Pagi ini cerah seperti biasanya, tapi tidak bagi Diana. Jika ditanya kenapa? Alasannya adalah ia begadang untuk menyelesaikan tugas Ekonomi. Beberapa dari kalian mungkin akan merasakan hal yang sama seperti dirinya. Lelah menghitung jumah uang yang tidak berwujud.
Setelah siap Diana bergegas turun untuk sarapan. Ia melihat semua sudah berkumpul dan sarapan pagi bersama di meja makan. Tanpa menunggu kehadirannya. Diana menghela nafas berat sedetik kemudian mengukir senyum seperti biasanya.
"Selamat pagi!!" Sapanya seperti biasa semangat 45
"Pagi." Balas Andre papa Diana datar
Mama seperti biasa, hanya diam seakan tak berniat menjawab begitupun Kanya sarapan dalam diam. Namun, meskipun Papa bersikap datar seperti Mama nya, tapi terkadang Papa masih menganggap ia ada, masih merasakan kehadiran dirinya di tengah-tengah keluarga ini.
Kanya yang sudah selesai sarapan kemudian bangkit dari tempat duduknya."Ayo Pa berangkat."
Andre mengangguk."Papa berangkat Ma, kamu naik bus aja Di."
Mama bangkit sembari membawa piring kotor, menyisakan Diana sendiri di meja makan. Terkadang ia berfikir, apa yang salah dengan dirinya? semua seolah menjauh, seakan Diana adalah pajangan yang hanya nampak namun tidak berarti. Merasa lelah memikirkan hal yang tidak pernah ia temukan jawabannya. Ia memilih bangkit.
"Diana nuntut ilmu dulu ya Ma, Assalamualaikum." Kemudian menyalami wanita paruh baya itu
"Waalaikumsalam."
Ada yang bilang, Jika merasa sesuatu yang begitu menyakitkan, tersenyumlah, maka senyum itu sendiri yang akan menjadi kekuatanmu.
Diana mengakui itu.
Seperti biasa ia menggunakan angkutan umum untuk sampai ke sekolah. Ia memilih duduk dibelakang dan mengeluarkan earphone kesayangannya. Mendengarkan musik mungkin bisa mengalihkan pikirannya. Tak butuh waktu lama untuk sampai ke tempat yang hampir 3 tahun ini ia datangi. Ia melepas earphone dan memasukkan ke kantong rok nya.
"Woi, lo udah ngerjain ekonomi?"
Diana menoleh, sudah ada Acha disampingnya.
Gadis itu sangat paham dengan temannya yang satu ini. "Udah, ntar gue kasih dikelas."
Mata Acha berbinar senang. "Pengertian banget sih lo, jadi enak."
Mereka berdua berjalan memasuki kelas bersama-sama. Bisa dikatakan ruang kelas masih sepi. Ia melihat jam di ponselnya, 15 menit lagi masuk. Tentu Diana akan menggunakan waktu itu dengan sebaik-baiknya.
Iya sebaik-baiknya untuk T I D U R
Ia sudah memberi buku pr-nya kepada Acha, sebelum bocah itu rewel seperti bayi yang terus merengek. Tak butuh waktu lama, ia sudah masuk ke alam mimpi.
Ngantuk lur
Tak lama Revan datang disusul ke-dua teman Diana, dari depan Revan sudah bisa melihat kebiasaan teman duduknya itu. Seakan orang yang kekurangan tidur, begitu sudah berada ditempat duduknya Revan mendengar dengkuran halus dari cewek disebelahnya.
Riuh kelas berubah sunyi ketika bu Nuri memasuki kelas XII IPS 2. Melihat Diana masih tertidur, Ia bingung bagaimana caranya untuk membangunkan gadis itu. Sumpah Revan gengsi. Mencoba memutar otaknya mungkin ada cara lain. Sebentar, dipikir-pikir kenapa juga ia peduli? Tapi baiklah sekali aja. Hitung-hitung balas budi. Pikirnya
Sebuah bohlam menyala diatas kepala Revan. Lantas ia menendang bawah meja dengan kakinya.
Brukkk