Just Finish it

466 28 5
                                    

Kedatangan Winda tempo hari membuat ketakutan teramat sangat di hati Ladea. Wanita yang dulu selalu berdiri di depan melindunginya kini berubah arah. Winda tetap berdiri di depannya, namun, ia tak lagi menjadi malaikat pelindung. Ladea tak lagi menemukan kenyamanan bersahabat dengan Winda. Yang ia temui hanya kecemasan dan resah setiap bayangan Winda hadir serta ingatannya terngiang-ngiang dengan perkataan Winda yang mengancam.

Kautak bisa meninggalkanku di titik ini, Ladea. Kau hanya milikku. Sesuatu yang kujaga tanpa cela. Kau kurawat sedemikian rupa hingga tumbuh seperti ini. Kautak bisa melepaskan apa yang sudah kita siapkan bersama. Ingat, Ladea. Tidak ada pria di dalam hati kita. Yang ada hanya kita. KiTA. Satu langkah saja kau keluar dari lingkaran ini, ke ujung dunia mana pun akan kukejar.

"Hei, melamunkan apa?" Suara Bayu membangunkan lamunan Ladea. Dengan sigap Ladea mengemasi berkas-berkas di mejanya.

"Nope. Hanya saja saya merasa sedih proyek ini harus berakhir. Dan ... ehm, terima kasih selama beberapa waktu belakangan ini kerja sama di antara kita bisa berjalan dengan lancar. Ini membawa kenaikan yang  cukup berarti bagi perusahaan saya khususnya." Ladea berusaha untuk mangabaikan perasaan galau yang menyelimutinya.

Bayu mengangguk-angguk. "Ehm, soal itu jangan khawatir. Kerja sama yang baru akan segera dilangsungkan. Proposal sudah meluncur. Dan ... bisakah kita sedikit rileks hari ini? Sepertinya kau begitu tegang. Ada apa sebenarnya?"

Ladea tersenyum kikuk. Matanya beredar ke sekeliling ruangan. Para peserta meeting beranjak keluar satu per satu. Lalu matanya kembali memandang Bayu. Pria itu mengernyitkan kening saat mata mereka beradu.

"Ada hal yang ingin kausampaikan, Ladea?"

Ladea bungkam, ragu-ragu.

"Aha, kau sudah menemukan jawaban atas pertanyaanku tempo hari?"

"Pertanyaan yang mana?"

"Satu tambah satu?" tanya Bayu sembari tersenyum.

"Satu tambah satu?" Ladea menyiratkan kebingungan.

"Kau dan aku ... jadi ...." kata Bayu menegaskan.

"Oh, tidak. Bukan itu yang ingin saya sampaikan, pak Bayu."

Bayu mengembuskan napas. "Selera humormu jelek. Kau bahkan tak bisa menyenangkan hati orang lain," ujar Bayu bercanda.

"Dengar... tak ada yang lebih penting dari apa yang akan saya sampaikan ini, pak Bayu."

Bayu mendekat. Ia menyimak dengan saksama. Namun, aroma tubuh Ladea menusuk-nusuk sukmanya. Hampir saja ia merenggut tubuh wanita di hadapannya itu lantas mengulum bibirnya lembut. Namun, Ladea lebih dulu mendorong dada bidangnya.

"Menjauhlah dari saya."

Bayu tersentak. "Apa?"

"Menjauhlah sebelum semuanya terlambat."

"Apa maksudmu, La?"

"Saya mohon ...menjauhlah, ini untuk kebaikan."

Bayu mengernyitkan kening. Ia tak mengerti arah komunikasi yang serba penuh sangkaan ini.

Jangan macam-macam dengannya, My Sweet Heart. Berhentilah bermain dengannya. Kalau kau benar-benar sudah mulai mencintainya, lepaskanlah ia sebelum semuanya terlambat. Kau tahu, aku tak bisa tinggal diam melihat kau berdua dengannya. Jangan sampai kau menyesali akibatnya, Ladea.

Kata-kata Winda terngiang lagi. Ladea menjauh dari Bayu. Kaki jenjangnya melangkah menuju pintu.

"Hei, tunggu dulu." Bayu menarik tangan Ladea lembut. Sebuah tarikan napas dari hidung Ladea membuat Bayu merasa bersalah.

Lady LaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang