“Oke, huruf-huruf apa itu?”
Pun Louis merogoh kedua alfabet itu dari dalam amplop. Mengejutkan.
“A dan Y,”
Sialan. Huruf A lagi, dan huruf Y lagi. Apa maunya? Kalimat apa yang nanti akan terbentuk?
“Kedua huruf itu pernah Ž berikan padaku, sekarang dia memberikannya lagi. Kau ada remang-remang atas konteks kalimatnya, Louis? Aku bingung, sungguh. Oh, ada dua huruf yang cukup unik. Huruf E dengan koma di depannya. Dan huruf M dengan titik di depannya, tertebak?”
“Emh—mungkin, ada jiwa sastra dalam diriku. Setelah huruf E yang ada komanya itu, ada sebuah kata yang mungkin berupa kalimat antara, kau tahu? Seperti; ya, oh, oke, aduh, ih, atau apapun. Bisa juga berupa nama atau gelar. Dan jika nama, apakah ada huruf-huruf yang menyusun namamu?”
Aku mengingat huruf-huruf yang Ž berikan, mulai dari huruf pertama hingga terakhir. Dan—astaga, surat ke lima, enam, sepuluh, dan dua belas.
“Ada, Louis. Hanya saja, kau ingat? Huruf M dengan titik di depannya,” kataku.
“Oke, jadi, mungkin kata terakhir dari kalimatnya adalah namamu? Seperti ini; ‘E, LIAM.’, mungkin? Aku hanya bisa membantu sampai sana, yang lainnya aku tidak mengerti,”
Louis pintar sekali.
×××
–07:09 p.m.
Ayah dan Ibuku memutuskan untuk makan malam di luar setelah tahu bahwa teman-temanku akan datang ke rumah.
Kami berenam berkumpul di ruang tengah.
“Apa sudah ada dugaan?” tanya Zoella begitu kami semua sudah duduk melingkari ke empat belas huruf dari Ž.
“Ada, seperti ini,” aku menyusun huruf seperti apa yang Louis perkirakan tadi di café.
“Tersisa 9 huruf, mungkin itu ‘BY GOD’—emh, aku tidak tahu,” ucap Michelle setelah kami semua hening beberapa detik.
“Ziph?” tanyaku pada Ziph yang kini mendongak menatapku, “kau bilang kau tahu semuanya, apa kau tahu tentang susunan huruf ini juga?”
Kulihat Ziph menatap Michelle seketika itu juga, ada apa ini?
“Tidak, Liam,” jawabnya lirih.
“Zoe? Kau menemukan sesuatu?” tanyaku, lagi.
Zoella tampak berpikir sembari terus menatap ke sembilan hurufku. Sedetik, iapun menggeleng.
“Oke, bagaimana jika sekarang kita makan malam dahulu? Ibuku sudah memasak. Kita tinggalkan dulu huruf-huruf ini disini,” kataku mengintruksi, diikuti anggukan dari mereka.
“Kalian saja, aku sudah makan,” kata Revhelle, aku mengernyit.
“Babe, kau yakin?” tanya Louis, Revhelle hanya mengangguk, “aku akan menemanimu disini,”
“Tidak, Louis. Kau makanlah, hanya aku yang disini, mungkin hening cukup membuatku konsentrasi untuk menyusun huruf-huruf ini,” kata Revhelle yakin seraya menatap Louis.
“Baiklah,”
Sementara aku dan keempat lainnya makan, Louis sesekali menoleh ke arah Revhelle yang sibuk memutar huruf-hurufku. Astaga, Louis sangat mencintai gadis itu.
“Bro, makanlah, Revhelle baik-baik saja,” kataku, karena Louis hanya memain-mainkan sendok menjijikkan itu.
Jangan tanya aku makan menggunakan apa.
YOU ARE READING
Fourteen ≠ ljp
Fantasia❝Someone always send me a letter with an alphabet everyday.❞ -Liam James Payne COMPLETED - hope you guys some new readers respect me because I was give my best to write this story, leave your votes and comments in every chapter is enough. Thank you...