1

562 16 1
                                    

Bulan telah menggantikan tugas sang mentari. Sinar matahari telah menyeruak masuk disela-sela gorden kamar, yang membuat gadis itu mau tidak mau membuka matanya. Gadis itu lupa bahwa hari ini adalah hari pertama masuk sekolah setelah libur sekolah selama 2 minggu lamanya.

Pukul 06.15

"Mampus gue!!!"

Gadis itu beranjak dari kasur dengan langkah tergesa-gesa. Tanpa sadar di dekat tempat tidurnya, terdapat becekan air yang entah berasal dari mana, alhasil ia pun terpleset yang sukses membuat bokongnya berdenyut yahut.

"Aww!" Pekiknya kesakitan

Sial.

Dengan segenap kekuatan yang telah ia kumpulkan, akhirnya ia berhasil berdiri meski nyeri masih terus berdenyut. Diana pun bergegas mandi dengan mengambil langkah mandi ayam. Bersih tidaknya biarlah itu menjadi urusan belakangan. Setelah selesai, ia memakai seragam sekolah dengan cepat dan bergegas menuju lantai bawah. Disana hanya tinggal ada mama.

"Yang lain mana Ma?"

"Sudah berangkat."

Gadis itu sudah terbiasa akan perlakuan ibu kandungnya sendiri dan juga ayahnya. Mereka lebih mengutamakan adiknya. Kanya. walau ia tahu apa yang menyebabkan mereka lebih peduli dan mementingkan adiknya dari pada dirinya. Tapi dia merasa ada hal lain yang disembunyikan oleh kedua orang tuanya itu.

"Ana berangkat ya ma. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh."Ucapnya begitu semangat meninggalkan Nina sendirian

Setelah pamit, gadis itu memutuskan untuk naik kendaraan umum. Ia sudah terbiasa akan hidupnya yang seperti ini. Meski bisa dibilang berkecukupan tapi ia memilih untuk hidup mandiri.

Toh udah biasa sendiri juga

Batinnya kembali berdecih.

Jomblo si

Setelah melewati jalanan yang cukup padat, akhirnya ia sampai juga ditempat tujuannya. SMA Dharma. Diana mempercepat langkahnya sebelum pagarnya tertutup rapat.

Bibirnya menggerutu kesal,"Masih pagi Ya Allah udah mandi keringet aja gue."

Gadis itu sudah cukup banyak berlari pagi ini. Merasa tidak sanggup lagi untuk berlari, akhirnya ia berjalan sambil mengatur nafasnya. Bel masuk pun berbunyi nyaring. Seketika gadis berambut sebahu itu teringat bahwa hari ini pelajaran matematika dengan guru yang terkenal dengan keganasannya. Dengan cepat dan cekatan gadis itu memutuskan untuk sedikit berlari lagi.

BRUKKK

Double sial. Thank's God

Diana mendongkkan kepalanya seraya menyengir lebar,"Sorry, gue lagi buru-buru. Duluan mas."

Merasa tak ada balasan dari orang itu. Diana berlalu pergi meski sesekali menengok ke belakang. Dia terlihat kebingungan. Gadis itu sebernarnya ingin bertanya kenapa cowok itu terlihat kebingungan, namun niatnya ia urungkan mengingat mata pelajaran pertamanya.

Diana dapat bernafas lega karena guru yang ia takutkan belum masuk ke kelasnya. Ia melipat kedua tangannya dan mulai membenamkan wajahnya.

Tak berselang lama Guru Matematika pun datang dengan seorang murid yang mengekor dibelakangnya. Diana masih belum menyadari siapa siswa yang ada di depan kelasnya itu. Sampai suara sang guru yang begitu menggelegar mampu membuatnya sadar sepenuhnya.

"Pagi Anak-anak, hari ini kita kedatang murid baru, silahkan perkenalkan diri kamu,"

Setelah memperkenalkan diri dan memperlihatkan wajahnya yang sedari tadi menunduk, akhirnya ia bisa melihat wajah itu. Dia yang tadi ia tabrak dikoridor sekolah. Diana baru sadar kalau cowok itu berkacamata dan dandanannya sedikit culun.

The ReasonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang