chapter 12

111 4 0
                                    

Bagi yang penasaran dengan akhir di part 10 baca kelanjutan nya di part ini.

☆☆☆☆

Sheryl pov

Ya tuhan..apakah ini mimpi. Cowok paling dingin dan cuek di sekolah sekarang berdiri dihadapan ku. Rasanya aku sudah tidak punya tulang lagi. Tubuhku benar-benar lemas.

Aku bingung,deg-degan,dan rasanya campur aduk. Aku bingung kenapa cowok ini bisa ada didepan rumahku. Aku tau kita pernah ketemu didepan gang kontrakan ku. Tapi,aku tak menyangka ia tau letak kontrakan ku.

Setelah kesadaran ku kembali. Aku berniat menghampirinya. Tapi, sebelum aku sempat berjalan ia sudah terlebih dulu menghampiri ku.

"Kau bekerja?"tanyanya.

"Iya, tapi darimana kau tau?"

"Aku tadi melihat mu ditempat kerja mu"jawabnya.

"Memangnya kenapa kalo aku bekerja kenapa?"tanya ku sedikit menantangnya.

"Kau tau kalau siswa disekolah tidak ada yang boleh bekerja"

"Aku tidak tau tentang hal itu"

"Aku hanya ingin memberitahu mu sebelum terlambat, jika siswa lain tau kau bekerja bisa saja mereka melaporkan hal ini ke guru dan beasiswa mu kemungkinan akan dicabut"jelasnya panjang lebar padaku.

Setelah mendengar penjelasan nya aku jadi waspada dan takut. Benar, kalau sampai siswa lain tau dan melaporkan hal ini ke guru kemungkinan beasiswa ku bisa dicabut. Dan, aku tidak mau sampai beasiswa ini dicabut. Aku sangat membutuhkan beasiswa ini.

Jika, beasiswa ini dicabut. Ibu pasti kecewa padaku. Pertama, ibu kecewa karena aku bekerja. Kedua, ibu juga sedih karena beasiswa yang selama ini aku impikan dan aku harapkan dapat merubah kehidupan ku jadi sirna.

Ya tuhan...apa yang harus kulakukan. Disisi lain aku membutuhkan pekerjaan ini. Terlebih aku baru saja mulai bekerja hari ini. Tidak mungkin aku keluar begitu saja. Tapi, kalau sampai beasiswa ku dicabut. Ibu pasti sangat sedih dan kecewa. Ibu sudah mengorbankan sawah milik bapak yang dijual demi membiayai ongkos dan membayar kontrakan ini.

Mungkin aku terlalu lama melamun sehingga tidak menyadari kalau ardo sudah pergi dari hadapan ku. Tapi, ada yang ganjal disini. Kenapa ardo baik sekali hingga mau memberitahu ku tentang ini. Ah..tidak tidak. Gak mungkin ardo peduli padaku. Dia kan cowok paling cuek dan dingin seantero sekolah.

Karena terlalu lelah akhirnya aku segera beranjak untuk masuk kedalam rumah kontrakan ku. Aku harus memikirkan ini baik-baik. Tapi, ini bukan saat yang tepat bagiku untuk memikirkan masalah ini. Tubuhku terlalu lelah untuk memikirkan jalan keluar nya.

Karena badan ku lengket. Jadi, aku memutuskan untuk mandi. Memang tidak baik mandi malam begini. Tapi, mau gimana lagi badan ku sudah lengket sekali. Tidak mungkin kan aku tidur dengan keadaan tubuh lengket begini.

Selesai mandi aku segera memasak makan malam untuk diriku. Cacing-cacing diperutku sudah berontak minta diisi. Daripada maag ku kambuh lebih baik aku segera mengisi perutku. Aku memutuskan untuk memasak nasi goreng. Aku bersyukur waktu aku masih di kampung ibu mengajari ku memasak.

Setelah nasi goreng ku siap untuk disantap aku segera membawa piring yang berisi nasi goreng buatanku ke ruang tamu sekaligus ruang tv. Mungkin aku perlu menjernihkan pikiran ku. Akhirnya, aku memilih menyalakan tv.

Aku menyantap nasi goreng ku sambil menonton acara talk show yang disiarkan salah satu stasiun tv swasta. Setelah nasi goreng ku habis, aku segera mencuci piring dan gelas yang tadi ku gunakan. Mungkin aku akan tidur setelah mencuci piring.

our(s)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang