“Zayn?”
Panggilku spontan kala aku melihat Zayn muncul dari sisi kiri halaman belakang rumahku. Dia memakai jas merah, dia tersenyum padaku.
Bukankah dia sedang berada di Pakistan?
“Hi, Liam James Payne, long time not see you, Buddy,” katanya.
“Babe! You are late!” pekik Michelle, aku menoleh padanya, tapi justru dia menoleh pada Zayn. Apa ‘Babe’ yang ia maksud adalah Zayn? Kenapa bukan aku?
“Michelle?” lirihku pada gadis yang kini tepat berada di depanku.
“Ya, Liam?” tanyanya seraya tersenyum padaku.
“Sister, come on, kau harus pulang dan berbicara dengan Dr. Thomas, kumohon,”
“Rev!” Michelle melebarkan matanya menatap Revhelle, dan kakaknya itupun terlihat ketakutan hebat, “aku sudah merencanakan ini dari waktu yang lama, Kakakku. Lalu, kau akan menghancurkan rencana terbaikku ini, hm? Jangan, Rev! Jika memang itu terjadi, rencanaku gagal karenamu, aku bisa melakukan apapun padamu, kau ingat itu?”
“Michelle,” lirih Revhelle.
Astaga, ini drama sekali.
“Honey,” panggil Zayn entah pada siapa, tapi Michelle menghampirinya.
Honey? Babe? Apa maksudnya ini?
Pemandangan yang tidak ingin kupandangpun terjadi di depan mataku.
Zayn dan Michelle berciuman.
Dan mereka menikmatinya.
“Jadi, siapa Ž sebenarnya?” tanyaku getar.
“Aku, akulah Ž, aku,” jawab Zayn lantang disana, dan Michelle tersenyum lebar padaku.
“Zayn? Kau?”
“Kau selalu mengambil apa yang selalu aku inginkan, Liam. Dan aku benci orang sepertimu,”
“Aku?”
“Kau mengambil peringkat pertamaku saat di Elementary School. Kau mengambil gadis yang notabenenya adalah ciuman pertamaku. Kau mengambil jabatanku sebagai Kapten Basket saat di Junior High School. Kau mengambil kepercayaan Pelatih Basket padaku karena kau mengalahkanku saat tanding individual Lay–Up. Kau mengambil seseorang yang sangat aku cintai saat kita kelas 12, kau mengambil Ashley yang aku cintai dari kelas 10. Terakhir, kau hampir mengambil Michelle dariku,”
“Zayn,”
“Kau mengambil segalanya, Liam, kau mengambilnya!”
“Zayn,”
“Apa lagi, hm?!”
“Aku minta maaf,”
Tawa Zayn meledak saat itu juga, aku sadar aku memang melakukan hal-hal yang barusan Zayn sebutkan satu persatu, tapi, aku tidak bermaksud mengambilnya, dan aku tidak pernah menduga bahwa Zayn akan semarah itu. Aku tidak tahu.
“Kau ingat saat lulus aku tak satu kampus denganmu, dan aku berkata bahwa aku pindah ke Pakistan?” aku mengangguk ingat, “aku tidak pernah pindah,”
“Apa?”
“Sakit hati sebenarnya mengingat hari itu. Orang tuaku membawaku ke Dr. Thomas, dan Thomas mengatakan bahwa aku gila. Bagaimana perasaanmu saat seseorang berkata bahwa kau gila, Liam? Oke, kumaklumi jika itu lelucon. Tapi ini? Aku bahkan masih sadar bahwa aku adalah Zayn dan aku memiliki 3 saudara wanita. Kefrustasianku justru memuncak saat aku memang mengidap kelainan mental. Sedih, Liam! Dan semuanya karena kau! Aku ingin melakukan ini semua dari dulu! Tapi, Thomas justru memasukkanku ke ruang Isolasi. Sakit. Aku bertemu dengan Michelle disana. Dia sama sepertiku! Dia gila sepertiku! Dia—”
“Zayn Malik!”
“Apa, Revhelline?! Bukankah kau sudah tahu semua ini?! Adikmu seorang Psikopat dan berjodoh dengan orang gila?! Jangan munafik, Revhelline! Kau bertingkah seolah kau tidak tahu siapa aku dan adikmu! Kau—”
“Zayn Malik! Keluarnya kau dan Michelle dari Isolasi Sialan itu cukup membuatku percaya bahwa kalian berdua sudah sem—”
“Revhelle!”
Suara tembakan pistol membuatku terkesiap, ditambah teriakkan Louis yang mengejutkanku. Revhelle tergeletak lemah di atas rerumputan halaman belakang rumahku. Aku menoleh pada Zayn dan Michelle, mereka tertawa dan sebuah pistol tengah Zayn genggam kuat.
Louis menangis. Astaga, Louis menangis. Sementara Revhelle tidak sadarkan diri.
Aku sudah tidak melihat Ziph dan Zoella lagi. Persetan dengan dua Pengkhiat itu.
“Liam!”
Zayn memanggilku.
“Ya, Zayn Javadd Malik?”
“Oh? Kau masih ingat jelas nama panjangku? Terima kasih,”
“Ya, kau sahabatku,”
“Terima kasih,”
Kulihat Zayn meluruskan tangannya dan siap menembakku. Dan, aku siap.
“Zayn, satu yang aku inginkan,” kataku.
“Apa?”
“Maaf,”
“Apa orang gila sepertiku boleh berpikir?”
“Zayn, ayolah,”
“Katakan apa yang kuperintahkan di suratku yang ke tiga belas,”
“Tidak sebelum kau memaafkanku,”
“Katakan!”
“Zayn,”
“Cepat, Liam!”
“Goodbye,”
End×××
Sorry banget dah kalo endingnya gasesuai yang diinginkan:" gue gabisa bikin ending karena ini pertama kali gue bikin ending:')
Note:
Jadi tuh si michelle psikopat dulunya, turunan dari kakek bhaq, terus dia hampir sembuh pas di isolasi, eh malah ketemu zayn yang notabenenya orang gila, nah terus si michelle yang tadinya mau sembuh malah kepengaruh sama kehadiran zayn, dan zayn juga kepengaruh sama kepsikopatnya michelle. Gitu.Nah, kalo ada yang mau nanya-nanya sama pemainnya boleh:
Liam
Zayn
Louis
Michelle
Revhelle
Ziph
Zoella
Atisya (ini gue, kali aja ada yang mau kepo ttg gue :'3)
Sekarang, gue udah mutusin mau bikin BONUS CHAPTER. Jadi jangan dulu hapus ceritanya dari library, itupun kalo nyimpen:')
DAN, FIFTEEN UDAH PUBLISH YA CEK WORK GUE TLG. :)
Btw, follow instagram gue yha, sepi bgt anjay → atisyas99 thanks:*:*:p
Lagi [sorry gue bawelbgt]
Jadi gue baru curhat nih, sehari setelah Carpool Karaoke diupload di youtube kan langsung gue tonton. Anj, pas bagian Best Song Ever, gue antara ngakak sama baper bersatu. :') [ini ceritaku, mana ceritamu?] lha?Udah gitu aja.
YOU ARE READING
Fourteen ≠ ljp
Fantasía❝Someone always send me a letter with an alphabet everyday.❞ -Liam James Payne COMPLETED - hope you guys some new readers respect me because I was give my best to write this story, leave your votes and comments in every chapter is enough. Thank you...