Chapter 7 : Darah Yang Turun

10.5K 805 27
                                    


( Picture of Shane Brown #Nosebleed >.< ) (portrait : Robbie Ammel)


Christian's POV

"Once again, thank you for the ride, Brady!" Kata Chris setelah Brady merem mobilnya. Brady menatap Chris dari pantulan kaca spion.

"Don't mention it, Chris! Hehe" Katanya dan Mandy langsung turun dan membukakan pintu garasi dan masuk kerumah melalui pintu dalam garasi.

Sekali lagi Brady mengegas mobil sampai ia berada didalam dan mematikannya. Chris merogoh sakunya namun ia terkejut karena ia tidak menemukan apapun. Seingatnya, tadi ia membawa sapu tangan birunya dan kini sapu tangan itu sudah tidak ada.

"Something's missing?" Tanya Brady dan Christian menatapnya dengan senyum santai.

"Aku rasa aku meninggalkan sapu tanganku disekolah.. Atau mungkin terjatuh dan hilang begitu saja.." Kataku dan Brady menaikkan sebelah alis dengan senyum kecil.

"Tidak penting, anyway..." Kataku langsung membuka pintu dan begitu pula dengannya.

Segera kumenuju ke kamar tamu, dimana aku tinggal untuk sementara waktu. Karena baju masih harus kupakai sampai besok, kugantung celana kain hitam dan kemeja merah mudaku digantungan balik pintu untukku pakai besok. Aku ingin beristirahat sejenak sebelum membantu rumah dengan aktivitas seperti memasak, dan melakukan hal-hal seperti biasa.

Tiba-tiba pintuku diketuk, "Chris?" Panggil Brady.

"Yeah? Come in!" Kataku dan seketika ia masuk dan duduk dipinggir kasurku.

"Apakah aku menganggumu?" Tanya Brady.

"Sebenarnya aku mau beristirahat dulu.. Ada apa, Brady? Tampaknya penting sekali.." Kataku.

"Ah.. Kapan-kapan saja, sebenarnya aku hanya ingin mengajak berbicara.. Tapi sepertinya kau sangat lelah sekarang.. Beristirahatlah!" Katanya dengan bangkit tersenyum aneh lalu keluar dari kamarku. Aku nyengir kepada diriku dan merasa aneh. What a guy.. A funny one.

~

Author's POV

Sepulangnya, Ian langsung masuk dan melepas kedua sepatunya. "I'm home!" Sapanya seketika ayahnya masuk dan menggantung kunci mobil disebuah paku dekat pintu.

"Welcome home, Shane! Bagaimana sekolahmu?" Tanya Elder Xen, seorang pria separuh baya yang masih tampak muda biarpun semua rambutnya putih mengkilat layaknya elder pada umumnya.

"It was great, Xen!! Aku merasa sangat semangat ketika pelajaran bahasa inggris tadi!" Kata Ian dan Xen tersenyum kecil, dan ia menatap Shane yang langsung pergi ke dalam kantor Alpha pribadinya. Ia menatap Shane yang membanting pintu dengan frustasi lalu tersenyum kepada Ian dan mendekat kepadanya.

Ian tersenyum sedih menatap pintu kantor Alpha lalu menatap Elder Xen yang mengelus kepalanya.

"Daddy Xen, mengapa Daddy Shane selalu seperti itu? Apakah ia tidak menyayangiku? Mengapa ia suka membanting pintu ketika aku ada didekatnya? Dan ia suka memaksaku untuk mengikuti kemauannya.." telepati Ian kepada Elder Xen. Xen tersenyum kecil sambil berjongkok sedikit.

"Entah, aku juga kurang tahu, Ian.. Tapi ia pasti sangat menyayangimu.. Makan sianglah! Oh ya, sapu tangan siapa itu?" Tanya Xen yang mengetahui ada sehelai sapu tangan yang muncul sedikit disaku celananya.

"Ini sapu tangan guruku.. Tadi ia buru-buru dan sapu tangannya jatuh, besok aku mau mengembalikan itu kepadanya.." Kata Ian dan Xen mengangguk tersenyum.

"Okay.. Well, aku ingin berbicara dengan ayahmu... Makanlah Ian.." Perintah Xen dan Ian langsung pergi menuju ke dapur rumah kawanan yang terletak dilantai dua, sementara itu Xen melewati lorong kecil dan masuk ke kantor Shane tanpa mengetuk.

The Wolves Heart (MxM)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang