25. Still Loving You

1K 86 2
                                    

"Jadi begitu ceritanya?" Bayu mengangguk-angguk sembari matanya tak berhenti menatap ke sosok pria yang sedang melukis di bawah pohon mahoni.

Sesekali pria itu mencoret-coret kertasnya sambil menyebut satu nama. Dea.

Bayu menyimak dari tadi obrolan Ladea dengan seorang perawat. Reyhan, pria itu, masih terus mencoba menggambar raut Dea. Konon katanya, ia kehilangan wajah pujaan hatinya. Sejak kecelakaan itu ia tak bisa mengingat rupa Ladea. Yang ia tahu hanyalah ia begitu amat sangat mencintai seorang wanita yang bernama Ladea.

Keberadaannya di sini sudah lebih sepuluh tahun. Sejak kecelakaan tak sengaja sore itu, Reyhan tak bisa mengingat apa pun selain sebuah nama, Dea. Istri dan anak semata wayangnya entah di mana. Tahun-tahun pertama, wanita yang dinikahi karena kehamilannya itu masih sering muncul di rumah sakit pada hari-hari tertentu. Tapi tujuh tahun terakhir, sama sekali tak menunjukkan batang hidungnya. Reyhan hanya setia pada kertas kanvas yang selalu disediakan perawat, alih-alih ia mencoreti dan menggambar seisi dinding rumah sakit, sprei, lantai atau apa saja yang bisa ia coreti.

Ladea pernah menemuinya. Sering. Tapi Reyhan benar-benar tak bisa mengingat wajah Ladea. Ia bagai orang asing saat berada di hadapan Reyhan. Mungkin saja karena perasaan bersalah yang besar atau entah apa yang membuat Reyhan begitu terkunci pada satu nama.

Ladea berjalan ke bawah pohon. Lelaki itu tetap pada kanvasnya, tak acuh atas kedatangan siapa pun. Sementara Bayu mengamatinya dari kejauhan.

"Rey..."

Lelaki itu tak menyahut. Tentu saja ... ia bahkan tak tahu itu panggilan untuknya.

Ladea menarik napas panjang. Dilihatnya lelaki yang pernah ada di hatinya itu lekat-lekat. Masih tetap memancarkan pesona masa mudanya. Reyhan memang kehilangan segala memorinya. Namun ketakwarasannya lebih banyak ia jalani dalam diam. Dia tak seperti orang gila kebanyakan. Sesungguhnya Reyhan tampak normal.

"Aku tahu kau datang, Dea."

Ladea terkesiap.

"Aku tahu kau datang. Maafkan aku tak bisa melihatmu. Aku terlalu malu mengangkat mataku untukmu. Aku... aku minta maaf, Dea. Aku minta maaf. Maaf." Reyhan terisak sambil mencoret-coret kanvasnya.

"Reyhan? Kau?"

"Jangan kaget, Mbak. Dia selalu begitu setiap ada yang mendekatinya. Dia selalu meyakinkan diri bahwa sesungguhnya wanita yang ia cintai selalu datang. Tapi tidak pernah memberi maaf. Makanya ia selalu seperti ini. Menangis sambil mencoret-coret kanvas. Beberapa hari yang lalu, ia nyaris menyelesaikan satu sketsa wajah yang persis seperti mbak. Setelah sekian lama. Ia merasa wajah itulah Ladeanya. Sepertinya ... ia benar-benar berusaha keras untuk mengingat mbak Ladea. Bila mbak mau cobalah untuk menyentuhnya. Sedikit saja," ujar seorang perawat.

Aku, menyentuhnya? Ladea memundurkan langkahnya.

"Tak mengapa, Mbak. Dia tak akan melukaimu," kata perawat itu lagi seolah mengetahui kekhawatiran Ladea.

Ladea pun kembali mendekati Reyhan. Perlahan-lahan. Hingga ...

Sreet... Laki-laki itu menoleh pelan. Mata mereka bertemu. Ladea terpaku.

"Lepaskan aku, Rey ... Sakit ...." Kembali terngiang. Ladea mundur ragu-ragu.

"Dea ... DEA!"

Reyhan bangkit. Jantung Ladea berdegup kencang. Lelaki itu berjalan ke arahnya.

Deg deg deg. Ladea menahan napasnya.

Slash ... Reyhan berjalan melaluinya sambil memanggil-manggil nama Dea. Berputar, mencari-cari.

Air mata jatuh dari manik mata Ladea.

"Dea, maafkan aku. Maafkan aku. Aku masih mencintaimu. Sampai kapan pun. Aku akan tetap mencintaimu." Reyhan tak berhenti berkata-kata. Ia lalu berjalan kembali tepat ke bawah pohon mahoni, tempat di mana peralatannya berada. Ia lalu hanyut kembali ke dalam kanvas.

"Ya Tuhan, ini semua karena keegoisanku. Ini semua gara-gara aku..." Ladea mengisak.

Bayu menghampiri Ladea dan memegangi pundaknya. Lalu membawa Ladea menjauh dari situ.

Kejadian hari ini membuat Bayu sedikit memahami. Ladea mungkin menutup pintu hatinya karena Reyhan. Entah karena rasa cinta atau rasa bersalah. Diam-diam ia menaruh kotak beludu yang berisi cincin itu ke dalam kantong celananya.




Lady LaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang