Chapter 20 : The Every Part of Love

6.9K 559 14
                                    

Brady's POV

Karena aku ingin hari ini kukhususkan untuk keheningan, aku ingin mengenang Eren untuk sekali lagi. Aku harap apa yang sudah kubeli, bunga segar dalam sebuah karangan cantik, dua botol wine yang satu merah dan yang satu putih, dan sekotak tisu basah untuk nanti membersihkan makam Eren. Eren, aku benar-benar merindukanmu, aku selalu berpikir, bagaimanakah kabarmu dialam sana?

Aku sudah tiba di Pemakaman Umum Richmond Timur, disini makam umum manusia yang menjadi satu area dengan areal sebuah Gereja Katolik St.Bernard. Kuparkir mobilku diarea parkir terdekat, dan segera mematikan mesin.

Aku menghela nafas seraya mulai merasakan rasa sumringah didalam hati. Mengapa aku selalu merasa seperti ini ketika hendak mengunjungi makam Eren?

Kusapu pikiran selagi membuka pintu dan langsung menuju ke belakang, kuambil barang-barangku seperti dua botol wine, dan kotak tisu basah. Segera kumenuju ke pintu pemakaman dan masuk. Pemakaman disini lumayan bersih, rapi dan tertata dengan indah, biarpun kutemui kadang setiap batu nisan berukuran beda da nada yang lebih besar atau tinggi.

Sudah lama sekali aku juga tidak berhubungan dengan keluarga Eren, aku rasa mereka sudah pindah sejak sebulan setelah kematian Eren. Tentunya, mereka pasti kecewa kepadaku. Aku memang penyebab mengapa Eren meninggal.

Aku segera belok dan menyusuri jalan agak berumput indah dengan bunga-bunga liar kecil yang tumbuh disekitar. Aku sudah dekat dengan makam Eren. Setibanya kini aku melihat makam Eren yang berada didekat sebuah pohon apel, dan segera kubawa barang-barangku kesana pula. Kini aku melihat makan Eren yang benar-benar indah dihadapanku.

Aku tersenyum ketika melihat makam Eren yang sebenarnya lumayan simple. Sebuah batu nisan abu-abu muda dengan ukiran malaikat yang memainkan sebuah kecapi dengan bala malaikat-malaikat kecil yang berjajaran didepannya. Lalu dibawah ada ukiran nama dan tanggal riwayat hidupnya. Aku cemberut sedih dengan rasa aneh yang merengut hatiku, Eren masih sangat muda untuk meninggal dalam usia 24 tahun.

"Hello Eren.." Sapaku pada batu makam Eren. Kuambil selembar tisu basah dan kuusap semua salju yang membuatnya dingin, apalagi dimalam hari. Disiang hari pun, salju masih bisa menyelimuti makamnya.

Tak begitu lama bagiku untuk membersihkan makamnya sampai benar-benar rapi, biarpun salju sempat turun sedikit dan menitiki atasnya sedikit. Kuletakkan karangan bunga yang telah kubeli tepat didepannya. Eren selalu menyukai bunga lily dan mawar, kedua bunga itu selalu mengingatkanku kepadanya, terutama mawar merah. Aku ingat dulu rumahku penuh dengan mawar merah dikebun belakang,

Mungkin aku ingin meyanyi sebuah lagu untuk Eren.

"Eren.. I'm going to sing a song.. It's your favorite one.. I hope you'll love it.." Kataku menuangkan sedikit wine merah ke makamnya.

"Summer of the high school, when we first met...

We made up in the mustang, the radio head

And on my 18th birthday, we got that chain tattoo...

Is you steal your parents slickers....

Talk about the future.. Like we had clue

Never paint a one day, I'll be losing you..."

Aku menghela nafas selagi air mata sudah mengisi kedua mataku.

"In another life...

I would be your girl..

We keep for our promises, the ease against the world

In another life..

I would make you stay

The Wolves Heart (MxM)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang