Tangisan pria itu begitu menyayat hati siapapun yang mendengarnya. Tangisan yang menjadi pengiring heningnya malam. Tangisan yang begitu kentara akan penyesalan dan putus asa.
Maafkan aku....
Kata-kata itu tak terhitung sudah berapa kali keluar dari indra pengucapnya. Kata-kata yang ia harap akan sedikit mengurangi rasa sesak didadanya.
Tapi bukannya mengurangi, dua kata yang penuh makna itu malah semakin menambah sesak didadanya.
Hatinya hancur karena ulahnya sendiri serta dadanya sesak karena kekecewaan pada dirinya sendiri.
Pria itu mengharamkan sikap pengecutnya dimasa lalu. Sikap yang membawanya pada penyesalan yang menggunung dimalam ini.
Kebenaran yang dipaparkan wanita itu secara gamblang begitu mengguncang jiwanya. Kebenaran yang coba ia sangkal selama ini, menjadi bumerang yang tak ia sangka akibatnya.
Sekarang yang tersisa hanya kata 'seandainya'.
Seandainya jika dulu ia tak pengecut...
Seandainya ia menuruti hati kecilnya...
Seandainya ia sedikit menekan egonya...
Hatinya tak akan sesakit ini.
Luntur sudah image pria arogan dengan tatapan tajam yang mampu mengintimidasi siapapun, saat ini yang ada hanya pria lemah dengan tubuh bergetar dan tangisan yang menyayat hati.
Sekarang pria itu mempercayai kalimat 'penyesalan selalu datang di akhir' karena ia mengalaminya sendiri.
Inilah akhir permainannya, pria itu terperosok dalam permainan yang ia rancang sendiri.
Itulah manusia, selalu menyesal di akhir. Ego yang selalu mereka agung-agungkan tanpa disadari ternyata menjadi bumerang bagi mereka suatu saat nanti.
***
"Yakira"
Wanita itu tersentak dari lamunan saat seseorang memanggilnya.
Ia mendongak melihat seorang pria tengah menatapnya dengan senyuman yang membingkai wajah tampannya.
Tanpa dipersilahkan pria itu duduk disebelahnya, menghiraukan tatapan bingung yang ditunjukan wanita disampingnya.
"Ibu hamil tidak disarankan untuk sering melamun"
Kira mengalihkan pandangannya ke depan, menatap lurus hamparan rumput di hadapannya.
"Anda juga tidak disarankan untuk berkeliaran di jam kerja!" Pria itu terkekeh dengan nada sinis Kira, tak tersinggung sama sekali.
"Hari ini aku libur" pria itu menyandarkan punggungnya di sandaran kursi, pandangannya mengikuti pandangan wanita disampingnya.
"Kau tak bekerja?" Tanya pria itu saat keheningan melanda mereka.
Kira tak menjawab, pandangannya kosong.
"Dr.Reynold apakah melahirkan sangat menyakitkan?" Ia bertanya tanpa memandang lawan bicaranya.
Pria itu menoleh ke samping, meneliti raut wajah pasiennya itu. Wanita yang ia kenal beberapa bulan lalu saat memeriksa kandungannya. Satu dari ratusan pasiennya yang tak pernah datang bersama suaminya saat pemeriksaan berlangsung, dan itu membuatnya penasaran.
"Aku tak pernah merasakannya tapi aku sering melihatnya. Bagaimana ringisan, tangisan bahkan teriakan saat mereka sedang menjalani proses persalinan" jawab Dr.Reynold, tanpa mengalihkan pandangannya dari wajah Kira.
KAMU SEDANG MEMBACA
Misconception
Storie d'amoreKesalahpahaman di masa lalu yang belum terselesaikan menjadi bumerang bagi kehidupan Yakira di masa depan. Kesalahpahaman yang begitu menimbulkan banyak luka di hatianya. Seolah Tuhan belum puas atas ujiannya, saat Yakira ingin melupakan masa laluny...