiran banget sama chapter ini karena ini chapter terakhir :-( wkwkw anyway maafkan #TEAMMAHA yang kecewa karena luke jadian sama marsha :-( ok maaf

ehiya, louis turning 6 today!! hari ini daftar masuk sd hehe woohOo happy birthdayy lewis tommo aka loml ea makin sayang sama kamu deh

next chapter
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

.
.
.
.
.
.
epilog :-) :-) :-) :-) :-)

besok udah merry christmas, kamu kapan marry aku hm

uwaki sha ft. stylesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang