Part 10-ASAP dan API

176 16 15
                                    

Semilir angin membuat daun kelapa melambai mengikuti gerakan angin, Suara ombak yang tak terlalu besar namun sangat indah mengalun di telinga dan membuat suasana tenang langsung merasuk kedalam jiwa.

Rambut hitam panjang terurai milik Api pun ikut merasakan imbas angin pantai yang besar, bahkan berkali-kali tangannya menyingkirkan rambut yang menutupi wajahnya.

Terlalu senang Api di ajak Asap ke pantai ini sehingga dia tak mempedulikan keadaan, tas dan sepatu miliknya sudah dia tanggalkan di pinggir pantai tadi, dengan masih mengenakan seragam SMA, Api mencelupkan kakinya kebibir pantai, menunggu ombak datang membasahi kakinya.

Bibir dari wajah lain kini melengkung membentuk senyuman, matanya terus menatap Api yang sedang asyik bermain dengan ombak, dia Ashaff siregar manuhutu.

Berjalan dengan santai, perlahan dia ikut mendekati bibir pantai, celana panjangnya sudah iia gulung sampai lutut, namun dia tak menghampiri Api, dia justru berjalan agak jauh, mengambil ranting pohon dan menuliskan huruf demi huruf di atas pasir.

Setelah puas dengan hasil coretannya di atas pasir, Asap melangkah mendekati Api yang masih sibuk berlarian dengan ombak.

"Sini" ucap Asap menarik tangan Api agar mengikutinya.

"Ih, apaan sih sap?" tanya Api.

"Ikut gue" kata Asap lagi masih menyeret Api.

"Kenap..."

Ucapan Api menggantung saat dirinya sudah bediri didepan coretan yang dibuat Asap tadi, Api menutup mulutnya tak percaya dan langsung menatap Asap dengan tatapan kagetnya. Bagaimana tidak kaget, jika tulisan yang kini iia baca adalah tulisan yang iia tulis juga tadi, di parkiran dengan pikiran sedihnya karna takut kehilangan.

API ASAP
BERSAMA

"Lo masih inget ini?" tanya Api menatap Asap dengan tatapan tak percaya.

Asap hanya tersenyum menanggapi pertanyaan Api, kemudian mendekat dan merangkul pundak Api.

"So, sesuai tulisan di depan kita," ucap Asap menatap tulisan di depannya begitupun Api, "kita harus selalu bersama, lo harus hilangin ketakutan-ketakutan yang ada di otak bodoh lo, ok?"

Api mendongak karna ucapan Asap yang mengatainya 'bodoh', iia memajukan bibir bawahnya tanda protes, namun melihat respon Asap yang tersenyum Api ikut merubah ekspresinya menjadi senyuman juga, dengan cepat Api memeluk tubuh Asap, iia terlalu senang dan tak menyangka, bagaimana bisa Asap mengingat kenangan kecil mereka yang bahkan baru saja diingat Api tadi.

Setelah pelukan mereka terlepas, Asap mengacungkan ibu jarinya di depan wajah Api, Api yang bingung hanya mengernyit dan mundur selangkah agar wajah Asap terlihat jelas, karna Asap memang memiliki tubuh tinggi dari pada Api.

"Janji?" kata Asap tersenyum menunjuk ibu jarinya dengan dagu.

Api langsung tersenyum dan menempelkan ibu jarinya pada Asap kemudian keduanya mendekat dan menempelkan kedua hidung mereka, sesaat Api terdiam karna wajahnya sangat-sangat dekat dengan Asap, jantungnya seakan ingin lompat dari tempatnya, ini adalah janji mereka waktu kecil, dan sekarang mereka sudah besar, sudah 17 tahun, menurutnya keadaan ini sangat akward.

"Aneh nggak sih kalau gue suka sama lo?"

Itu Asap yang berbicara, Asap berbicara dengan santainya sampai-sampai Api menahan nafasnya karna kaget.

"Aneh ya pi?" lanjut Asap karna Api terus terdiam, posisi mereka tak berubah, hidung mereka masih menempel, hingga deru nafas Asap sangat terasa panas di wajah Api.

"Aneh lah keong" ucap Api lirih namun dengan senyuman, matanya fokus menatap bola mata Asap.

Asap menjauhkan wajahnya dan mengacak rambutnya sendiri dengan gemas, "gue emang aneh banget, apa perlu gue periksa kejiwaan pi?" tanya Asap aneh.

ASAP dan APITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang