16-Membuka hati

42K 2.4K 25
                                    

"Good morning" ucap Dion sembari mencium pipi Kira yang sedang menyiapkan sarapan untuk mereka.

"Morning" Kira membalikan tubuhnya lalu mengecup bibir Dion sekilas, membuat senyum pria itu merekah sempurna.

"Kurang lama" ucap Dion merajuk membuat Kira tertawa.

Kira berjinjit menarik kerah pria itu, otomatis membuat tubuh Dion membungkuk dan melingkarkan tangannya dipinggang wanita itu.

Dengan telaten wanita itu menyimpul dasi Dion yang belum terpasang, sesekali pria itu mencuri ciuman, menggoda Kira yang terfokus pada tugasnya.

"Kau sangat harum, and i love it" Dengan nakal Dion menempelkan hidungnya di leher jenjang Kira lalu mengendus bau yang selalu menjadi favoritnya.

"Kapan aku tak harum" ucap Kira bangga lalu merapikan kerah kemeja Dion, tak terpengaruh dengan kelakuan pria itu.

"Ini masih pagi Di! Sebenarnya apa sih isi otakmu itu!?" Tanya Kira jengah lalu melepaskan tangan Dion, membuat pria itu cemberut.

Kira bingung dengan isi otak pria itu, karena kelakuannya tak jauh-jauh dari tanda kutip. Dion yang sekarang dengan Dion tiga tahun yang lalu sangat jauh berbeda, Dion yang sekarang entah mengapa pikirannya mesum sekali serta selalu memanfaatkan kesempatan yang ada untuk, ya kalian tahu sendirilah.

Pria itu duduk di meja makan dengan tangan yang menopang dagunya, memperhatikan setiap gerak-gerik wanita itu.

Kira meletakkan secangkir kopi untuk Dion dan juga dirinya.

Alis Dion mengernyit saat Kira menyiapkan kopi untuk dirinya juga karena yang ia tahu wanita itu paling anti dengan yang namanya cafein.

"Sejak kapan kau menyukai kopi?" Tanya Dion setelah wanita itu dudup dikursinya siap menyantap sarapannya.

"Sejak satu minggu yang lalu" sejak aku mengetahui ada kehidupan baru dalam perutku. Batin Kira.

Hati Kira senang sekali saat pria itu masih mengingat secara detil tentang kebiasaan ataupun hal yang tak ia sukai seperti sekarang ini.

Ia memang tak menyukai kopi dari dulu, ia ingat bahkan dulu saat masih berpacaran dengan Dion, mereka pernah bertengkar hanya karena ia dipaksa untuk mencicipi kopi yang menjadi minuman favorit pria itu.

Tapi sekarang, sudah seminggu ini ia setiap pagi meminum kopi agar perutnya tak mual jika diisi yang lain.

"Kopi tak bagus untukmu Kira!" Jawab Dion tegas.

"Apa bedanya denganmu" ucap Kira acuh lalu meminum kopinya yang masih mengeluarkan uap panas.

Ini keinginan bayimu Dion, mengertilah...

Kira menyadari jika dirinya bodoh karena batinnya tak akan mungkin di dengar oleh pria itu.

Dion memejamkan matanya mendengar nada acuh wanita itu, ia tak mau bertengakar dipagi hari karena masalah sepele  seperti ini, karena ia yakin emosinya tak akan stabil sampai mereka belum bermaafan jika mereka sampai bertengkar. Ia menyadari jika pengaruh wanita itu begitu besar dalam dirinya apalagi semenjak hubungan mereka membaik.

"Jangan terlalu sering! aku tak mau lambungmu terganggu karena terlalu sering mengkonsumsi cafein!" Ucapan Dion seperti perintah mutlak yang haram dilanggar oleh wanita itu.

Kira mengangguk senang mendengar perintah yang tersirat kekhawatiran pria itu.

"Kau tak perlu membawa mobil, Aku yang akan mengantar dan menjemputmu ke kantor!" Ucap Dion melanjutkan sarapannya.

MisconceptionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang