24. Hurt

1K 75 10
                                    

"Reyhaaan, tolong ... tanganku sakit, kakiku juga ...," Ladea mengeluh. Kakinya sudah lecet karena diajak terus berlari oleh Reyhan di bawah guyuran hujan yang seakan ikut merasakan pedihnya hati Ladea.

Sepanjang pelarian, banyak mata yang memandang. Orang-orang yang berteduh di sepanjang trotoar dan beberapa kendaraan yang lalu lalang sempat memelankan jalannya demi melihat keanehan sepasang muda-mudi di tengah hujan.

Reyhan mendengar keluhan Ladea. Di sebuah persimpangan ia berhenti. Ladea mengambil napas panjang.Dibukanya sepatu berhak 5 cm yang ia kenakan. Tidak terlalu tinggi, tapi siapa saja yang memakainya untuk lari-lari sore adalah orang yang sangat kurang kerjaan. Reyhan tetap memegang sebelah tangan Ladea. Ketika ia melihat Ladea sudah agak tenang ia mulai menariknya lagi.

Ladea tersentak. "Reyhan, kamu benar-benar tega ya ... aku capek. Lepaskan aku!"

Demi mendengar teriakan Ladea, Reyhan menghentikan langkahnya.

"Kamu mau lepas? Kamu mau lepas begitu saja dariku, Dea???"

Ladea terkejut. Bertahun-tahun mereka pacaran tak pernah satu kali pun lelaki itu membentaknya. Reyhan memang lelaki playboy, tapi terhadap Ladea ia tak pernah berbicara kasar.

Ladea berjalan mundur. Sialnya, ia salah langkah. Tepat di belakangnya bangunan ruko yang sedang tutup. Reyhan mengikuti langkahnya. Dan sekarang ia terhimpit.

Ladea mulai menggigil kedinginan. Kaki telanjangnya serasa cenat-cenut. Blus yang ia kenakan melekat sempurna di tubuh seksinya. Rok mininya pun membuatnya menyesal karena telah dipakai pada hari yang menyebalkan ini. Ladea mulai menangis.

"Apa yang kamu mau, Rey?"

Reyhan mendekat. Semakin dekat. Ditempelkannya hidungnya ke pipi Ladea.

"Aku hanya ingin kembali dicintai dan mencintaimu. Terimalah aku kembali. Aku tak bisa hidup tanpamu, Dea."

Ladea semakin menggigil. Bukan hanya kedinginan tapi juga rasa takut yang begitu besar akan sosok Reyhan di hadapannya.

"Jawab aku, Dea. Janganlah jadi orang yang menjengkelkan."

Embusan napas hangat keduanya saling beradu. Ladea tetap diam dalam kedinginan. Reyhan masih memaku wajah Ladea dengan tatapan dinginnya. Perlahan ia mulai menciumi pipi Ladea.

Tangan Reyhan mengunci bahu Ladea, semakin menekannya ke tembok. Ladea pasrah. Biar bagaimana juga ciuman itu ia rindukan. Satu ciuman saja.

Tiba-tiba bayangan anak laki-laki melintas di pelupuk mata Ladea. Satu keberanian pun muncul. Dengan sisa tenaganya ia mendorong tubuh Reyhan sekuat yang ia mampu.

"Tinggalkan aku, Rey!"

Reyhan memaksa. "Tidak. Kau milikku. Aku takkan meninggalkanmu. Tidak akan!"

Lagi-lagi Ladea mendorongnya.

Reyhan tersungkur. Ladea tak menyia-nyiakan kesempatan itu.

Dengan air mata berderai, Ladea berlari meninggalkan Reyhan.

"Deaaaa!"

Reyhan berusaha bangkit. Lalu berlari mengejar wanitanya. Ladea masih tampak di pandangan mata.

Ladea memilih berlari ke seberang. Jauh meninggalkan Reyhan. Setidaknya itu yang ia pikirkan. Namun sebuah hal membuat waktunya tiba-tiba berhenti. Ia berbalik ke belakang.

Bunyi klakson beberapa kendaraan silih berganti.

Sesosok pria terkapar di tengah jalan.

Merah.
Darah ...
Seketika Ladea pun pingsan.

Lady LaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang