Part 2-ASAP dan API

336 27 2
                                    

Dinginnya pagi menelisik kenyamanan gadis yang kini masih bergelung di bawah selimutnya, iia bergerak merapatkan selimutnya hingga menutupi kepala, tak digubrisnya panggilan dari luar yang terus menggema.

"Api, hey..ka, ayo bangun, udah jam 6 inih" perempuan separuh baya bernama Rosiana ini terus mengetuk pintu kamar anaknya, iia baru saja pulang menginap dari rumah saudaranya.

"Api!" perempuan itu kembali menggedor pintu dengan kencang.

"Mamaaaaah berisik" teriak Api dengan keras, iia terduduk dari tidurnya karena merasa terganggu oleh suara mamahnya, iia menoleh pada jam berbentuk logo club sepakbola kesayangannya, chelsea. Jarum jam sudah menunjukkan pada angka 6.15.

"Kak. Kamu bukannya bangun kenapa malah teriak sih? Ayo cepet bangun mamah udah..."

"Api udah bangun mamah" sentak Api memotong ucapan mamahnya, Rosiana hanya mendengus kesal dan berbalik meninggalkan kamar anak gadisnya.

"Syukur kalau udah bangun, tadinya mau mamah panggilin pemadam kebakaran biar suara sirinenya menggema bangunin kamu" gumam mamahnya tak terlalu keras, iia hanya berucap lirih sembari berlalu.

==ASAP dan API===

"Pagi mah, pah" sapa Api yang baru turun dari kamarnya, iia sudah rapi dengan seragam putih abu-abunya, khas anak SMA. rambutnya yang panjang sudah rapi dengan kunciran kudanya, bahkan harum khas bayi sudah mulai menyeruak memenuhi ruangan, Api memang lebih suka memakai cologne baby dari pada parfum mahal khas wanita, iia lebih nyaman dengan wangi yang menenangkan seperti cologne bayi yang beraroma camomile.

"Pagi juga" balas papahnya yang masih asyik dengan koran ditangannya, meskipun Api mencium pipi papahnya namun papahnya hanya melirik acuh pada anaknya.

Bukan. Keluarga mereka bukan tak harmonis, namun inilah kebiasaan keluarga widianto, acuh pada kegiatan masing-masing meskipun diantara mereka saling menyayangi dan saling memberi perhatian namun hal itu semua tak diucapkan seperti keluarga yang lain. Mereka hanya sekedar menyapa tanpa mengucapkan embel-embel sayang ataupun kata kangen meskipun mereka sudah lama tak bertemu, menurut Api inilah keluarga yang seru, tak terlalu mengatur kehidupannya namun tetap memberikan kasih sayang dan perhatian, salah satunya saat mamahnya membangunkan Api. Bukankah Rosiana akan diam saja membiarkan anaknya jika ia tak peduli?.

"Makan dulu gih, udah siang noh" ucap Rosiana memberikan selembar roti yang tadi iia olesi dengan selai kacang kesukaan Api.

"Oke mah, ade mana?" Api mendorong kursi dan duduk nyaman disana, iia mulai memakan roti yang disediakan mamahnya.

"Dikamar, tadi mamah kekamarnya ternyata dia demam, untung mamah pulang pagi ini, kalau nggak pasti kamu nggak bakalan tahu adikmu itu demam" ucap mamahnya yang kini sibuk memakan rotinya juga.

"Bisa sakit juga tuh orang, kirain tubuh dia nggak bisa bereaksi kaya mukanya yang selalu lempeng tak berekspresi"

"Usst. Jangan gitu"
Mamahnya memperingatkan Api yang sembarangan dalam berucap. Api mengendikkan bahunya acuh dan kembali melahap roti ditangannya.

"Kamu kemarin ditanyain sama si Bara tuh, katanya dia kangen"

Eh?

Api mengernyitkan dahinya heran, bara sepupunya? Anak dari tante mika? Yang ganteng unyu itu? Api terus bergumam dalam hati, Bara yang berusia 1 tahun lebih muda darinya itu kangen dengannya, entahlah apa maksud Bara, yang jelas bibir Api kini terangkat membentuk senyuman karna kabar dari mamahnya.

ASAP dan APITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang