part 2

473 30 2
                                    

Author POV

Tak henti-hentinya hujan turun membasahi bumi di iringi bunyi rintik-rintik tetesan hujan bagaikan alunan irama yang senada. Fiorenza menatap semua kegiatan orang di balik jendela kecil apartement sederhananya. Menatap dan menerawang seolah-olah dia dapat merasakan setiap tetesan hujan itu mengenai kulit putih pucat yang ia miliki.

Apartement yang di tinggali sangat sederhana dan bisa di katakan kecil, tapi dia tidak mempermasalahkan itu. Untung saja sewa apartement ini tidak terlalu mahal, sehingga dengan kerja sampingan menjadi pelayan restoran dapat mencukupi kehidupannya. Ketika dia sudah lulus dari senior high school dan dapat memasuki Universitas Melbourne dengan beasiswa penuh dia memutuskan untuk keluar dari panti asuhan, karena dia tak ingin lagi merepotkan atau menambah hutang budi terhadap panti asuhan tersebut. Tidak ada kesan yang menarik selama dia hidup di sana, semuanya sama saja di jauhi, di kucilkan dan tidak ada yang mengharapkannya ada di sekeliling mereka. Dengan tekad dan kemauan yang kuat akhirnya dia bisa masuk ke Universitas tersebut dan bisa angkat kaki dari tempat mengerikan itu. Setidaknya itulah yang di pikirkannya

Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 6 sore. Dia beranjak menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya dan kembali melanjutkan kegiatannya di malam hari menjadi seorang pelayan restoran. Setelah beberapa menit kini dia siap berangkat dengan menggunakan baju sweater berlengan panjang, jelana jins hitam dan tak lupa memakai sepatu converse kumalnya serta membawa tas yang berisi perlengkapan penting dan tak lupa memakai beanie abu-abu kesayangan ia miliki. Gadis yang sangat sederhana

Sesampainya di depan restoran, dia bergerak menuju pintu belakang restoran untuk masuk dan mengganti pakaian nya. Semua di lakukan nya seperti biasa, mendatangi tamu-tamu yang baru berdatangan dan mempersilahkan mereka duduk serta mencatat apa saja yang mereka pesan. Dia tidak seperti pelayan perempuan lainnya yang sengaja mengambil pakaian pelayan berukuran ketat dan pendek, menurutnya itu sama saja menjual tubuh untuk di pertontonkan ke orang banyak. Berdandan berlebihan dan selalu tersenyum genit jika ada para bapak-bapak yang menjadi tamu, sungguh pemandangan yang menyebalkan menurutnya. Mungkin kalian bertanya seperti apa penampilannya jika memakai baju pelayan, well dia memilih baju pelayan yang panjang nya selutut dan longgar sehingga pose tubuhnya tidak terekspose. Satu lagi dia tidak pernah tersenyum dan bertampang wajah datar, terpancar bahwa hidupnya muram walaupun memang kenyataan bahwa hidupnya sungguh menyakitkan.

"silahkan duduk tuan..."ucapnya kepada seorang pemuda yang menjadi tamunya sekarang, pemuda itu kelihatan seumuran dengan nya atau tua beberapa tahun

"thanks..."balas pemuda itu dan duduk di kursi yang telah di sediakan

"ini daftar menu kami, silahkan di lihat dulu"lanjut Fiorenza sambil menyodorkan daftar menu restoran ini

"sebenarnya aku tidak ingin memesan makanan"balas pemuda itu sambil meletakkan daftar menu tersebut ke meja. Fiorenza hanya mengernyitkan alisnya bingung

"maksud anda apa tuan ? maaf saya tidak mengerti"balas Fiorenza dengan nada datar tanpa ekspresi

"sebenarnya aku ingin bertemu denganmu, dan ikut denganku sekarang"lanjut pemuda tersebut dan menarik tangan Fiorenza dengan paksa. Fiorenza ingin sekali menyumpahi pemuda yang menariknya ini akan tetapi itu berbahaya bisa-bisa menarik perhatian banyak pengunjung di sini, jadi dia hanya memberontak ketika di tarik. Dia bisa saja membunuh pemuda ini dengan kekuatan atau kutukan yang ia miliki, akan tetapi itu sama saja bunuh diri jika banyak orang yang mengetahui itu nantinya.

siapakah pemuda tersebut ?

stay tune aja....

CURSE (Justin Bieber)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang