Sepi, ya.
×××
“Huruf I, apa maksudnya?” oh, Michelle, aku lupa bahwa dia ada disini.
“Liam, kurasa dia menyerumu untuk mencarinya, atau menemukan sosoknya. Dia sudah memberitahumu ciri-cirinya, Liam, jika kau butuh bantuan, aku siap,” astaga, Zayn, kau tidak mengerti, Capt.
Aku bingung, aku ingin tahu siapa sebenarnya Ž, aku ingin menerima tawaran Zayn yang mana tawaran itu pernah Louis tawarkan. Tapi, bagaimana jika aku menemukan Ž dan dia tidak mau memberiku akhir dari ini? Akhir dari maksudnya? Oke, aku menggeleng yakin.
“Kenapa, Liam? Akupun siap membantumu, Louis, atau kakakku sekalipun, ini memang misterius, bagaimana jika ini teror?” benar, Michelle benar.
“Tapi—”
“Liam, ada aku, Michelle, Revhelle, dan Louis, atau kau masih bisa membutuhkan Nick dan anak basket lainnya, oh, atau para penggemarmu? Banyak yang akan membantumu, Bung,” Zayn mempertegas tawarannya, bagaimana ini? Sungguh, aku bingung.
“Oke,”
•••
–22 Agustus 2014
–08:58 a.m.Apa ini serius? Astaga, Zayn dan Michelle memanggil Louis dan Revhelle di pertemuan ini. Gila, aku terlihat layak Pria Lajang Menyedihkan di tengah kedua pasangan populer ini.
“Liam, aku baru tahu tentang Pengirim Misterius itu dari Louis tadi pagi, dan aku menarik,”
Aku menoleh, Revhelle baru saja mengatakan ketertarikannya tentang ini.
“Jadi, bagaimana, Liam?” Louis bertanya.
Fuck. Aku bingung, sumpah. Bagaimana jika Ž marah? Ž ‘kan pernah menulis di suratnya untuk agar aku tidak mencarinya, dan sekarang, keempat makhluk yang berada di samping dan depanku malah berencana untuk mencarinya. Sialan.
“Bagaimana kalau sekarang kita membaca surat ke tujuh Ž? Pasti sudah ada di lokerku, mungkin,” maafkan aku, Ž.
“Oke, aku yang akan mengambilnya, kalian tunggu disini,” ucap Louis, kami berempatpun mengangguk, pun dia melesat pergi ke luar café.
“Kau ingat, huruf apa saja yang sudah dia beri?” tanya Zayn, aku menarik napasku panjang.
“O, G, S, E, L, I,” sebutku fasih, aku tak akan melupakan alfabet-alfabet darinya.
“Petunjuknya? Maksudku—dia memberimu petunjuk tentang huruf-huruf itu?” aku menoleh menatap Revhelle.
“Ya, dia menyeruku untuk menyusunnya nanti, saat semua huruf sudah ia berikan. Aku tidak tahu kapan ini berakhir, Revhelle, dia begitu misterius, dan tak ada yang tahu siapa dia, aku sulit menemukannya, meskipun banyak gadis yang tak populer yang sudah kucari berinisial Ž, aku—”
Revhelle memotong ucapanku, “wait, kau bilang Ž tidak populer?” aku mengangguk, karena memang iya begitu, “dari mana kau tahu itu?”
Untung, aku merogoh saku tasku dan mengambil surat dari Ž yang kemarin, surat yang ia tulis ciri-ciri sosialnya. Dan bisa kulihat, Revhelle mengangguk-angguk.
“Kau yakin? Kau sudah mencari seluruh gadis yang tidak populer di kampus?” jeez, aku terdiam oleh pertanyaan Revhelle, memang tidak keseluruhan aku cari.
“Oh, aku ingat, sore nanti ‘kan kita—Zayn dan Liam— ada tanding, Ž bilang dia akan datang dan menyorakimu paling keras? Bagaimana jika, kalian—maksudku, Revhelle dan Michelle, mencari gadis yang bersorak paling keras? Bersedia?” nice, Zayn.
“Oke, hal mudah,” ucap Michelle tanpa menoleh pada Zayn. Astaga, mereka putus karena apa sebenarnya.
Setelah itu, pintu café berdenting tanda ada pelanggan masuk, oh, itu Louis. Dia kembali duduk di samping Revhelle, dan membuka resluiting tasnya, lalu, ia budalkan seluruh amplop yang aku yakini itu milikku.
“Banyak sekali,” gumam Revhelle yang masih terdengar olehku.
Aku membagi lima surat-suratnya, dan kami berlima mulai membaca surat satu persatu. Hening.
10 menit.
“I found it,” lega, Louis menemukan surat itu akhirnya, pun aku dan ketiga lainnya berhenti beraktivitas dan mulai menoleh pada Louis, surat beramplop hitam itu.
“Bacakan, Louis,” seru Michelle di sampingku, aku mengangguk diikuti Revhelle dan Zayn.
“‘Hi, Liam. Seventh Letter, yes? Do you happy? Apa kau sudah mulai menebak-nebak akhir dari ini? Apa kau sudah mulai mencariku? Mempermudah, aku hanya ingin memberitahumu. Saat tanding sore nanti, aku berada di tribun paling depan, untuk soal aku bersorak paling keras, aku tarik lagi, oke? Itu terlalu mudah untuk mencariku. Sincerely, Ž.’,”
“Oke, rencananya di ubah, Michelle dan Revhelle, kalian duduk di tribun paling depan,” ucap Zayn setelah Louis membacakan isi surat dari Ž, kedua saudari itupun mengangguk.
“Sialan, aku ada kelas nanti sore,” gerutu Louis, aku mengangkat alis kiriku.
“No problem, Louis, belajarlah yang rajin,” entah apa, kami semua tertawa kecuali Louis.
“Berhenti tertawa atau aku tak akan memberitahumu huruf yang ia berikan,”
Sontak aku berhenti tertawa saat Louis bertanya seperti itu, “oke, aku berhenti tertawa,” bukan hanya aku, semuanyapun ikut berhenti tertawa.
“B,”
×××
Lagi apa?
YOU ARE READING
Fourteen ≠ ljp
Фэнтези❝Someone always send me a letter with an alphabet everyday.❞ -Liam James Payne COMPLETED - hope you guys some new readers respect me because I was give my best to write this story, leave your votes and comments in every chapter is enough. Thank you...