part 7

249 11 12
                                    


***

Terlihat gadis dengan beanie abu-abu sambil menyandang tas ransel yang setia selalu menemaninya berjalan memasuki pekarangan kampus, gadis itu mempercepat langkahnya di sana agar tidak terlambat memasuki kelas. Renza, ya gadis itu adalah Fiorenza. Dia menatap lurus, tak sedikitpun menoleh bahkan melirik keadaan yang terjadi di sekitarnya, bisa dikatakan dia mengabaikan hal itu semua. Berjalan dengan langkah lebar dengan ekspresi wajah dinginnya dan aura misterius yang sangat terlihat pada dirinya, bahkan setiap orang yang mencoba untuk tersenyum atau menyapanya harus berpikir sekian kali untuk melakukan itu.

Sesampainya di pintu kelas, dia menatap kelas tersebut sudah di padatkan dengan mahasiswa lain di tambah dengan suara bising mereka yang membuat gadis tersebut ingin memporak-porandakan apa saja yang ada di sini agar mulut sialan mereka dapat tertutup ataupun tak dapat berbicara lagi. 'memuakkan' geram Fio dalam hatinya. Terlihat seseorang di belakang menepuk bahu gadis itu dan kemudian menggerakkan tubuhnya ke samping Fio. Merasa ada seseorang dengan lancang menyentuhnya membuat gadis itu melirik ke arah samping, dia hanya diam tak bergeming karena tak perlu kata terucap ketika yang di temukannya adalah Evan sang dewa keparat. 'apa-apaan senyum itu ? menjijikkan' ungkap Fio di dalam hatinya ketika melihat Evan dari sudut matanya tersenyum. Pada saat ingin melangkahkan kakinya memasuki kelas atau lebih tepatnya menjauh sejauh-jauhnya dari hadapan Evan, seorang gadis dengan rambut pirang lurus langsung menyambar tangan Evan yang masih berada di bahu Fio dan memasang wajah manja dan tersenyum genit. Bahkan Fio tak tahu bagaimana gadis atau siapalah namanya-diapun tak peduli-langsung berada di hadapan mereka, gerakan yang cepat sindir Fio dalam hati.

"hey, good morning Evan"ucap gadis itu dengan menggenggam tangan Evan yang semula berada di bahu Fio dan tersenyum manis. Fio yang jijik melihat adegan di antara mereka berdua langsung beranjak namun tertahan ketika gadis itu menatap dan menyapanya juga

"hey...Fiorenza"itulah yang diucapkan gadis itu ke arah Fio dengan ekspresi terpaksa dan tersenyum samar, seakan meminta Fio untuk menjauh. 'tanpa kau mintapun aku akan pergi sialan'ungkap Fio dalam hati ketika menangkap sinyal dari gadis itu.

Dengan cepat Fio melangkahkan kakinya ke dalam kelas dan mengambil tempat duduknya tanpa membalas dan melihat ke arah mereka berdua. Meletakkan tasnya di atas meja dan menatap keluar pada jendela yang ada di samping tempat duduknya, dia menatap fokus ke arah pohon yang ada di luar sana dan menggerakkan daun-daun pohon itu seperti tertiup angin hanya dengan menatapnya, tidak ada alasan tertentu dia melakukan itu selain mengenyahkan pikirannya dari dunia terkutuk ini. Merasa ada yang memperhatikannya dari samping membuat Fio menghentikan kekuatannya dan menatap lurus ke depan tanpa memperdulikan siapa yang memperhatikannya itu.

"hari ini kita tidak ada jadwal kuliah ! ada rapat mendadak"ungkap lelaki dengan rambut kriting berkacamata di depan kelas mereka dan semua orang di kelas ini heboh berteriak gembira serta ada yang bertos ria, lain dengan Fio yang hanya menatap lurus dengan kosong tak ada satu titik objekpun yang di perhatikannya di sana.

"kau baik-baik saja ?"suara itu membuat Fio mengerjapkan matanya seakan kembali ke dunia nyata, dan mengapa harus suara ini yang selalu di dengarnya. Gadis itu hanya diam tak mengubris lelaki yang barusan bertanya kepadanya. Melihat gadis itu hanya diam membuat Evan bergerak menjauhkan meja yang ada di depan Fio dan kini dia berdiri di depan gadis itu dengan sedikit menyandarkan tubuhnya ke meja yang ada di belakangnya. Melihat apa yang di lalukan Evan membuat dirinya membuang muka ke arah samping. Lain halnya dengan Evan yang terus menatap lekat wajah Fio walaupun hanya bagian samping, dia merasa getaran itu lagi di dalam hatinya. Bahkan hanya dengan menatap gadis ini dapat membuat reaksi semacam itu.

"bukankah ketika berbicara dengan seseorang kau harus menatapnya ?"ungkap Evan, gadis yang mendengar penuturan Evan tersebut hanya mengeluarkan senyuman remeh di sana

CURSE (Justin Bieber)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang