Fiorenza POV
Cahaya yang masuk entah dari mana datangnya membuatku terbangun, aku mengerjapkan mataku dan memandang sekeliling, di kamarku? Ah, tentu saja aku melupakan bahwa ada dewa keparat itu di sekitarku, sialan. Hidupku makin menderita saja setiap detiknya dan oh jangan lupakan juga aku sudah di hadapkan dengan makhluk-makhluk astral terkutuk. Bisakah mereka datang lagi? Sungguh aku sangat berharap mereka akan menjumpaiku dan berkata 'oh hei, aku ke sini ingin mengambil sesuatu yang ada di dalam dirimu gadis kecil' Aah aku menyesal kenapa menolak setelah dua kali mereka datang, tapi entah mengapa aku melakukan penolakan tersebut. Okay, ini pemikiran yang gila.
Aku menyibak selimut yang menutupi hampir seluruh tubuhku, astaga dia membuatku seperti kantung makanan saja. Kulangkahkan kaki ku menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuh dan berpakaian. Setelah itu aku keluar dari kamar dan melihat si keparat itu duduk di sofa, kuabaikan tatapannya dan menuju dapur untuk membuat sesuatu, makanan atau apalah yang masih tersisa di sana.
"feeling better ?"ujarnya sambil berjalan ke arahku. Aku hanya diam dan menyibukkan diri dengan membuat susu
"Renz, you okay ?"ucapnya kedua kali, hening hanya suara dentuman antara benda-benda yang sedang kugunakan sekarang
"are you fine ?"lanjutnya
"Fiorenza ?" astaga, aku butuh Neptunus sekarang juga!
"fuck! Can you just shut up"balasku dengan sedikit menggeram
Aku kembali mengaduk susu yang sudah ku buat dan meneguk semuanya sampai habis. Setelah ini aku harus kembali ke sekeliling manusia, buat apalagi selain mencari pekerjaan dan hari ini adalah sabtu di mana aku tidak memiliki jadwal kuliah. Aku kembali berjalan ke arah kamarku dan mengabaikannya, mengambil tas serta memakai hoodie ku dan menuju pintu apartemen.
"Renz kau mau kemana ? Mencari pekerjaan ?" ya itu benar dewa agung
"yeah"balasku singkat
"bukankah kau setuju mau bekerja di tempat yang ku tunjukkan kemarin"balasnya dengan tenang, sialan apakah dia tuli dan geger otak bahwa aku menolak mentah-mentah tawarannya
Aku membalikan tubuhku dan menghadapnya dengan tatapan benci. "aku tidak akan pernah bekerja di tempat sialan itu, aku tidak sudi di kelilingi bedebah-bedebah kecil tak bermoral seperti mereka, lebih baik aku berada di tempat mereka yang menjijikkan daripada di sana. Bahkan jika itu tempat terakhir yang ada di dunia keparat ini aku takkan mau. Kau dengar"ucapku tajam dan mungkin ini adalah kata-kata terpanjang yang pernah ku ucapkan di hadapannya dan pergi berlalu
***
kini aku telah berada di beberapa pertokoan yang ada di mall, masuk kemudian keluar dengan hasil sia-sia. astaga, apakah aku di kutuk si kepala botak gemuk itu ? hingga sampai sekarang aku belum mendapatkan pekerjaan setelah angkat kaki dari tempat sialannya. aku menyandarkan tubuhku di dinding, menengadahkan kepalaku menatap ke arah lampu-lampu kecil disana"yoo girl, wanna hang out with us ?"terdengar suara seorang lelaki yang berjarak setengah meter di depan ku. Aku mengabaikannya dan tetap menatap lampu-lampu itu
"play hard to get,huh ? "lanjutnya lagi dengan nada sedikit sinis. Apakah dia tolol atau semacamnya, bahwa tanda diam atau bisa di bilang juga mengabaikan artinya 'tidak' fuckin asshole
"I think she's deaf guys"ucapnya dengan terkekeh dan di ikuti oleh para pembantunya atau-I don't care
Aku mendengus pelan akan tingkah bodoh para bedebah ini.
"hey, leave her alone"terdengar suara baru dari arah sampingku, astaga apakah lelaki ini mau jadi seorang pahlawan? Jujur saja aku tak membutuhkan bantuannya untuk mengusir para kumpulan orang tolol ini. Melihatnya membuatku mendecih dalam hati
KAMU SEDANG MEMBACA
CURSE (Justin Bieber)
Mystery / ThrillerBorn with a curse and die with a curse too, nothing can change ...