10

140 11 0
                                    

Revan mengeringkan rambutnya yang basah dengan handuk di tangannya. Ya, ia baru saja mandi untuk menyegarkan otot-otot tubuhnya yang terasa kaku. Kakinya melangkah ke arah kasur ketika layar ponselnya berkedap-kedip menandakan ada panggilan masuk. Keningnya mengerut melihat nomer yang tidak ia kenali. Cukup lama menimbang, akhirnya jarinya menekan tombol hijau. Hingga suara seseorang menyambut di telinganya.

"Halo Van!" 

Revan diam sebentar merasa tidak asing dengan suara tersebut, "Siapa?"

"Gue Diana. Eh lo Liat Taperwer pink gue gak?" Tanyanya langsung

Cowok itu tersedak air liurnya sendiri. Bagaimana tidak, gadis itu menanyakan sesuatu dengan tiba-tiba, juga dari mana dia tahu nomer ponselnya.

"Gak." Jawabnya spontan

"Beneran gak liat? di kolong meja lo gak ada emangnya? ? Nih ya gue sebutin ciri-cirinya bentuknya kotak, warna nya pink, bodynya mulus. Isinya kosong soalnya udah gue makan."

Revan merapatkan bibirnya, kemudian menjawab semalas mungkin, "Gak."

"Pingky, where are u now that I need u." Ujar Diana dengan pasrah

Tangannya mengambil tas yang ia lempar asal di atas kasurnya, kemudian mengambil kotak makan berwarna pink yang ia temukan di kolong bangku Diana, mungkin kotak makan itu tidak sengaja jatuh. Senyumnya terbit saat mendengar suara gadis itu yang terdengar pasrah.

"Aneh."

"Apa lo bilang?"

"Gak bakal ilang." Revan sengaja ingin meledek gadis itu

Mendengar penuturan cowok itu yang menurutnya mencurigakan Diana berseru heboh, "TUHKAN BERATI LO NGELIAT!!"

Sumpah Revan berusaha menahan tawanya sejak tadi

"Gak juga."

"REVAN!!" Teriak gadis itu dengan penuh kekesalan

Oke ia sudah tidak tahan menahan tawanya, lebih baik ia memutuskan panggilannya. Begitulah Revan dengan sifat seenaknya. Seketika tawanya menyembur membayangkan raut kesal Diana. Pantas saja teman-teman gadis itu suka meledek Diana, ternyata setelah ia melakukan percobaan ternyata begini rasanya. Cowok itu kembali menatap kotak bekal pink yang ada di tangannya.

"Majikan lo tuh kaya kebakaran jenggot." Ucap Revan seperti berbicara pada hewan peliharaan

***

Kursi yang biasa di tempati Andre nampak kosong. Kepala Diana celangak-celinguk di meja makan, pasalnya ia tidak melihat sosok Papa ketika makan malam tiba. Biasanya ia yang suka terlambat datang ke meja makan. Namun kali ini tampak berbeda. 

"Loh, Papa mana? Lembur ya Ma?" Tanya gadis itu penasaran

Mama diam tidak menanggapi, tangannya asik mengambil sayur untuk Kanya.

Tidak mendapat jawaban dari Mama, Diana beralih menatap Kanya, "Nya, Papa lembur?"

Nina berdecak kesal melihat Diana yang terus bertanya, "Makan aja, gak usah banyak tanya."

Melihat sang mama yang mulai kesal, Kanya yang ingin menjawab pertanyaan Kakaknya kembali ia urungkan. Diana mengatupkan bibirnya, berusaha menekan rasa ingin tahu yang ada dalam benaknya. Mereka lanjut makan dalam diam. Memang seperti ini kebiasaan dalam keluarganya, perbincangan hangat bukan ada di meja makan. Melainkan di ruang tv sambil menonton film bersama. Tentu Diana tidak turut ada dalam perbincangan tersebut. Ia sudah cukup tahu diri untuk tidak bergabung.

The ReasonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang