bab 4. pertemuan

1.6K 195 22
                                    

Mata jiyeon terbuka karna pantulan sinar matahari pagi, dengan enggan ia membuka mata. kakinya menuju pintu kaca yang terbuka. Butiran-butiran air jatuh menusuk setiap pori-pori kulitnya mahkotanya sudah basah. Ia menatap tubuhnya di cermin sekali lagi menyadarkan ingatannya

"aku adalah seorang park jiyeon" ucapnya pelan pada kaca

Jiyeon sudah siap untuk pergi ke alamat yang ia dapatkan tadi malam. Pelayan rumah sudah mulai bekerja semua makanan sudah siap di meja panjang dan meja masih kosong hanya sebagian chef sedang menyusun beberapa makanan penutup. Jiyeon duduk di awal kursi mulai melihat apa yang sudah chef rumahnya siapkan pagi ini, sudah 3 tahun ini lidahnya terus di isi makanan America.

"aku tidak menyuruhmu duduk di sana, kau cari kursi untukmu makan sendiri" wajahnya terangkat melihat krsytal yang sudah berdiri tak jauh darinya.

"aku tidak mau. Ini juga rumahku jika kau tidak suka kau saja yang mencari kursi lain" dengan seragam sekolahnya krsytal sudah siap untuk pergi ke sekolah, ucapan jiyeon tak di gubrisnya ia malah duduk di samping jiyeon

Jiyeon menghela nafas melipat kedua tangannya di dada mata tajamnya menyorot tajam krsytal "baiklah kau makan saja sendiri" jiyeon bangkit dari kursinya lalu ia meraih semangkuk sup dan ia tumpahkan ke mahkota rambut krsytal alhasil semua sub itu tak hanya membasahi kepalanya bajunya pun ikut basah

"hya!" teriaknya

"kau pikir aku takut untuk membunuhmu?"

"apa yang kau lakukan padanya!? Kau tau dia akan pergi ke sekolah?" eun jo menghampiri jiyeon yang sedang bersama krsytal ia terlihat tidak menyukai hari-harinya setelah kedatangan jiyeon

Jiyeon tidak menjawab pertanyaan eun jo ia berjalan menuju parkiran mobil

"park jiyeon. aku dengar kau bertemu dengan tuan cho ku rasa ia sudah menyampaikannya padamu kau pasti sangat senang mengetahui berapa yang ku dapat bukan? Tapi itu belum berakhir. Aku akan mengundangmu dalam pertemuan pengambilan hak saham atas ibu jihae aku harap kau bisa hadir nanti malam" ucap pelan eun jo menatap punggung jiyeon

Jiyeon membalikan tubuhnya "pengambilan hak saham? Kau pikir adikku sudah mati? Aku akan membawanya nanti malam bersamaku jadi bersiaplah"

"benarkah? Kucing mana yang cepat mendapatkan ikannya terlebih dahulu. Aku kasihan pada kalian berdua, lihatlah keluarga dari ibumu saja tidak pernah mengakui dirimu dan adikmu"

"jika kau menyentuh sehelai saja adikku, aku yang akan membunuhmu sendiri dengan tanganku"

Jiyeon berjalan cepat menuju mobilnya yang terparkir bersamaan 2 mobil lainnya, jiyeon yakin itu mobil krsytal dan juga ibu tirinya. Jiyeon melajukan kecepatannya menuju sebuah alamat yang berhasil ia dapatkan sebelum orang suruhan eun jo menemukannya terlebih dahulu, tangan jiyeon mulai bergetar ia tidak ingin terjadi sesuatu pada jihae

Terdapat sebuah gang kecil di bawah tangga, rumah di sini tidak tersusun rapi seperti yang lainnya. Jiyeon turun dari mobil ia melihat kembali alamat di saku mantelnya. Perlahan jiyeon menuruni tangga. Ia tidak bisa membayangkan adiknya tinggal di rumah seperti ini sedangkan ia selama ini bersenang senang dan makan enak selalu

Jiyeon menahan butiran air matanya yang akan jatuh dadanya terasa lebih sesak dari pada mengetahui ketika appanya meninggal. Jiyeon sudah membenci appanya ketika ia di sekolahkan ke luar negeri lebih tepatnya di keluarkan dari rumah itu secara halus

"nunna!" panggil seseorang tak jauh darinya, jiyeon mengangkat wajahnya, bibirnya membentuk sebuah senyuman tak percaya. Pria yang di carinya sudah berdiri dan sedang tersenyum ke arahnya

"jihae-ya" kata jiyeon dengan suara bergetar

"nunna, jiyeon nunna" jihae berlari kearah jiyeon, ia langsung memeluk wanita yang sudah ia rindukan selama ini. "nunna" jiyeon mengelus rambut jihae ia tau jihae telah mengalami masa-masa sulit setelah kepergiannya.

HEART.. DIGNITY AND DIE! [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang