9. When I See Your Smile

5.2K 187 7
                                    

Kata orang merasakan cinta bisa hilang waktu. Detik berjalan begitu cepat tanpa kau sadari sudah berapa kali matamu berkedip sembari menatap layar hape, membuka jendela chat dan menanti balasan dari seseorang yang mengusik pikiranmu.

Seperti pagi ini. Hanya baris-baris obrolan semalam yang kupandangi. Jarum jam masih di angka setengah enam. Artinya aku tak benar-benar bisa memejamkan mata dan tidur. Pesan terakhir Ladea justru membuatku tetap terjaga. Bagaimana bisa terpejam dan memimpikannya?

"Pagi, La ... nyenyakkah tidurmu?" Cepat-cepat kukirim pesan itu ketika pesan sebelumnya berubah status menjadi read.

Semenit, dua menit hingga setengah jam berlalu tak ada balasan walau sudah terbaca olehnya.

Entah apa yang dilakukan wanita itu di hari libur ini. Tekadku sudah bulat. Hari ini aku harus menemuinya.

***

Kompleks Kemuning tampak asri dengan pepohonan yang rindang. Tak sulit mencari tempat tinggal Ladea. Yang sulit tentu saja, bisakah aku melewati gerbang rumahnya dan diizinkan masuk?

"Ladea ..."

Pesanku lagi-lagi hanya terbaca.

Pagar rumah berwarna peach itu tertutup rapat. Apakah ia tak ada di rumah?

"Ladea, aku ada di depan."

"Apa yang bapak lakukan di sana?"

"Bayu. Jangan bapak. Aku belum terlalu tua kok."

"Maaf, apa yang kau lakukan di depan rumahku?"

"Aku ingin menemuimu."

"Saya tidak lagi ingin bertemu siapa-siapa."

"Katakan pada putri kecilmu, aku punya sesuatu untuknya."

"Bisa-bisanya kau memakai putriku jadi alasan."

"Ladea, please. Izinkan aku masuk.

...

"Ladea ..."

Pesan tak terbaca.

Aku memutuskan membuka pagar sendiri. Kegaduhan yang kusebabkan membuat pintu rumah dibuka dari dalam.

Seorang wanita dengan rambut terurai menyambutku ... dengan ketus.

"Sudah kubilang, hari Minggu adalah family time. Kau memaksakan diri," ujar Ladea sambil berjalan menghampiri.

"Hai, Ladea."

Aku menurunkan sesuatu dari dalam mobil.

"Siapa, Bunda?"

"Hai, Shasya ..."

"Eh, Om tahu namaku? Om siapa?"

"Om temen bundamu. Oh ya, ini ada sesuatu untukmu."

Tangan kecil Shasya menyambut tanganku lalu mencium punggung jemariku.

"Om bawa kucing?"

"Loh, kok tahu?"

Si manis Shasya tersenyum, "Tahu, Oom. Allah bilang sama Shasya kemarin."

"Wah, Allah baik ya ... itu dari Allah. Dirawat ya ..."

Shasya membuka kotak dan kucing anggora putih menyembul dari dalamnya. Gadis kecil yang imutnya tak kalah menggemaskan itu menggendong dan membelai dengan sayang. Ladea masing melongo melihat keakrabanku dengan putrinya, ditambah kucing lucu yang tampak manja di pelukan Shasya.

"Ini ... apa-apaan, Pak Bayu?"

"Sstt ... ini bukan di kantor. Berapa kali harus kubilang, buang pak-nya. By the way, boleh duduk?"

Lady LaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang