Author's POV
Hari kian berlalu sejak bertemunya Chris dengan Shane untuk pertama kalinya setelah tragedy yang terjadi pada Chris 10 tahun yang lalu. Ia dibuang dan dengan menyakitkannya, tahu bahwa murid yang ia paling perhatikan ternyata adalah anak kandungnya selama ini. Ternyata benar apa yang menjadi kata pepatah, bahwa naluri seorang orang tua sangatlah kuat.
Chris, disuatu sisi ia merasa tertekan dan susah dalam menjalani hidupnya. Ia menyadari, bahwa ia tidak ingin jauh dan menghilang dari Ian, putra kandungnya. Namun tak pernah ia menyerah dalam menjalani kehidupannya, senyum hangat dan tawa lucu Ian selalu membuatnya ingat, bahwa dalam kehidupannya, masih ada seseorang yang harus ia pertahankan dan ia harus miliki kembali dalam hidupnya.
Sekali dia pernah menjadi milikku, ia akan menjadi milikku lagi. Itulah yang ada dipikiran Chris sampai sekarang.
Sementara itu, kembali ke rumah kawanan dimana Shane dan kawan-kawannya sedang berunding bagaimana kawanannya harus bertindak ke langkah selanjutnya. Semakin hari berjalan, semakin luas ancaman-ancaman yang mungkin datang, karena serigala liar baru saja menyerang daerah utara dan terakhir kali itu sangatlah mengerikan, karena 2 warga werewolf sampai mati karena serangan tiba-tiba.
Diskusi mereka selesai dengan pilihan terakhir, yaitu menegakkan pertahanan dengan melakukan patrol bergilir saat dimalam hari, karena serigala liar sering menyerang dan berkeliaran diteritori saat malam hari. Tentunya hal ini membuat Shane sebagai seorang Alpha menjadi lebih was-was dari sebelumnya.
...
"Xen! Xen!" Panggil Shane sambil terus mencari didalam hutan, dan Xen yang sedang mencari rempah-rempah dan beberapa tanaman untuk membuat sebuah obat yang dibutuhkan. Ia berbalik melipat tangan menatap Shane dengan tatapan bertanya-tanya.
"Ada apa?" Tanya Xen.
"Aku butuh bimbinganmu..." Kata Shane dan Xen menunjuk sebuah batang pohon tumbang yang tidak jauh dari mereka. Shane mangangguk dan segera duduk disana, disusul dengan Xen yang sedang mendekat dengan membawa sebuah herbal yang ia butuhkan. Mint.
"Ada apa kali ini, Shane? Apakah ini masalah pertahanan kawanan? Bukannya kita sudah membicarakannya..." Kata Xen dan Shane menggelengkan kepala.
"Bukan masalah itu.. But.. It's about Ian, my son.. and.. His mommy father." Kata Shane dan itu membuat Xen mengangguk sambil sabar menatap kedua matanya.
"Ok.. Ada apa dengan mereka?" Tanya Xen.
"Aku menemuinya 2 minggu yang lalu.. Aku terkejut mengetahui bahwa dialah guru bahasa inggris yang memanggilku ke sekolah kapan lalu.. Dan.. Aku masih terkejut akan banyak hal setelah itu.. Kami sempat bertengkar dan saling membentak, tapi... dengan Ian yang kusuruh menjauh dari kami.. Aku merasa.. Aku sangat berdosa, bersalah dan tidak dapat diampuni... Xen, aku tahu kesalahanku memang sangat buruk, dan kini, aku merasakan rasa sakit yang amat besar, terutama pada Christian dan Ian.." Terangnya panjang dan Xen mendengarkan.
"Lalu, sekarang aku harus bagaimana, Xen? Chris sepertinya tidak dapat memaafkan kesalahanku.." Kata Shane dengan takut. Xen menghela nafas lalu menatap Shane dengan tatapan serius.
"Kau tahu sekarang apa yang harus kau lakukan?" Tanya Xen.
Shane mengangkat kedua bahu dengan tatapan bertanya-tanya dan tidak tahu.
"Begini, Shane, anakku... Pertama, aku sangat yakin bahwa kau tidak bisa memaksa Christian secara seketika.. Jujur, jika aku jadi Chris, pasti aku akan terkejut saat kami bertemu, dan bahkan tidak akan berbicara kepadamu lagi.. Kau harus memberikan Christian waktu.. Jangan paksa dia secara langsung untuk menerima ini semua dengan tiba-tiba... Kau harus tahu betapa sulitnya ia menjalani hidupnya.. Usahakan kau bisa berbuat baik kepadanya, dan sebisa mungkin, kau harus mendapatkan sebuah pengampunan darinya.." Kata Xen dan Shane masih merasa bingung karena itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Wolves Heart (MxM)
WerewolfChristian White adalah seorang pria muda yang telah melalui 10 tahun pergulatan hidupnya, berjuang keras mati-matian setelah hidupnya yang dihancurkan oleh seorang werewolf bejat yang mencampakkannya dan merubah hidupnya bagaikan membalikan telapak...