Ketika semua kebahagiaan melenyapkan dendam
Tidak ada yang perlu di cari lagi bagi kedua insan yang saling mencintai. Semua terasa indah ketika mengingat betapa sulitnya memperjuangkan satu sama lain, betapa berat cinta mereka di uji pada akhirnya kesabaran dan waktu menyatukan keduanya
Sebuah pernikahan indah yang sudah berlangsung 5 bulan yang lalu. Sederhana dan sangat sakral di ingatan jiyeon, selama ini ia memang tidak pernah memandang seseorang dari berapa banyak jumlah uang yang mereka punya asalkan orang itu bisa membuatnya percaya, itu lebih dari cukup
Bertemu ayah myung soo dan mencoba mengenal pribadi suaminya itu lebih dalam. Ia tau bahwa ayah suaminya tidak begitu menyukainya tapi bukan juga membencinya. Jiyeon bisa melihat kasih sayang seorang ayah yang belum rela ketika putranya dimiliki orang lain
Jiyeon tidak tinggal di rumahnya ataupun di rumah myung soo yang seperti kerajaan. Mereka memutuskan membeli rumah sederhana di dekat perusahaan agar myung soo tidak terlalu jauh untuk berangkat kerja.
Rumah dua tingkat berwarna putih dengan taman di sekelilingnya sangat indah.
Pagi ini jiyeon terbangun dari tidurnya karna rasa mual yang terus-terusan beberapa hari terakhir
"Muntah lagi? Kau sungguh tidak papa? Ayo kita ke dokter" ucap myung soo sambil mengelus punggung jiyeon
Jiyeon menggeleng lalu membasuhi mulutnya dengan air "aku hanya terlalu lelah akhir-akhir ini"
"Sudah ku bilang tidak perlu bekerja. Aku masih bisa membiayaimu untuk hidup 50 tahun kedepan"
Myung soo mengelus rambut jiyeon ketika istrinya tiba-tiba memeluknya dengan manja. Perubahan sifat jiyeon membuatnya geleng-geleng kepala "kau mau berangkat kerja?" Tanya jiyeon mendongakkan wajahnya menatap myung soo
"Iya sayang" ucap myung soo lembut membelai wajah jiyeon. Mengenyampingkan rambutnya ke belakang telinga "tidak perlu masuk kerja em, aku akan bilang pada jihae"
Jiyeon mengangguk "rasanya aku tidak ingin beranjak dari kasur"
"Ingin tidur lagi?" Jiyeon mengangguk "tidurlah aku akan mandi sekarang" myung soo mengecup singkat pipi jiyeon lalu melepaskan pelukan istrinya
"Kau melepaskan pelukanku kim myung soo?" Tanya jiyeon mebelalakan matanya. Myung soo mematung di depan pintu kamar mandi. Apa dia salah? Lihat. jiyeon terlalu kekanak-kanakan
bahkan ia pernah mendiamkan myung soo seharian hanya karna myung soo berjalan keluar kamar duluan, alhasil hari itu ia tidak bisa berangkat kerja.
Myung soo menghembuskan nafasnya frustasi ia tidak mungkin bolos kerja hari ini karna jam 10 nanti ada rapat penting "maafkan aku sayang, aku hanya terburu-buru. Oke?" Bujuk myung soo
"Kau sangat kasar" ucap jiyeon menepis tangan myung soo yang ingin memeluknya, ia menghempaskan tubuhnya ke ranjang
"Iya maaf, aku tidak sengaja. Aku ada rapat pagi ini"
Jiyeon menutup seluruh tubuhnya dengan selimut. Inilah yang membuat myung soo frustasi sifat jiyeon 180 derajat berubah
"Akan ku belikan ice cream nanti, bagaimana?" bujuk myung soo dan ternyata berhasil. Myung soo ingat ketika ia membujuk jiyeon yang lagi marah dengan sebuah ice cream tapi reaksi yang di tunjukkan sangat berbeda 'kau pikir aku anak 5 tahun bisa kau bujuk dengan ice cream'
"Baiklah belikan aku dengan berbagai macam jenis rasa, dan aku ingin baju tidur yang kemarin jangan lupa kau punya janji makan siang denganku hari ini"
"Oke" jawab myung soo "aku mandi dulu" myung soo menggelengkan kepalanya lalu beranjak dari sisi ranjang
"Hya kau melupakan sesuatu" ujar jiyeon. Myung soo tidak mengerti "kau melupakan ini"
KAMU SEDANG MEMBACA
HEART.. DIGNITY AND DIE! [COMPLETED]
FanfictionSEBAGIAN CERITA DI PRIVAT. HARUS FOLLOW TERLEBIH DAHULU, TERIMA KASIH Park Jiyeon seorang gadis cantik, sombong, angkuh, egois, pemarah. ia tidak pernah percaya pada siapapun bahkan ayah kandungnya sekalipun sampai ia bertemu seorang pria bernama Ki...